"Alan, kau urus pelayan yang terluka itu!" perintah Candra lalu dia berlari.
Entah mengapa Binar lebih memilih berlari mengikuti Candra. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi tetapi hatinya ingin melihat semua itu.
Larinya terhenti saat melihat begitu banyak darah yang berceceran di lantai dekat kamar Adnan. Dia mulai merasa takut tetapi rasa ingin tahunya begitu besar setelah mendengar teriakan Adnan.
Binar melangkah memasuki kamar yang sangat gelap itu. Tidak berapa lama, seseorang menyalakan lampunya. Sehingga bisa terlihat dengan jelas keadaannya.
Kedua kaki Binar terasa lemas, tangan Adnan sudah berlumuran dengan darah. Entah itu darah dia atau darah pelayan yang tadi berlari kerah Alan.
Terlihat wajah yang bengis dari Adnan, serasa ingin menghabisi siapa saja yang ada di hadapannya. Sorot matanya begitu tajam, timbul juga seringai dari kedua ujung bibirnya.
"Apa yang Anda lakukan, Tuan?" Candra bertanya pada Adnan.