Chapter 36 - Bab 35

Sudut Pandang Sigmund:

Ketika aku keluar dari kastil, mobil Pangeran Maximilian sudah pergi. Tanpa membuang waktu, aku berlari ke garasi, masuk ke dalam mobilku dan melaju dengan kecepatan tinggi untuk menyusul Putri Mirabelle dan Pangeran Maximilian.

Mobilku melaju di sepanjang jalan menuju kota. Sampai aku tiba di kota, mobil Pangeran Maximilian belum terlihat juga. Hanya setelah aku tiba di jalan raya yang sangat ramai, aku melihat sekilas mobil Pangeran Maximilian di antara ratusan mobil lainnya. Akhirnya, aku diam-diam mengikuti mereka.

Jasper membelokkan mobil mereka ke sebuah pusat perbelanjaan dan melaju terus sampai mereka menemukan tempat parkir.

Aku membelokkan mobilku ke tempat parkir di department store itu juga.

Pangeran Maximilian, Jasper, dan Putri Mirabelle keluar dari mobil dan mulai melenggang ke dalam department store.

Setelah mereka bertiga menghilang dari pandangan, aku keluar dari mobil dan mengikuti mereka ke dalam department store tersebut.

Pangeran Maximilian dan pengawalnya, Jasper, membuntuti Putri Mirabelle sementara dia berbelanja pakaian. Sementara itu, aku diam-diam mengikuti dan mengawasi mereka dari kejauhan.

Mereka kemudian pergi ke toko elektronik. Putri Mirabelle meminta Pangeran Maximilian untuk membelikannya satu set TV dan kulkas mini. Dan seperti seorang tunangan yang baik, Pangeran Maximilian selalu menyerah pada keinginan Putri Mirabelle.

Ekspresi kepuasan terlukis di wajah Putri Mirabelle ketika dia berjalan keluar dari toko elektronik bersama Pangeran Maximilian dan Jasper. Aku mulai mengikuti mereka lagi. Sejauh ini, mereka tampaknya tidak menyadari bahwa aku mengikuti di belakang mereka. Yah,sepertinya prediksiku salah. Karena tiba-tiba, Pangeran Maximilian berhenti berjalan, memaksa tunangan dan pengawalnya berhenti juga.

Pangeran vampir itu menjadi tegang. Tampaknya dia akhirnya mengetahui bahwa mereka telah diikuti. Dia kemudian menoleh ke belakang. Sebelum dia bisa melihatku, aku bersembunyi di balik dinding.

Putri Mirabelle menarik lengan Pangeran Maximilian untuk mendapatkan perhatiannya.

Ketika dia berbalik untuk menatapnya, sang putri bertanya, "Ada apa, Maximilian?"

"Kurasa kita sedang diikuti," Pangeran Maximilian berbicara dengan bisikan pelan. Tapi aku masih bisa mendengarnya berkat pendengaran vampir-ku.

Putri Mirabelle terkesiap dan tangannya menutupi mulutnya. "Siapa yang mengikuti kita?"

"Pengawal menjengkelkanmu," desis Pangeran Maximilian.

Kata-katanya memicu kemarahanku. "Beraninya pangeran manja itu memanggilku menjengkelkan?!"

"Maksudmu Sigmund?" Putri Mirabelle ingin memastikan.

"Ya. Siapa lagi?" Pangeran Maximilian berkata dengan nada mencibir dalam suaranya.

"Mengapa kamu tidak memberitahuku sebelumnya bahwa Sigmund mengikuti kita?" Putri Mirabelle memprotes.

"Jika aku menyadarinya lebih awal, aku akan memberitahumu. Satu-satunya masalahnya adalah aku baru menyadariitu sekarang," Pangeran Maximilian memberinya alasan.

"Sebenarnya, Yang Mulia," Jasper menggaruk tengkuknya, "Di jalan ke mal, saya menyadari mobil Sigmund mengikuti di belakang kita."

