Hari ini Freya mulai kembali lagi bekerja. pagi itu ia diantar Kevan kekantor karena Kevan tidak mengijinkan kan Freya membawa kendaraan sendiri kecuali dengan sopir.
" turun disini saja ya, sayang. nanti pulangnya tidak apa-apa kan kalau naik taksi ? untuk beberapa hari saja karena aku lagi sibuk dengan urusan dirumah sakit. jadi kemungkinan tidak ke kantor papa."
ucap Kevan mengerem mobilnya tepat didepan gedung kantor.
Freya pun mengangguk sambil membuka safety belt nya, lalu mengecup bibir Kevan sekilas dan keluar dari mobil.
" oke. kamu hati-hati ya."
balas Freya.
akhirnya mobil Kevan pun melaju dan menghilang dari pandangan Freya yang masih berdiri mematung mengamati suaminya pergi.
tak lama kemudian mobil James datang.
" welcome back, my daughter."
ucap James seraya mengecup puncak kepala Freya.
aunty Larry hanya tersenyum yang berdiri dibelakang James.
" thank you, pa. i love you."
balas Freya memeluk James. rasanya sudah lama sekali tidak bermanja-manja dengan Shofi dan James sejak dirinya menikah. bahkan bertemu pun jarang.
" Fre, jaga sikapmu !! ini dikantor bukan dirumah."
ucap Larry.
Freya akhirnya terpaksa melepaskan pelukannya pada James.
" oiya aunty, thanks a lot for help me."
ucap Freya pada Larry. ia hanya membalas dengan senyuman sekilas seperti biasanya.
akhirnya mereka bertiga pun berjalan beriringan memasuki gedung kantor. para pegawai yang melihatnya hanya menundukkan kepalanya sekilas sambil melemparkan senyuman.
James memang dikenal sebagai Presdir yang ramah dan baik hati kepada para pegawai nya. ia tidak pernah membeda-bedakan status atau kasta seseorang. namun ia tetap bisa menjaga wibawanya sebagai pemimpin, sehingga tetap disegani oleh semua orang terutama seluruh pegawainya.
" welcome back, Freya. "
ucap kawan satu tim diruangannya. ada Emily, Thomas, Jessie, dan Brian.
" thanks a lot, guys."
jawab Freya kembali menemukan semangat baru dalam hidupnya.
bukan berarti setelah menikah menjadi tidak semangat, hanya saja ia sering merasa bosan setiap hari dirumah seharian menunggu sampai Kevan pulang.
" Fre, sepertinya kita harus merayakan kedatangan mu ini. bagaimana jika nanti pulang kerja kita ngopi ?"
ucap Emily.
" kau mau mentraktir ku? "
tanya Freya.
" kok aku ? ya kamu lah, Fre. "
Freya mengernyitkan dahinya.
" bukannya kamu yang punya ide ini? "
" tapi kau ini kan istri CEO, tidak malu meminta traktiran dari staffnya. "
" tidak. kan yang CEO suamiku. dan aku ? aku cuma staf biasa sama seperti kalian."
balas Freya tak mau kalah.
Emily hanya mendengus kesal. dan Freya pun tertawa melihat tingkah Emily.
" oke Emily, kali ini kau menang. aku akan mentraktir kalian semua nanti sepulang jam kantor. tapi aku harus ijin dulu tentunya."
ucap Freya. dan Emily nampak sumringah.
" benarkah itu, Fre ?"
tanya Jessie kemudian.
" oke, ku tunggu janji mu itu."
balas Thomas dibalik layar komputer nya.
mereka pun kembali dengan pekerjaannya masing-masing. dan Freya disela-sela kesibukannya mengirim chat pada Kevan untuk meminta ijin akan pulang terlambat karena akan mentraktir teman-temannya.
Freya :
Kev, bolehkah sepulang kerja nanti aku pergi dengan temanku sekedar makan diluar ?
(read)
Kevan :
temanmu siapa ?
Freya :
Emily, Jessie, dan Thomas. kebetulan Brian berhalangan ikut.
(read)
Kevan :
oke
sepertinya aku juga pulang terlambat. karena mendadak ada operasi jam 7 malam nanti.
Freya :
baiklah. habis itu aku janji akan langsung pulang.
