Hingga akhirnya….
Wajah cantik Yi Xiangnong mulai memerah. Apa teh yang sudah aku minum itu harus dimuntahkan keluar? Tapi, memuntahkan teh itu malah akan merusak kesan pertama yang sudah aku ciptakan! batinnya.
"Apa kamu tidak enak badan? Kenapa ekspresi wajahmu begitu jelek?" tanya Qu Tan'er berpura-pura menampilkan ekspresi cemas. Dia melihat Yi Xiangnong yang mencoba mengembalikan ekspresi palsunya itu.
"Kakak sedang bercanda, kan? Teh ini teh yang baru diseduh, kan?" tanya Yi Xiangnong Pantas saja teh ini dingin! batinnya.
"Bukan." jawab Qu Tan'er sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya, dia memang berbakat menjadi iblis. Qu Tan'er tahu jelas, meski secangkir teh basi tidak mematikan, namun itu sudah cukup untuk membungkam mulut seorang wanita yang penuh kepalsuan. Jika ada yang mencari masalah, maka dia juga akan meladeni dengan membalasnya balik. Saat ini, wajah Yi Xiangnong terlihat merengut karena kesal, kedua tangannya pun mengepal dengan erat.
"Kamu benar-benar tidak enak badan? Apa saya harus suruh Jingxin untuk memanggil tabib?" tanya Qu Tan'er dengan wajah cemas bertanya.
Kemudian, tak berapa lama, ekspresi wajah Yi Xiangnong kembali seperti semula. Dia berhasil menahan amarahnya. Yi Xiangnong tersenyum dan berkata lembut, "Tidak perlu. Terima kasih atas perhatian Kakak. Xiangnong hari ini datang untuk berterima kasih kepada Kakak. Kalau kemarin Kakak menahan Pangeran, Yang Mulia tidak mungkin datang ke kamar Xiangnong. Jadi Xiangnong tidak bisa tidur semalaman dan kelelahan."
Yi Xiangnong ingin sekali membuat Qu Tan'er kesal. Sayangnya, Qu Tan'er malah tertawa, seakan-akan dia tidak mengerti sindiran Xiangnong. Dengan lega Qu Tan'er berkata, "Saya jadi merasa lega. Saya pikir kamu akan menyalahkanku."
Sejak hari pertama masuk ke kediaman Pangeran, Qu Tan'er sudah mendengar kabar bahwa di sini terdapat 2 ekor harimau betina yang cakarnya tajam bukan main.
"Kalau begitu Xiangnong pulang dulu. Xiangnong tidak ingin mengganggu Kakak lagi." kata Yi Xiangnong sambil berdiri dengan ekspresi dingin, dia membalikkan badannya dan melangkah pergi penuh kekesalan.
"Kalau ada waktu kosong, datanglah ke sini untuk minum teh bersama." kata Qu Tan'er sambil tertawa, lalu dia melambai-lambaikan tangannya mengantar kepergian Yi Xiangnong.
Setelah memastikan Yi Xiangnong telah pergi dan tak akan bisa mendengar percakapan mereka, Jingxin pun langsung berbisik pelan, "Kenapa Nona mencari musuh?"
"Apa kamu pernah melihat istri Pangeran dan selir yang bisa hidup harmonis? Dan juga, apa kamu tidak melihat tingkahnya tadi? Yi Xiangnong jelas-jelas sengaja datang kemari untuk pamer dan membuatku cemburu. Tapi tentu saja aku tidak akan cemburu, karena aku tidak memiliki perasaan pada Mo Liancheng. Coba saja wanita lain, mereka pasti sudah cemburu setengah mati."
Adegan seperti ini sudah sering ditonton Qu Tan'er di TV sampai bosan. Kalau mau mencoba beradu dengan dirinya, sayangnya suasana hatinya sedang tidak ingin mengganggu wanita palsu itu.
"Jadi Nona membohonginya kalau teh itu teh basi?" tanya Jingxin, akhirnya dia mengerti maksud Qu Tan'er.
"Eits, jangan salah, itu memang teh sisa kemarin. Aku minta Su Yuela untuk meletakkannya di ruang tamu. Yi Xiangnong saja yang tengah sial menjadi objek kejahilanku."
"..." Jingxin tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Jingxin, apa kamu tidak ingin memuji kepintaran otakku yang bahkan memiliki ide cemerlang seperti ini?" tanya Qu Tan'er