Chereads / Your Father is My Husband / Chapter 36 - Bengis

Chapter 36 - Bengis

Binar berusaha dengan sekuat tenaga untuk melawan mereka semua tetapi tidak bisa karena semua tenaganya sudah terkuras habis. Sekarang dia hanya pasrah dengan nasibnya dan dia memilih untuk tiada jika mereka semua berhasil mencemarkan dirinya.

"Berani sekali kalian menyentuh wanitaku dengan tangan kotor kalian itu, hah!" tukas Adnan yang sudah geram melihat perlakuan mereka pada Binar.

Seketika semua pria yang berusaha untuk mencemarkan Binar terdiam, beberapa dari mereka bersiap untuk menyerang Adnan. Namun, dengan cepat beberapa anak buah Adnan menghadang dan mulai menghajar mereka satu per satu.

Candra pun ikut menyerang mereka karena tidak tahan dengan perlakuan mereka terhadap Binar. Seorang pria masih mencengkeram Binar, melihat itu Adnan semakin geram.

Adnan berjalan mendekat pada Binar, dia tidak rela jika ada tangan kotor pria lain yang menyentuhnya. Wajahnya begitu merah karena melihat luka lebam di wajah dan tangan Binar.

"Lepaskan dia atau kau ingin aku habisi dengan sangat menderita?!" tukas Adnan pada pria yang masih mencengkeram Binar dengan erat.

"Hahaha ... Kau begitu percaya diri Tuan! Aku tidak akan melepaskan dia karena wanita ini harus mati!" jawab pria itu dengan penuh percaya diri.

Pria itu sangat percaya diri karena menurutnya tidak akan ada yang bisa lepas dari cengkeramannya. Jika lepas itu adalah kematian bagi mangsanya, dia tidak menyadari bahwa Adnan lebih kejam lagi.

Adnan menyeringai, sekarang dia memiliki alasan untuk menghabisinya tanpa ampun. Namun, dia akan membuat pria itu sangat menderita sebelum maut membawanya.

"Candra habisi mereka!" pekik Adnan.

Candra yang mendengar itu tahu pasti jika Adnan sudah mengatakan itu maka semuanya tidak ada harapan untuk menikmati hidup esok hari. Dia pun mulai menghabisi satu per satu para musuh.

Begitu pula dengan anak buah Andan yang mendengar itu langsung mencabut nyawa para musuh yang sudah membuat tuannya geram. Tidak terdengar rintihan kesakitan karena Candra dan yang lainnya menghabisi tanpa suara.

"Bagaimana? Kau ingin mati dengan cara seperti mereka atau lebih menyakitkan lagi?!" Adnan bertanya dengan nada dingin.

Dia sudah bisa mengubah ekspresi wajahnya yang tadi sangat geram. Sekarang timbul hawa membunuh yang cukup dingin. Dengan sikap seperti ini sudah banyak musuh yang merasa gentar.

Pria itu terpaku, dia tidak menyangka jika anak buahnya bisa dengan cepat tewas. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia yakin jika nyawanya tidak akan bisa selamat.

Oleh sebab itu dia akan membawa Binar mati bersamanya. Dia memegang sebuah belati, tangan yang memegang belati itu di arahkan pada leher Binar.

Leher Binar mengeluarkan darah karena begitu tajamnya belati itu. Adnan tersenyum miring, dia berjalan mendekat pada pria itu. Namun, pria itu berjalan mundur sembari menarik Binar.

Dor!

Tanpa mengucapkan sepatah kata Adnan mengeluarkan senjata apinya. Dia menembakkan pelurunya tepat di tangan pria itu. Seketika belati yang berada di tangannya terjatuh.

Binar merasa ini adalah kesempatan baginya untuk lepas dari cengkeraman pria itu. Dengan sekuat tenaga dia menyikut perut musuhnya karena sikutan itu akhirnya Binar terlepas dari cengkeramannya.

Akan tetapi pria itu berhasil menarik tangan Binar. Dengan refleks Binar menepis tangan musuhnya lalu melayangkan pukulannya dengan sangat kuat, itu adalah tenaga terakhir yang dimilikinya.

Pria itu pun terhuyung ke belakang lalu terjatuh di atas tanah. Candra bergerak cepat, dia menangkap pria itu.

