Thella dan Fall sudah bersiap tidur, begitu pula dengan Fee. Ia tidur di kasur, Thella dan Fall tidur di kasur tipis di lantai.
"Kak Fall..." Fee memanggil kakak sepupunya yang hampir terlelap.
"Apa lagi?"
"Aku mau kenalin seorang cewek sama kakak..."
"Buat apa?" Fall malas menanggapinya.
"Buat jadi istri kakak..."
"Kamu gila?! atau buta?! aku sudah punya istri Fee, aku tidak mau istri lain selain Thella,"Naufal yang tadinya berbaring, bangun dan duduk. Thella mengingatkan Fall untuk sabar.
"Kakak sampai kapan sih, mau di bodohi sama dia? Dia itu penipu kak, dia cuma mau manfaatin kekaayaan kakak saja,"Fee tetap protes tidak setuju Thella menjadi istri Fall.
"Fee, aku lebih kenal dia di banding kamu.Kamu tidak perlu peduli dengan hidupku. Kalaupun dia menipuku, aku tidak masalah. Toh aku yang rugi kan? Bukan kamu!"Naufal tersulut emosi. Badannya yang lelah menjadi semakin lelah memikirkan sifat adik sepupunya yang membuatnya kesal.
"Apa otak kakak sudah di cuci olehnya? Sampai kakak tidak mau mendengarkanku lagi?" Sepertinya Fee tidak bisa berprasangka baik terhadap Thella.
"Stop, jangan lagi bicara. Pusing kepalaku, mendengar ocehanmu yang tidak bermutu. Jika kamu tidak mau diam, aku akan mengeluarkanmu dan tidurlah di luar rumah," Naufal kembali membaringkan badannya di samping Thella dan memeluk wanita itu. Ia memejamkan mata perlahan.
Sementara Fee mendengus kesal. Ia kecewa karena Naufal lebih percaya pada Thella di bandingkan dirinya.
Keesokan paginya...
Seperti biasa, Thella menyiapkan segala keperluan Naufal. Hari itu rencananya Thella akan ikut ke kantor dengan Suaminya. Fee sendiri akan di antarkan ke hotel, karena Fall sudah tidak mengizinkan Fee tinggal di rumah mereka.
"Satu malam lagi kak Fall, Plis..." Fee memohon agar Naufal mau memgizinkannya menginap lagi.
"Fee, aku lelah. Kamu selalu menyangka yang buruk terhadap istriku. Kamu tidak pantas untuk menerima kebaikannya!" Naufal murka. Ia merasa keponakannya itu membuat rumanhnya menjadi sangat tidak nyaman. Apalagi semenjak ia memintanya untuk menerima wanita lain sebagai calon istrinya, itu semakin membuat Fall marah.
"Kak, maafkan Fee. Kali ini aku janji akan baik pada kak Thella, ayolah..." Fee bergelayut manja, memeluk lengan Naufal. Tentu saja Fall cepat-cepat menepis tangan itu.
"Penyesalanmu terlambat, aku sudah tidak percaya lagi. Cepat kemasi barangmu. Setelah sarapan, aku akan mengantarmu ke hotel," Fall bergegas ke ruang makan dan Thella mengikutinya. Sementara Fee, dia bersungut-sungut sambil memberesi barang-barangnya.
Di hotel...
"Jaga diri baik-baik. Jangan banyak tingkah. Ini uang untukmu, pergunakan baik-baik," Fall menyerahkan sebuah amplop coklat berisi uang pada Fee, gadis itu menerimanya dengan senang hati.
"Terima kasih, kak. Kalau begitu aku reservasi dulu," Ujar Fee singkat. Gadis itu menyeret kopernya masuk ke dalam area Hotel.
Naufal menggandeng Thella meninggalkan tempat itu. Fall sedikit lega, setidaknya ia menjauhkan Thella dari Racun yang membahayakan. Sifat buruk Fee bisa membuat pikiran Thella jadi keruh, ia takut istrinya akan termakan omongan jelek Fee.
"Fall, apa ini tidak terlalu berlebihan. Fee masih kekanakan, kita seharusnya sebagai yang lebih dewasa bisa menjaganya," Thella menyayangkan Sikap Naufal yang ia pikir terlalu keras terhadap Fee.
"Thella, berhenti bersikap terlalu baik pada Fee. Dia akan semakin meremehkanmu, Thella." Naufal berusaha untuk tetap tenang di perjalanan ke kantor, meskipun ia sebenarnya sangat kecewa dengan sikap yang di tunjukkan oleh Fee pada istrinya.
