Bepergian dengan menggunakan tandu, memang akan lebih banyak memakan waktu daripada kereta kuda. Dengan begitu, Qu Tan'er tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk berada di kediaman Qu karena perjalanannya saja sudah cukup lama. Tetapi, mau selambat apapun para pembawa tandu berjalan, pada akhirnya rombongan Qu Tan'er dan Jingxin tiba juga di depan pintu gerbang kediaman Qu.
Qu Tan'er keluar dari tandu yang membawanya, mata gadis itu tertarik pada plakat emas yang tergantung di pintu rumah kediaman Qu, plakat itu tampak silau hingga menusuk matanya. Dia sendiri sebenarnya tidak dapat membedakan, apakah silau itu karena matahari atau kegelisahannya yang akan bertemu dengan keluarga Qu.
Pengurus rumah kediaman Qu sudah menunggu kedatangan Qu Tan'er sejak tadi. Melihat Qu Tan'er keluar dari tandu, pengurus itu pun menyambut dengan penuh hormat, dia juga tampak mencuri-curi pandang ke dalam tandu. Melihat tidak ada siapa-siapa lagi di dalamnya, pengurus rumah Qu pun memasang wajah acuh tak acuh.
"Kamu sedang mencari apa di dalam tandu?" Qu Tan'er sengaja bertanya pada pengurus rumah Qu. Dia sebenarnya tahu dengan jelas, alasan pengurus rumah mengintip ke dalam tandu. Pengurus itu hanya mencari tahu apakah Mo Liancheng menemani gadis itu pulang atau tidak.
"Nona Keempat, hamba hanya merasa heran, mengapa Pangeran Kedelapan tidak menemani Anda pulang hari ini?"
"Lancang sekali kamu!" Qu Tan'er belum sempat berbicara, tapi Jingxin yang berdiri di sampingnya menggantikan gadis itu menegur si pengurus rumah Qu. "Nona adalah istri Pangeran sekarang, bukan lagi Nona Keempat kediaman Qu. Ditambah lagi, kamu harus tahu diri! Kenapa tidak memberi hormat kepada istri Pangeran?"
Mendengar teguran dari Jingxin, pengurus tua tersentak dan langsung memberi hormat pada Qu Tan'er, dia pun meminta ampun atas kelancangan yang di lakukannya. Diam-diam pengurus tua itu telah memberi aba-aba kepada seseorang di balik pintu. Orang yang berada di balik pintu itu pun segera berlari ke arah ruang utama, setelah mendapat aba-aba dari pengurus rumah Qu.
Qu Tan'er yang melihat hanya bisa tersenyum sinis, diia sudah tahu kalau pengurus rumah Qu adalah suruhan Nyonya Besar. Nyonya Besar pasti sudah mendengar kabar bahwa dia akan pulang sendirian ke kediaman Qu tanpa suaminya. Namun, dia meminta pengurus rumah Qu untuk menyambut Qu Tan'er karena takut kabar tersebut tidak benar. Kalau Mo Liancheng yang datang, pasti semua orang di kediaman Qu sudah lengkap berbaris menunggu kedatangannya di depan pintu gerbang.
Ya sudahlah, Qu Tan'er akan mengambil tindakan yang sesuai dengan keadaan yang terjadi di dalam. "Jingxin, ayo masuk." Ujar Qu Tan'er sambil mengerutkan keningnya.
"Baik." kata Jingxin sambil mengangguk, mengikuti Qu Tan'er dengan perasaan yang tak kalah cemas dari nonanya.
Setelah melewati ruang depan, Qu Tan'er mulai berhasil menenangkan diri. Kediaman Qu tidaklah semegah dan semewah kediaman Pangeran Kedelapan, karena Menteri Perang tidak mungkin hidup kekurangan. Namun, mereka juga tidak dapat terlihat hidup terlalu mewah. Pasalnya, menteri lain pasti akan cemburu dan bisa-bisa merusak reputasi ayahnya dengan cara menyebarkan gosip korupsi.
***
Ruang utama sudah berada di depan mata Qu Tan'er.
"Akhirnya kamu pulang juga." kata seseorang.
Qu Tan'er baru melangkahkan kaki di beberapa anak tangga saat tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang mendesis dari dalam sebuah ruangan. Tak perlu menerka lagi, karena suara mendesis nan seram ini adalah milik Nyonya Besar.
"Benar, Tan'er sudah datang." Gadis itu sudah datang, bukan pulang. Setelah menikah, kediaman Qu bukan lagi rumahnya. Apa Nyonya Besar sedang mencoba mengingatkanku bahwa aku masih milik Keluarga Qu? Batin Qu Tan'er sambil memasang wajah datar, matanya menatap ke arah bawah.
"Pangeran Kedelapan tidak menemani kamu?" Nyonya Besar bertanya dengan nada mengejek.
Entah kenapa pertanyaan Nyonya Besar tiba-tiba membuat bulu kuduk Qu Tan'er merinding. dia mulai sibuk menutup rapat mantel yang dikenakannya. Sebelum turun dari tandu, Qu Ta'er meminta Jingxin membantu memakaikan mantel itu.
Meski pertanyaan itu terdengar seolah mengejeknya, Qu Tan'er menjawab dengan sopan, "Ibu, Pangeran Kedelapan tidak datang." Mo Liancheng memang tidak datang bersamanya. Gadis itu ingin sekali mengatakan hal sebaliknya, tapi dia tidak punya nyali untuk berbohong.
"Kenapa Pangeran tidak menemanimu kemari?"
"Pangeran Kedelapan berkata bahwa dia sibuk, jadi tidak memiliki waktu untuk datang kemari bersamaku" jawab Qu Tan'er. Kenapa, katanya? Tentu saja karena Pengeran Kedelapan merasa jijik dan tidak mau masuk ke kediaman busuk ini! batinnya.