Malam itu Freya duduk termenung sendiri dibalkon depan kamarnya. Menikmati semilir angin malam yang berhembus masuk ke pori-pori kulit memecah kesunyian, dan menyadarkannya dari lamunan. Ah, entah sudah berapa lama Freya duduk di situ. Terdengar suara mesin mobil milik Kevan datang dari arah halaman rumahnya bahkan tidak membuatnya berpikir untuk beranjak dari tempat ternyamannya itu.
Malam yang begitu nyaman, damai. Ia bisa melupakan sejenak kegundahan yang selama ini mendesaknya untuk tetap tenang, kuat, dan bertahan.
beberapa saat kemudian terdengar suara pintu kamar ada yang membukanya. lalu suara langkah kaki melangkah mendekatinya.
" sayang, sedang apa disini ? ini sudah jam sepuluh malam. ayo masuklah !!"
pinta Kevan sambil merangkul pundak Freya.
" aku masih mau duduk disini."
ucap Freya datar.
" ayo masuklah, Fre. Angin malam itu dingin dan lebih lembap jadi bisa masuk ke dalam sistem pernafasanmu bila terlalu lama diluar. "
" baiklah. "
ucap Freya akhirnya beranjak.
dan Kevan nampak menghela nafas lega.
" apa kamu sudah makan? biar aku hangatkan dulu didapur."
Freya hendak beranjak keluar kamar menuju dapur di lantai bawah.
"tidak perlu, sayang. aku tadi sudah makan dirumah sakit."
sergah Kevan yang membuat Freya berhenti dari langkahnya dan menoleh ke arah Kevan.
" oh, baiklah. apa mau ku buat kopi ? "
" boleh, sayang "
" oke. mandilah dulu. aku akan ke dapur memasak air panas."
Freya bergegas menuruni anak tangga menuju dapur untuk membuatkan kopi suaminya.
dalam hatinya masih ada yang mengganjal tapi entahlah kenapa Freya masih enggan untuk menanyakan langsung pada Kevan. ada rasa takut bila Kevan betul-betul mengkhianatinya. dan ia belum siap menghadapinya. jadi mungkin ia lebih memilih untuk berpura-pura tidak tau. walau kenyataannya ia pasti mencari tau kebenarannya.
tak lama kemudian Freya kembali ke kamar dengan membawa secangkir kopi. ternyata Kevan masih membersihkan diri dikamar mandi. lalu disimpannya kopi itu dimeja kecil samping sofa depan ranjang.
tiba-tiba suara ponsel Kevan yang diatas nakas itu berbunyi. Freya mendekati ponselnya lalu diraihnya benda pipih itu karena penasaran. ternyata disitu tertera nama Aaron's Mom.
Freya tampak mengernyitkan keningnya.
" Aaron's Mom ? siapa dia? "
gumam Freya.
saat Freya hendak menggeser tombol hijau dilayarnya tiba-tiba Kevan yang tidak Freya sadari telah keluar dari kamar mandi langsung merebut ponselnya dari genggaman Freya.
tetapi bukannya Kevan menjawab panggilan telponnya malah mematikan ponselnya.
" siapa itu Aaron's Mom ?"
tanya Freya menatap Kevan yang masih berdiri bertelanjang dada dan bercelana pendek itu.
" tidak penting, Fre. dia hanya ibu dari pasien ku di rumah sakit."
jawabnya sambil menyugar rambut basahnya.
" kalau tidak penting, kenapa kau menyimpan nomernya ?"
ucap Freya mulai berkaca-kaca.
melihat wajah istrinya yang memerah itu membuat Kevan langsung mengangkat wajah Freya dengan lembut dan menatapnya hangat.
" are you jealous ?"
tanya Kevan serius.
" off course. istri mana yang tidak cemburu bila ada wanita lain menelpon suaminya malam-malam. ini sudah jam sebelas malam, Kevan. apa tidak bisa meneleponnya ditunda besok, hah ?"
ucap Freya panjang lebar meluapkan kekesalannya.
Kevan malah tertawa terkekeh. sambil mengelus-elus pipi Freya dengan telunjuknya.
" kamu itu berlebihan, sayang."
ucap Kevan.
Freya hanya mendengus kesal mendengar tanggapan Kevan yang tidak peka itu.
" oiya sayang, besok sepertinya aku akan memantau rumah sakit yang di Limerick selama dua hari. jadi sebaiknya besok kamu menginap dirumah mama Shofi dulu ya. aku tidak akan tenang bila kau dirumah sendirian."
ucap Kevan sambil menyeruput kopi buatannya istrinya.
" dua hari ? kok lama ? biasanya cuma sehari saja."
tanya Freya merasa tak terima.
" ada sedikit masalah disana, sayang. aku janji. setelah urusan ku selesai, aku langsung menjemput mu dirumah mama."
" terserah lah."
Jawab Freya cemberut.
" anak pinter."
ucap Kevan sambil mengecup kening Freya.
"sekarang ayo tidur! bukannya besok kamu juga harus ke kantor kan."
ajak Kevan kemudian.
" oke. "
jawabnya malas.
akhirnya Freya melangkah menuju ranjang untuk membaringkan tubuh lelahnya, diikuti dengan Kevan.
entah sudah berapa lama Freya membolak-balikan badannya ke kanan dan ke kiri, namun ia merasa gundah dan terasa sulit untuk tertidur.
melihat tingkah Freya membuat Kevan yang tadinya mulai terlelap kembali membuka matanya.
" kenapa? tidak bisa tidur ?"
tanya Kevan sambil mengucek-ngucek matanya.
" iya."
lirih Freya.
" kemarilah."
lalu Kevan membuat posisi Freya berada di pelukannya. ditenggelamkan nya kepala Freya direngkuhan dada bidangnya yang tidak dilapisi sehelai kain pun. Kevan memang sering tidur dengan dada telanjang dan bercelana pendek. alasannya sih katanya panas, padahal AC selalu on dengan stelan suhu dibawah standar.
Freya mulai nyaman dengan posisinya meskipun dipikirannya masih ada tanda tanya besar tentang siapa wanita yang bersama Kevan di coffee shop tadi.
namun akhirnya rasa kantuknya mulai melenyapkan isi pikirannya dan tertidur dalam rengkuhan tubuh Kevan.