Chereads / Cinta Abadi (The Eternal Love) / Chapter 18 - Kelembutan yang Menipu (3)

Chapter 18 - Kelembutan yang Menipu (3)

"Baik." jawab Qu Tan'er sambil melangkah pelan, membuat roknya bergoyang dengan anggun. Dia kemudian duduk di kursi yang disediakan. Kedua tangannya diletakkan di atas lutut, memperlihatkan sosok seorang putri elegan dan sempurna.

"Ada perlu apa kamu ke mencariku?" tanya Mo Liancheng, lalu dia berdiri dengan pelan, dan membalikkan tubuhnya menghadap ke Qu Tan'er. Dia tersenyum dan menatap istrinya secara lekat-lekat.

"Ini…" kata Qu Tan'er sambil mengangkat kepalanya dengan pelan. Dia tak bisa melanjutkan perkataannya, lantaran terkejut melihat wajah Pangeran Kedelapan yang beberapa hari lalu menjadi suaminya. Gadis itu tidak salah lihat, wajah di hadapannya ini adalah wajah pria menyebalkan itu. Mo? Benar juga, bodoh sekali aku! Pria brengsek yang tidak mau menolongku itu juga bermarga Mo! Mo Liancheng?! batinnya.

Qu Tan'er berusaha membuat dirinya tenang dan mengalihkan pandangan. "Tan'er kemari untuk bertanya pada Pangeran, apakah besok kamu memiliki waktu untuk menemaniku pulang ke kediaman Qu."

"Apa kamu merasa wajahku tidak asing?" Mo Liancheng tiba-tiba bertanya. Pria itu menatap lekat wajah Qu Tan'er, menunggu ekspresi yang sudah dinanti-nantikannya. Namun, tidak ada teriakan, kata kasar atau tingkah aneh lain yang biasanya dilontarkan oleh gadis itu. Dia merasa sedikit kecewa, dia tidak menyangka Qu Tan'er malah terlihat sangat tenang dan tidak menampilkan raut marah sedikitpun.

"Tidak. Tan'er sama sekali belum pernah berdekatan dengan pria asing." jawab Qu Tan'er dengan omong kosong.

"Kenapa kamu begitu cepat melupakanku? Aku kira kamu akan merasa senang saat melihatku." kata Mo Liancheng, dia berjalan dengan elegan untuk mendekati Qu Tan'er. Dia menatap istrinya dengan lembut dan penuh perasaan, tatapan itu bahkan lebih lembut daripada cahaya rembulan. Qu Tan'er tidak berkata apa-apa dan hanya menundukkan kepalanya, dalam benak gadis itu, diam adalah jawaban yang terbaik.

"Kenapa kamu terlihat tidak senang melihatku?" kata Mo Liancheng dengan suara yang sangat lembut seperti angin sepoi-sepoi yang sedang berhembus.

"Jangan salah paham, Pangeran. Tentu saja aku senang." kata Qu Tan'er sambil tersenyum lembut, menemani lelaki itu berakting. 

"Tan'er sejak dulu sudah mengagumi Pangeran. Orang-orang mengatakan bahwa wajah Pangeran sangat tampan dan lebih cantik dari wanita-wanita di rumah Yi Xiang. Ternyata kabar itu memang benar." Dengan suara yang lembut, Qu Tan'er menyampaikan kekagumannya pada Mo Liancheng. Dan sebenarnya, rumah Yi Xiang adalah rumah bordil.

Hanya saja, pujian itu… kedengarannya aneh. Kenapa Qu Tan'er harus membandingkan wajah Pangeran dengan wajah pelacur? Dan lagi, kenapa membandingkan wajah pria dengan wanita? Batin Mo Liancheng sambil merengut mendengar pujian dari Qu Tan'er yang tidak pantas itu. "Sepertinya aku telah meremehkanmu."

"Tan'er tidak mengerti maksud Pangeran." kata Qu Tan'er, berpura-pura tidak mengerti adalah keahlian gadis itu.

"Kamu tahu jelas."

"Tan'er tidak mengerti."

"Kamu pura-pura bodoh?" ucap Mo Liancheng

"Mana mungkin Tan'er berani berpura-pura. Pangeran tolong jelaskan maksudnya."

"Kenapa kamu tidak memanggilku suami atau cintaku lagi?" kata Mo Liancheng mulai teringat apa yang terjadi saat malam pertama mereka. Pria itu tahu jelas, kalau Qu Tan'er sengaja menolaknya, penolakan itu membuatnya sangat tidak senang.

"Apa pangeran tidak menyukai panggilan itu? Kalau begitu Tan'er panggil suami saja." Pangeran memang tidak boleh dipanggil dengan sebutan yang asal-asalan. Memanggil Pangeran dengan 'cintaku' hanya akan merendahkan statusnya… Benar bukan? batinnya.

"Sudahlah..." Mo Liancheng menjawab dengan acuh tak acuh.

"Baiklah, kalau begitu jika besok pangeran ada waktu, bisakah…"

"Ada urusan apa?" kata Mo Liancheng dengan sengaja memotong kalimat Qu Tan'er.

"Ada, itu…"

"Apa?" kata Pria itu lagi, dia pandai sekali memotong perkataan gadis dihadapannya.