Chapter 35 - Bab 34

Raja Bellamy sedang duduk di belakang meja dengan tumpukan dokumen rapi di atasnya.

"Hai, Kakek!"aku menyapanya dengan sebuah senyuman sambil berjalan melintasi ruangan ini dan kemudian duduk di kursi di seberangnya.

Sang raja vampir memandangi pakaianku dengan tidak suka. Tetapi sebelum dia dapat memberikan komentar, aku segera berkata, "Kakek, aku ingin pergi keluar dengan Pangeran Maximilian. Kakek akan mengizinkan aku untuk pergi bersamanya, bukan?"

"Jadi kamu ingin pergi ke dunia manusia lagi?" dia bertanya dengan dingin.

Mulutku ternganga. "Ba—bagaimana kakek bisa tahu?"

Raja Bellamy tertawa. "Aku ini seorang raja, Mirabelle. Aku memiliki mata dan telinga di mana-mana."

Aku menelan ludah. "Oh tidak! Apa dia juga tahu kalau aku mencoba melarikan diri tadi malam?" pikirku.

Bibir Raja Bellamy melengkung membentuk sebuah seringaian. "Ya, aku tahu apa yang kamu lakukan tadi malam. Untungnya, pengawal Pangeran Maximilian dapat menangkap kamu. Jika kamu berhasil melarikan diri, aku akan memastikan bahwa kalian bertiga akan dihukum dengan berat."

"Ja—jadi ka—kakek juga seorang pembaca pikiran?"aku tergagap.

Beliau terkekeh. "Aku tidak harus menjadi seorang pembaca pikiran untuk mengetahui apa yang kamu pikirkan. Semuanya terlihat jelas dari wajahmu."

Aku menundukkan kepalaku karena malu. "Maaf, Kakek. Tolong jangan hukum aku!"

Sang raja vampir bangkit dari kursinya, berjalan mengitari meja, dan berdiri di hadapanku. Dia mengangkat daguku sehingga aku harus menatap matanya.

"Jangan takut, Mirabelle!" serunya, "aku tidak akan menghukummu. Tetapi kamu harus berjanji kepadaku bahwa kamu tidak akan pernah mencoba melarikan diri lagi. Kamu adalah satu-satunya keluargaku yang tersisa. Aku tidak ingin kau meninggalkan aku. Apakah kamu mengerti?"

Aku benci membuat janji yang tidak bisa aku tepati. Akan tetapi jika aku tidak berjanji padanya, dia pasti akan menghukum aku. Jadi mau tak mau aku harus berbohong. "Iya, Kakek, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi."

"Itu baru gadis yang baik!"Beliau mengacak-acak rambutku dengan penuh kasih sayang.

Aku memaksakan sebuah senyuman.

"Satu hal lagi. Aku tidak suka kau mengenakan pakaian seperti itu di istanaku," Raja Bellamy menunjuk pakaianku dengan jijik.

"Tapi aku memakai ini karena aku ingin pergi ke dunia manusia, Kakek. Aku harus berbaur dengan orang-orang di sana," aku beralasan.

"Baiklah. Kamu boleh mengenakan pakaian semacam ini ketika kamu pergi ke dunia manusia, tetapi kamu tidak boleh memakainya di istana ini. Paham?" katanya dengan tegas.

"Tapi aku tidak merasa nyaman mengenakan gaun itu, Kakek," protesku.

"Kamu akan terbiasa dengan itu, Mirabelle," katanya.

"Tapi aku tidak menyukainya, Kakek," aku bersikeras.

Raja Bellamy menarik napas dalam-dalam. "Sepertinya tidak ada yang bisa mengalahkanmu dalam pertengkaran, Mirabelle."

Aku menyeringai padanya.

"Baiklah kalau begitu, kamu bisa mengenakan pakaian seperti itu ketika kamu sendirian di kamarmu. Tapi kamu harus mengenakan gaun saat kamu bersamaku. Itu keputusan final. Apakah kamu mengerti?"sang raja vampir menekankan.

Dengan enggan aku menganggukkan kepala. "Ya Kakek, aku mengerti."

"Bagus!" serunya dengan puas.

"Hmm... Kakek?"kataku dengan ragu.

"Ya?" tanya Raja Bellamy.

"Jadi setelah ini, kakek akan melarang aku pergi dengan Pangeran Maximilian?"aku bertanya dengan khawatir.

"Tidak, kamu bebas pergi dengan calon suamimu," jawabnya.

Hatiku merasa senang mendengar jawabannya. "Sungguh?"

"Iya. Tapi ingat janjimu! Kamu tidak akan mencoba melarikan diri lagi," beliau memperingatkan aku.

"Iya, kakek, aku janji. Terima kasih banyak." Aku berdiri dan memeluknya.

Apa yang aku lakukan rupanya mengejutkan sang raja vampir. Tapi dia cepat-cepat menyingkirkan perasaan itu dan balas memelukku.

"Satu hal lagi," aku menambahkan, melepaskan pelukan kami, "Apakah kakek keberatan jika Sigmund tidak ikut dengan kami? Aku tahu Sigmund mengatakan bahwa kemanapun aku pergi; dia harus pergi bersamaku. Tapi aku tidak ingin dia ikut dengan kami kali ini."