"Apa yang akan Anda lakukan pada pria ini?!" tanya Candra pada Adnan.

"Cari tahu siapa yang menyuruhnya, setelah itu buat dia menderita sebelum maut menjemputnya!" jawab Adnan.

Binar melihat semuanya, dia baru kali pertama ini melihat sikap Adnan yang menurutnya bengis. Dia hanya bisa menatap semua mayat yang berjatuhan di atas tanah.

"Kau mulai membangkang hah!" ucap Adnan pada Binar yang masih terpaku melihat semuanya.

"Akhirnya ka—," Binar terjatuh sebelum melanjutkan kata kau.

Dengan cepat Adnan menangkap tubuh wanita yang sudah membuatnya sangat kesal ini. Karena Binar tidak menurut dengan perintahnya untuk diam di hotel. Adnan menggendong tubuh Binar yang sudah tidak sadarkan diri.

Candra yang melihat itu bergegas berjalan untuk menuju mobil, sebelum itu dia menyuruh anak buahnya untuk membawa pria itu ke tepat penyiksaan. Dan anak buahnya langsung memegangi serta membawa pria yang sudah berani menyentuh wanita dari tuannya.

"Cepat ke rumah sakit!" perintah Adnan pada Candra.

Sebenarnya tanpa diperintahkan pun Candra akan segera membawa Adnan dan Binar ke rumah sakit. Dia dengan cepat mengendarai mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Binar sebab itu bisa membuat Adnan kembali seperti dulu.

Adnan yang tidak takut akan bahaya meski nyawanya sedang diujung tandu. Dan pria yang tidak memiliki perasaan sama sekali. Candra berharap tidak akan melihat Adnan berubah menjadi pria dingin nan kejam.

Ckitttt! Mobil terhenti tepat di depan sebuah rumah sakit. Beberapa petugas di rumah sakit mulai membawa peralatan yang bisa membatu Binar, dia langsung ditangani oleh dokter yang berjaga.

"Tuan, lebih baik Anda menunggu di luar!" perintah seorang perawat wanita pada Adnan setelah binar di bawa masuk ke sebuah ruangan.

Adnan tidak mau dia bersikeras untuk menemani Binar di dalam. Namun, dengan cepat Candra menjalankan Adnan.

"Tenangkan dirimu, Tuan! Biarkan mereka yang mengurus semuanya! Mereka adalah dokter profesional," ucap Candra guna menenangkan Adnan.

Akhirnya Adnan pun mulai sedikit tenang, dia menunggu dokter melakukan perawatan terhadap Binar. Dia berharap tidak terjadi sesuatu pada istrinya itu dan dia tidak mau merasakan kehilangan lagi.

Beberapa saat kemudian seorang dokter keluar, dengan cepat Adnan mendekat lalu bertanya, "Bagaimana dengan istriku?!"

"Anda bisa tenang Tuan, istri Anda baik-baik saja." Dokter itu menjawab.

Tidak berapa lama beberapa perawat membawa Binar untuk ditempatkan di sebuah ruang rawat inap. Adnan mengikutinya hingga tiba di ruang rawat inap yang sudah disiapkan.

Binar masih belum sadarkan diri, perawat mengatakan jika tidak lama lagi akan terbangun. Adnan hanya memperhatikan luka lebam dan di lehernya terdapat perban untuk menutupi luka sayatan belati.

"Beri dia penderitaan sebelum ajalnya dan cari tahu siapa yang berada di balik penyerangan ini!" perintah Adnan pada Candra.

Candra mengangguk lalu dia pergi meninggalkan Adnan bersama Binar di rumah sakit. Dia bergegas menuju tempat di mana pria itu di sekap dan akan diinterogasi.

Dalam benak Candra, dia tidak akan membiarkan ini terulang kembali. "Betapa bodohnya aku tidak menyiapkan pengawal untuk Binar Chavali!" gumamnya sembari berjalan menuju mobilnya.

Adnan terus saja duduk di samping Binar, memperhatikan dengan saksama wanita yang dicintainya saat ini. Dia bersyukur jika semua luka yang dideritanya tidak terlalu parah.

Namun, dia tidak akan membiarkan orang yang telah menyerang istrinya bisa hidup dengan tenang. Adnan akan membuat orang itu merasakan ketakutan jika mencari masalah dengannya.