(read)
Kevan :
oke sayang, kamu hati-hati ya 😘
***
sore itu dengan menggunakan mobil Thomas, mereka sepakat pergi ke sebuah coffe shop yang cukup terkenal dikota ini. 'Shoe Lane coffee' dibilangan Tara street.
keempatnya memesan Espresso dan cemilan ringan untuk menemani obrolannya.
" Tuan Kevan sekarang jarang sekali ke kantor ya."
tanya Thomas.
" mungkin dirumah sakit sedang banyak pasien."
jawab Emily sambil menyeruput kopinya.
" kenapa tidak kau saja yang menggantikan posisinya dikantor? sama saja kan."
ucap Jessie memandang Freya.
bola mata Freya langsung melotot.
" aku ? jadi CEO ? no, Jessie."
" jangan mau Fre, lagian masih ada Mr.James sebagai presdir dikantor. jadi tidak masalah kalau CEO jarang ada dikantornya."
ucap Emily.
sekedar berbagi ilmu pengetahuan saja, dalam struktur manajemen perusahaan, CEO adalah pejabat tertinggi dan visioner, sementara presiden direktur lebih bertanggung jawab atas keputusan dan strategi manajemen sehari-hari. Secara sederhana, CEO membuat janji kepada perusahaan, menetapkan visi jangka panjang. Sedangkan presiden direktur perusahaan mewujudkan janji itu dan mengelola perusahaan untuk mewujudkan visi tersebut.
" aku permisi ke toilet dulu. "
ucap Jessie beranjak dari tempat duduknya.
" tunggu, Jessie. aku ikut denganmu sekalian."
sergah Freya yang dari tadi memang sudah menahan urinenya itu.
Freya dan Jessie berjalan ke arah toilet yang berada dipojokan sebelah ruang VIP yang biasa dipesan oleh orang-orang dari kalangan atas hanya untuk meminum coffee.
" hey, bukankan itu tuan Kevan ?"
tunjuk Jessie ke arah salah satu meja diruang VIP itu.
Freya terhenti dan kaget. ia berusaha membuka matanya lebar-lebar untuk memastikan penglihatan Jessie.
dan Freya berhasil menangkap sosok suaminya tengah duduk berhadapan dengan seorang wanita berambut pirang yang wajahnya tidak bisa Freya lihat karena posisinya yang membelakanginya.
" ini jam berapa, Jes ?"
tanya Freya tak memindahkan pandangan matanya itu. Jessie langsung melirik ke arah jam tangan yang dipakainya.
" jam tujuh kurang lima belas menit."
jam Jessie
Freya teringat tadi Kevan mengatakan ada jadwal operasi jam tujuh. rasanya tidak mungkin ada operasi jam tujuh tapi jam segini masih ngopi ditempat ini. mengingat jarak jari sini ke rumah sakit cukup jauh, butuh waktu sekitar setengah jam.
Garis wajah Freya tampak kecewa. tetapi ia tidak mau berburuk sangka terlebih dulu.
" apa kau tidak menemui tuan Kevan ?"
tanya Jessie kemudian.
Freya menggeleng, lalu melanjutkan langkahnya menuju ke arah meja yang tadi dipesan bersama ketiga temannya.
" Fre, apa kau sakit ? kenapa wajahmu tiba-tiba pucat ?"
kata Thomas yang sejak tadi memperhatikan sikap Freya berubah sejak dari toilet.
Jessie yang sebenarnya sudah tau alasannya, tapi ia tidak berani menceritakan kepada Thomas dan Emily atas permintaan Freya yang berbisik kepadanya ketika dijalan.
" tidak, Thomas. mungkin aku hanya kelelahan saja."
balas Freya berbohong.
" kalau gitu lebih baik kita pulang sekarang."
ajak Emily.
"baiklah, aku akan mengantar kalian semua."
jawab Thomas.
Selama diperjalanan Freya lebih banyak diam. matanya mulai memerah karena menahan cairan bening yang hendak keluar dari ujung matanya. Freya langsung mengusapnya dengan kasar.
namun Jessie yang duduk disebelah melihatnya. ia lalu mengusap-usap bahu Freya tanpa berkata. kebetulan Freya dan Jessie duduk di kursi belakang jadi Emily dan Thomas tidak menyadari nya.
sesekali Freya melihat ponselnya berharap Kevan menelpon atau mengirim pesan. namun nihil.
" ah, mungkin ia sedang sibuk dengan wanita itu."
lirihnya dalam hatinya sedih.