Chereads / Posesif Bos / Chapter 17 - Ratu Durian

Chapter 17 - Ratu Durian

Setelah kejadian berlangsung, kegiatan Bryan kali ini mengantar jemput Helen ke kantor dan pulang juga. Sehingga membuat para staf ada di kantor pada terheran-heran dengan sikap Bryan yang penuh senyuman bahagia.

Malahan Helen yang tidak nyaman dengan sikap Bryan terus mengusik hidupnya. Gosip yang beredar pun terbit di gedung PT. Bryant Grup. Helen jadi tidak konsisten sama pekerjaan setiap hari, detik, jam, menit. Bryan terus mengusiknya. Tanya dirinya sudah makan belum, mau makan di mana? Suka makan apa? Sedang kerjakan apa, segalanya di tanya. Hingga supermood Helen menjadi bertambah 50℅.

Kring ... Kring .... Kring ....

Bunyian telegram di meja kerja sebelah komputernya berdering garing, Helen sudah lelah untuk mengangkatnya. Siapa lagi kalau bukan Bryan, ingin mengerjakan beberapa berkas saja terusik kembali. Telegram tidak di angkat, kini ponselnya bergetar di saku bajunya. Bos sinting Calling....

Diembuskan napasnya dalam- dalam, lalu masuk ke dalam ruangan Bryan. Bryan menoleh arah dimana Helen berdiri dengan wajah cemberut berlipat-lipat. Bryan senang banget lihat mukanya seperti itu terlihat gemas pengin dicium.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak Bryan Edzard Gunadhya." Cara bicara Helen sedikit menekan karena sudah habis kesabaran. Bryan sih tidak tersinggung dengan nadanya. Bryan tahu Helen lagi kesal.

"Lagi PMS, ya? Kok nadanya begitu?" tanya Bryan menggoda. Helen diam kemudian senyum tidak ikhlas.

"Tidak, kok, Pak. Cuma pengin diembat tangan pakai durian," jawab Helen seperti menyindir.

"Durian? Wah ... enak itu. Kalau begitu, ayo kita pergi. Sepertinya dari tadi saya berpikir lagi musim apa hari ini. Ternyata ini musim durian," melantur Bryan mulai bersiap membawa Helen pergi keluar, tapi genggaman tangannya itu tidak bakalan dilepas.

Disini mukanya Helen mau taruh di mana, permasalahannya tangan Bryan sedang menggenggam tangannya. Dari lantai atas hingga kebawah lobi tangan terus dipegang. Memang Helen ini anjing kecil terus dipegang biar tak lari.

"Pak, tidak perlu pegang tangan segala kali. Saya tidak bakalan kabur, kok. Tidak enak dilihat sama yang lain. Nanti di kira saya ada apa - apanya," ucap Helen mencoba melepaskan genggaman tangan dari Bryan

Bryan menoleh, lalu berkata, "Tidak perlu di khawatirkan, biarkan mereka lihat. Kalau kamu itu calon istri saya. Mau mereka gosip yang aneh-aneh, siap PHK-nya meluncur di depan muka masing-masing."

"Ya, saya kan belum jawab, iya apa tidak, Pak. Calon istri apaan! Saya ini masih status staf kerja, Bapak! Jadi jangan mengada-ada deh," balas Helen tetap melepaskan tangan dari Bryan.

"Iya atau tidaknya, tetap sama. Kamu itu calon istri saya! Ingat apa kata ibuku. Harus saling mengenal satu sama lain. Pokoknya kamu itu milikku, mau kemana pun tetap sama saya! Sekaligus mandi bareng juga boleh, biar kamu tahu, kalau aku ini cinta mati karenamu!"

"Dasar Bos sinting, pemaksa!" umpat Helen. Bryan mendengarnya tetap diam.

Lift berdenting terbuka lebar, para karyawan ada di depan menunggu lift bergiliran, terkejut melihat Helen dan Bryan sedang keadaan bergandengan tangan. Helen ya mau bagaimana lagi wajahnya tetap senyum pada karyawan lain. Sedangkan Bryan keluar disusul oleh Helen juga.

Desas-desus pun mulai terdengar di telinga Helen dan Bryan. Di depan mobil Bryan membuka pintu untuk Helen, Helen sih menurut saja.

****

Salah satu tempat warung khusus durian semua. Disinilah, durian mantap siap untuk di santap. Si tukang jualnya cari durian yang paling mantap untuk Bryan. Bryan duduk bersebelahan, ya terbuka sih tempatnya tapi nyaman kok.

"Sudah dong, Pak. Pegang tangannya, saya mau makan pun susah!" Helen bersuara.

"Nanti saya transfer pakai mulut, biar tahu rasa cinta ke kamu bagaimana," ucap Bryan mengasal.

"Jorok!"

"Jorok begini, sudah pernah rasai ciuman saya loh. Jangan pura - pura tidak ingat. Sampai kamu membalasnya."

Helen langsung tersipu malu, ya, diingat memang dia membalas ciuman Bryan. Tapi karena Bryan juga main sosor cium mendadak apa lagi itu ciuman pertamanya.

"Ya tapi, Bapak, kan, yang duluan cium saya!" Protes Helen gugup

"Karena saya itu tidak tahan sama manis di bibir merah meronamu," ucapnya pelan seperti berbisik.

Helen makin merah telinganya, bukan pipinya. Bryan tercekikihan sikap sekretarisnya malu-malu kucing. Duriannya datang aromanya benar mantap jiwa. Bryan melepaskan tangan Helen, lalu mereka berdua mencuci tangan.

Ini adalah kesukaan Helen, Helen benar suka sama durian. Kalau di kampung Ayahnya suka sekali beli durian dari pohonnya. Bryan melirih Helen lahap banget makan durian, dirinya saja baru dua biji sudah eneg. Sedangkan Helen sudah lima biji, dibelahnya sendirian.

"Bang, tambah dua lagi!" teriak Helen tidak harus malu lagi, ia benar-benar sudah rindu sama durian. Sudah lama tidak makan.

"Tambah lagi? Kolesterol nanti." Ingat Bryan dia makan dua biji saja sudah kenyang.

"Iya, kenapa tidak boleh! Siapa suruh bawa saya ke sini? Asal kamu tahu saya ini ratu durian, selain durian, saya juga suka sama—" Helen menggantungkan kata - katanya. Bryan sudah mengharap kalau yang dilontarkan dari mulut Helen adalah suka sama dia.

"Suka sama, apa?" Bryan ulang bertanya, dia ingin tahu perasaan sekretarisnya.

Helen tidak menjawab malah melanjutkan makan durian di depannya, Bryan penasaran kalau Helen benar ada rasa sama dirinya. Tapi, tidak apa-apa Bryan bisa menunggunya hingga waktu menjawabnya.