Keesokan harinya.
Burung-burung berkicauan di atas pohon di kediaman Pangeran Kedelapan. Gadis di rumah Xue rupanya sudah bangun.
"Hah? Yang benar?!" Masih pagi, namun sudah terdengar suara teriakan dari ruangan di dalam rumah Xue. Su Yuela terkejut begitu mendengar hanya Qu Tan'er dan Jingxin yang akan pulang berkunjung ke kediaman Qu.
"Jangan terlalu berlebihan, Yuela. Kan aku yang pulang, bukan kamu?" kata Qu Tan'er dan Jingxin terlihat bersikap sangat tenang. Mereka juga sudah menyiapkan barang-barang yang akan dibawa pulang.
"Qu Tan'er, mana mungkin Pangeran tidak memiliki waktu untuk menemanimu?" tanya Su Yuela menarik tangan Qu Tan'er, meminta gadis itu menerangkan alasannya dengan jelas. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Mo Liancheng merupakan pangeran yang paling banyak memiliki waktu luang. Pria itu tidak pernah mengurus kerajaan, kerjaannya hanya jalan-jalan setiap hari, membaca puisi, dan bernyanyi, jadi tidak mungkin dia tidak punya waktu.
"Aku akan bercerita saat kami pulang nanti." kata Qu Tan'er karena sudah kehabisan cara menghindari Su Yuela. Saat ini, gadis itu sedang gelisah karena harus kembali ke kediaman Qu, dia tidak punya nyali untuk menceritakan tentang pertemuannya dengan Mo Liancheng kemarin.
"Tidak boleh, kamu harus menceritakannya sekarang."
"Aku kan akan kembali lagi ke sini. Kamu pikir setelah masuk ke kediaman Qu, lalu aku tidak bisa keluar lagi?"
"Siapa tahu, hal itu sulit diprediksi. Nyonya Besar pasti akan membuatmu kesulitan di sana." kata Su Yuela memasang wajah serius.
"Tenang saja, tidak akan sampai mati, kan? Hanya pulang sebentar saja kok. Tunggu aku kembali, aku akan menceritakan semuanya kepadamu dan Xiao Wei." kata Qu Tan'er sambil menepuk bahu Yuela untuk menghiburnya. Ya Tuhan, di saat seperti ini aku masih harus menghibur orang lain? Apa ini tidak salah? batinnya.
Yuela kemudian berkata, "Tan'er, hati-hati, ya."
"Tenang saja. Jika dipikirkan lagi, aku dan Jingxin tidak hanya pulang berdua saja."
"Eh? Siapa lagi yang ikut?" tanya Su Yuela penasaran. Apa Pangeran Kedelapan mengutus orang lain? Batinnya. Nyatanya, jawaban Qu Tan'er kemudian membuat Su Yuela kesal setengah mati.
"Masih ada para tukang tandu, hehe. Mereka ada empat orang. Selain itu, ada pengawal, keberadaan mereka membuat aku sulit kabur." Jawab Qu Tan'er sembari menertawakan dirinya sendiri. Tukang tandu dan pengawal tersebut adalah orang-orang suruhan Pangeran. Semua itu diatur oleh pengurus rumah Zhou, mereka mengatakan hal itu dilakukan untuk menjaga keamanan. Namun Qu Tan'er curiga, niat sebenarnya adalah untuk mengawasi gerak-geriknya.
"Kamu ini, masih bisa-bisanya masih bercanda di saat seperti ini?"
"Memangnya mau bagaimana lagi?"
"Kamu dan Jingxin, ditambah empat tukang tandu? Menurutmu, itu jumlah yang banyak?" tanya Su Yuela merasa kesal sekali.
"Iya, ada empat orang, empat pasang mata dan empat pasang tangan. Masih sedikit menurutmu? Menurutku sih terlalu banyak." Lebih baik Qu Tan'er dan Jingxin pergi dengan berjalan kaki, karena waktu mereka pasti akan habis di perjalanan.
"Tan'er!" teriak Su Yuela dengan marah karena sudah hampir meledak.
"Sudahlah, sekarang sudah siang. Tunggu sampai aku pulang, ya. Jingxin, apa kamu membawa mantelku?" tanya Qu Tan'er
Jingxin Menjawab, kalau dia mengatakan sudah mengambil mantel itu. Tak peduli lagi dengan ceramah dari Su Yuela, Qu Tan'er langsung menarik tangan Jingxin lalu bergegas menuju pintu keluar. Para pelayan bahkan belum sempat memberi hormat pada Qu Tan'er, namun bayangan mereka sudah menghilang, karena tandu sudah menunggu di depan pintu rumah Xue.
Qu Tan'er dan Jingxin dengan berhati-hati menaiki tandu, "Ayo, berangkat! Tolong jangan terlalu cepat, karena saya ingin menikmati pemandangan di sekitar." katanya. Jarak dari kediaman Pangeran Kedelapan sampai ke kediaman Qu tidak begitu jauh, namun tandu tersebut terlihat berjalan lambat.