Binar terus menatap kedua bola mata Adnan, tidak ada kebencian dalam hatinya. Yang dia inginkan hanya kembalinya Adnan yang mencintainya.
Dia berusaha menyentuh kedua tangan Adnan yang mencekik lehernya. Hanya menyentuhnya dengan penuh kehangatan meski nyawanya sudah diujung tanduk.
Tidak terasa buliran air mata menetes, dia begitu rela menyerahkan nyawanya pada Adnan. Dia berharap dengan semua yang dilakukannya sekarang bisa membuat suaminya kembali.
Adnan menatap kedua bola mata Binar, ada yang aneh dalam dirinya. Dia berpikir mengapa wanita yang sedang dicekiknya tidak melawan sama sekali. Malah terlihat kelembutan dari sorot matanya.
"Mengapa kamu tidak melawanku?" Adnan bertanya sembari melepaskan kedua tangannya dari leher Binar.
Binar terbatuk-batuk lalu dia mengatur napasnya yang hampir habis. Dia tidak bisa menjawab yang ditanyakan oleh Adnan.