"Kamu sudah tahu, dan kamu tidak memberitahuku?" Pangeran Maximilian bertanya dengan tajam.

"Maaf, Yang Mulia, tapi saya pikir itu tidak terlalu penting, jadi saya tidak ingin mempermasalahkannya," kilah Jasper.

Tanpa diduga, Pangeran Maximilian meraih kerah jaket Jasper. "Kau seharusnya memberitahuku jika kau melihat seseorang mengikuti kita, Jasper. Bagaimana jika orang yang mengikuti kita bukan Sigmund? Hidup Rosanne akan ada dalam bahaya."

"Karena saya tahu itu Sigmund, itu sebabnya saya tidak memberitahu Anda, Yang Mulia," Jasper membela diri.

"Kau—"

"Sudah cukup, Maximilian!" Putri Mirabelle menyelanya, "Daripada menyalahkan Jasper, lebih baik kita pergi mencari Sigmund sekarang!"

"Oh tidak, aku harus lari sekarang." Aku berputar dan hendak kabur dari situ. Tapi langkahku terhenti ketika melihat Putri Mirabelle, Pangeran Maximilian, dan Jasper sudah berdiri di hadapanku.

"Oh, halo, Putri," aku menyapanya dengan canggung.

"Kamu pikir apa yang sedang kamu lakukan di sini, Sigmund?" Putri Mirabelle bertanya dengan marah dengan tangan di pinggangnya.

"Aku datang ke sini untuk berbelanja mingguan. Kebetulan, kamu dan Maximilian pergi berbelanja di department store ini juga," aku mengarang alasan.

"Hanya berbelanja? Menguntit lebih tepatnya," Pangeran Maximilian mendengus.

"Apa?! Aku? Menguntit kalian? Tidak, aku tidak melakukan itu," bantahku.

"Jangan pura-pura bodoh! Aku tahu kamu telah menguntitku," seru Princess Mirabelle dengan marah.

Aku mengangkat tangan tanda menyerah. "Oke, kamu menang, aku akui kamu benar tentang aku. Tapi menguntit bukan kata untuk itu — aku hanya mengawalmu, Putri."

Putri Mirabelle menghentakkan kakinya dengan marah. "Kakek bilang dia mengizinkanku keluar tanpamu, tapi kenapa dia diam-diam mengirimmu untuk mengikutiku kemana-mana?"

"Di situlah kamu salah, Putri. Tidak ada yang mengirimku, aku di sini karena keinginanku sendiri sebab aku khawatir akan keselamatan tuan putriku," aku sengaja berbohong kepada Putri Mirabelle karena aku tidak ingin ada permasalahan antara dia dan Raja Bellamy.

"Karena kamu datang ke sini atas kemauanmu sendiri, jadi, bisakah kamu berhenti mengikutiku sekarang?" Putri Mirabelle menuntut, "Aku tidak membutuhkan kamu untuk melindungiku karena aku sudah punya Maximilian dan Jasper di sini yang dapat menjamin keselamatanku."

"Tidak, aku tidak akan pergi ke mana-mana," aku menolak dengan tegas, "Aku akan selalu berada di sisimu untuk melindungimu."

Alih-alih memberiku jawaban, Putri Mirabelle menoleh ke arah pengawal Pangeran Maximilian. "Jasper?"

"Ya, Yang Mulia?" Jasper menjawab.

"Boleh aku minta bantuanmu?" tanya sang putri.

"Tentu saja," jawab Jasper, "Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Yang Mulia?"

"Bisakah kamu menyingkirkannya?" Putri Mirabelle mengarahkan jarinya ke arahku.

Jasper menyeringai dengan tidak menyenangkan. "Dengan senang hati, Tuan Putri."

Sebelum aku bisa bereaksi, Jasper memegang lenganku dan menteleportasikan aku ke kerajaan Clanbella.

"Bye-bye, Sigmund." Jasper melambai padaku sambil mengejek dan dengan itu dia menghilang begitu saja.

"JASPER!!!" aku berteriak frustrasi.