"Maaf, Fall. Mungkin aku kesannya tidak menghargai usahamu untuk melindungiku. Seharusnya aku berterima kasih." Thella menyadari, apa yang Fall lakukan, adalah bentuk rasa sayangnya pada istrinya.
"Thella, aku tahu, kamu orang baik.Kamu selalu memikirkan hal yang terbaik untuk orang lain. Tapi kali ini kamu harus percaya padaku, Fee bukanlah gadis yang bisa di luluhkan begitu saja. Aku khawatir, kamu akan termakan omongannya,"Naufal mengungkapkan apa yang ia takutkan. Ia hanya ingin Thella teguh dengan perasaannya dan tidak terguncang.
"Aku tahu, sekali lagi aku minta maaf. Aku hanya ingin yang terbaik untuk semuanya, tapi jika memang Fee tidak bisa menerimaku, aku tidak akan memaksanya untuk menerima," Keduanya terdiam, menatap ke depan.Sedikit kemacetan menjadi pemandangan yang telah biasa terlihat.
"Thella..."
"Ya..."
"Minggu depan, kita berangkat bulan madu ke Korea," Fall tidak merubah arah pandangannya, ia tetap menatap ke arah depan.
"Minggu depan?" Thella mengulang waktu yang si sebut oleh Naufal.
"Iya, minggu depan kita berangkat. Aku sudah urus semuanya." Kali ini Naufal memandang ke arah Thella sekilas. Ia ingin meyakinkan istrinya itu bahwa ia serius akan membawanya terbang ke Korea.
"Baiklah, terima kasih Naufal. Kamu sudah mewujudkan keinginanku secara tidak langsung ke Korea," Thrlla tersenyum bahagia memandang Fall.
"Tujuanku membawamu bulan madu adalah untuk membuatmu bahagia. Untuk menebus semua kesalahanku selama ini padamu. Supaya kerinduan di antara kita karena terpisah setiap hari menjadi terobati. Thella, perasaanku padamu bukan hanya sekedar cinta, tapi aku ingin lebih dari itu," Naufal tampak sangat serius. Ia benar-benar mengungkapkan segalanya dari hati. Itu menjadi alasan untuknya menjauhkan Thella dari Fee. Dia tidak ingin Thella sampai berubah.
"Terima kasih, Naufal. Aku sangat terharu. Kamu sampai rela pulang larut hampir setiap hari untuk mempersembahkan bulan madu untukku," Tanpa terasa Thella menitikkan air mata bahagia.
"Semua ini bukan untukmu, Thella. Tapi untuk kita berdua. Sudah banyak waktu yang aku hutang darimu.Kamu sudah menerimaku dengan baik sebagai workaholik. Kamu selalu sabar dan luar biasa." Naufal memegarg erat tangan kanan Thella dengan lembut.
"Fall, kamu tahu, aku tidak pernah mengeluh untuk ini dan aku tulus. Semua ini sudah jadi kewajibanku bukan? Kamu sudah menjadi sosok suami yang baik, aku sudah bahagia," Thella mengungkapkan apa yang ia rasakan. Sungguh, ia tidak pernah beranggapan buruk terhadap Naufal, meskipun ia selalu kesepian.
"Aku belum menjadi suami yang baik. Waktuku selalu habis untuk pekerjaan. Makan malampun aku jarang di rumah.Pasti kamu sangat kesepian, kan?" Naufal mengajukan pertanyaan ringan pada Thella.
"Awalnya iya, tapi aku semakin mengerti seiring waktu, bahwa itu adalah ciri khas, jati diri sebagai seorang Naufal. Untuk waktu sekarang, aku sudah tidak masalah bila kamu sibuk dengan pekerjaanmu," Kalimat yang di ucapkan oleh Thella membuat Fall merasa tenang.
"Mungkin, lebih baik kalau kita segera punya anak," Celetuk Fall membuat mata Thella membulat. Thella tidak menyangka kalau Naufal akan membahas soal anak pagi ini.
"Kenapa tiba-tiba kamu bahas soal itu?" Thella menatap heran ke arah Naufal.
"Kalau kita punya anak, mungkin kamu tidak akan kesepian. Setiap hari kamu akan bermain dengan anak kita. Dengan begitu, hari-hari kamu jadi lebih menyenangkan." Penjelasan Naufal membuar Thella terharu. Ia mengerti, Naufal sudah memikirkan banyak hal untuknya sekarang.