Dia mengerutkan kening. "Kenapa kamu tidak ingin dia ikut denganmu?"

"Aku tidak menyukainya," jawabku berterus terang, "Dia sangat menyebalkan. Dan dia tidak bisa berhenti berdebat dengan Pangeran Maximilian. Itu membuatku merasa sakit kepala."

"Aku mengerti, Mirabelle. Tapi apapun yang terjadi, Sigmund harus ikut denganmu. Dia ada di sana untuk menjamin keselamatanmu," kata King Bellamy.

"Aku tidak butuh Sigmund untuk melindungiku, Kakek. Pengawal Pangeran Maximilian, Jasper, akan pergi bersama kami. Dia bisa melindungi kami," aku bersikeras.

Kakekku menghela nafas. "Baiklah, seperti yang kau inginkan, cucuku. Sigmund tidak akan pergi denganmu. Puas?"

"Terima kasih lagi, Kakek. Kakek yang terbaik. Aku menyayangi kakek." Aku memeluknya lagi.

Beliau diam selama beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab, "Aku juga menyayangimu."

Aku melepaskan diri dari pelukan kami dan berkata, "Oke, aku harus pergi sekarang. Calon suamiku sedang menungguku."

"Tentu. Hati-hati, oke?" katanya sambil tersenyum.

"Iya. Bye Kakek." Aku melambai padanya.

Raja Bellamy membalas lambaian tanganku dengan canggung.

Aku keluar dari ruang kerja Raja Bellamy, menutup pintu di belakangku. Dan kemudian, aku bergegas ke pintu depan tempat Pangeran Maximilian dan Sigmund sedang menungguku.

"Bagaimana?" Pangeran Maximilian bertanya dengan penasaran setelah aku sampai di sana.

"Raja Bellamy telah mengizinkanku untuk pergi bersamamu, Calon Suamiku, dan beliau berkata Sigmund tidak harus mengikuti kita," aku menjelaskan.

"Itu tidak mungkin!"seru Sigmund dengan tak percaya.

"Kau bisa bertanya pada Raja Bellamy sendiri jika kamu tidak percaya padaku," kataku dengan yakin.

"Ayo kita pergi, Putri!" Pangeran Maximilian mengaitkan lengannya dengan lenganku dan kami mulai berjalan keluar dari istana.

Jasper mengikuti di belakang kami.

"Baiklah. Aku akan bertanya pada Raja Bellamy sendiri dan mari kita lihat apa yang akan terjadi," Sigmund berteriak kepada kami.

Kami tidak mengindahkannya dan memilih untuk masuk ke dalam mobil.

"Jalankan mobilnya!" Pangeran Maximilian memerintahkan Jasper.

Jasper mengangguk. Dia akan menyalakan mesin, tetapi aku menyela, "Tunggu!"

"Ada apa?" Pangeran Maximilian bertanya dengan bingung.

"Jasper, kamu bisa berteleportasi, kan?" aku bertanya.

"Ya, jadi?" Jasper tampak bingung.

"Mengapa repot-repot mengendarai mobil jika kamu bisa membawa kami ke sana dalam sekejap mata?" kataku.

"Putri, kita tidak bisa berteleportasi ke manapun kita suka. Manusia akan ketakutan jika mereka melihat kita tiba-tiba muncul di depan mereka," Maximilian menjelaskan.

"Kamu benar. Aku tahu itu ide yang bodoh. Maaf," aku minta maaf.

"Sudahlah," Maximilian menjawab, "Jadi, bisakah kita pergi sekarang?"

"Tentu." Aku mengangguk sambil tersenyum.

Akhirnya, Jasper mengendarai mobil meninggalkan kerajaan vampir.

🌹🌹🌹🌹🌹

Sudut Pandang Sigmund:

Dari apa yang kudengar, sang raja vampir sedang berada di ruang kerjanya sekarang. Jadi, aku langsung pergi ke sana untuk berbicara dengannya.

Aku mengetuk pintu ruang kerja sang raja vampir tiga kali dan menunggu.

"Siapa itu?" Aku mendengar Raja Bellamy bertanya dari sisi lain pintu.

"Ini Sigmund, Yang Mulia," jawabku.

"Masuk!" perintahnya.

Aku mendorong pintu hingga terbuka dan masuk.

"Ada apa, Sigmund?" Raja Bellamy bertanya.

"Maaf, Yang Mulia. Jika Anda tidak keberatan saya bertanya, mengapa Anda membiarkan Putri Mirabelle pergi tanpa saya?" aku bertanya.

"Aku melakukannya untuk membuat cucu perempuanku bahagia, Sigmund. Aku ingin dia menetap di sini, jadi dia tidak akan berpikir untuk melarikan diri lagi," Raja Bellamy menjelaskan.

"Tapi Yang Mulia, itu terlalu berbahaya. Saya takut—"

"Aku tahu,"beliau memotong ucapanku, "Itu sebabnya kau harus mengawasi mereka dari jauh, Sigmund. Aku tidak percaya Pangeran Maximilian dan pengawalnya dapat melindungi cucu perempuanku dengan baik. "

"Baik, Yang Mulia. Saya akan melakukannya," ujarku.

Raja Bellamy akhirnya menyuruhku pergi.

Aku menundukkan kepala dan kemudian meninggalkan ruangan ini untuk melaksanakan titah sang raja.