Ga Eun yang melihat Binar diantar dengan sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik, dia penasaran siapa yang mengantarnya. Karena yang dia tahu saat ini suami bosnya ini sedang dalam perjalanan bisnis.
Binar yang melihat sorot mata Ga Eun tahu betul apa yang ada di dalam otaknya. Dia berniat sebelum Ga Eun bertanya akan menjawab terlebih dahulu, masalahnya pertanyaan sudah terlihat dari sorot matanya.
"Dia suamiku," kata Binar sembari berjalan melewati Ga Eun.
Ga Eun semakin menjadi, dia semakin ingin tahu apa yang sudah terjadi setelah pertemuan Binar dengan suaminya. Karena dia tahu sedikit jika bos dan suaminya tidak bertemu sedari awal pernikahan mereka.
"Lebih baik kau kerjakan tugasmu dan jangan banyak bertanya lagi ok!" ucap Binar pada Ga Eun yang mengikutinya dari belakang.
Ga Eun sedikit kesal karena dia tidak berhasil mengorek sesuatu dari Binar, dia pun berjalan meninggalkannya lalu mengerjakan apa yang belum diselesaikannya. Meski begitu dia tidak benar-benar marah padanya sebab menurutnya Binar adalah orang yang sangat baik padanya.
Tamu cafe mulai berdatangan, Binar selalu mengawasi setiap perkembangan cafe dengan baik. Dia sama sekali tidak merasa lelah dengan semua hiruk-pikuk di dalam cafe karena ini adalah bisnis yang dia sukai.
"Bos Bi, sudah waktunya makan siang!" kata Ga Eun yang muncul dari balik pintu ruangan Binar.
Binar terkekeh dengan panggilan bos Bi, dia merasa aneh dengan panggilan Ga Eun ini. "Hentikan kau memanggilku bos Bi!" ujarnya.
"Tidak mau," jawabnya singkat.
Ponsel Binar berdering, yang menghubunginya adalah Candra yang mengatakan jika saat ini sedang dalam perjalanan menuju cafe. Dia mengatakan jika Adnan ingin makan siang bersama.
"Siapa?" tanya Ga Eun pada Binar setelah melihatnya menutup ponselnya.
"Siapkan makan siang untuk dua orang!" perintah Binar pada Ga Eun.
Binar pun mengatakan jika suaminya akan makan siang di cafe bersama dengannya. Dan juga seorang asisten yang akan makan siang juga, jadi Ga Eun harus menyiapkan tiga porsi makan siang.
"Menu apa yang ingin di siapkan?" Ga Eun kembali bertanya pada Binar.
Sekarang binar bingung dengan pertanyaan Ga Eun karena dia tidak tahu makan yang disukai oleh Adnan. Dia sama sekali belum mengenal suaminya ini, Ga Eun menjentikkan jarinya untuk menyadarkan Binar dari lamunannya.
"Apa?!" tanya Ga Eun kembali.
"Buatkan saja sama denganku," jawab Binar sembari berpikir mudah-mudahan Adnan menyukainya.
Ga Eun pun pergi untuk menyiapkan semua yang sudah di pesan oleh Binar, nah sekarang giliran dia yang kebingungan. Karena dia lupa bertanya apa yang akan dimakan oleh asisten suaminya Binar.
"Ahhh ... Itu dipikirkan nanti saja! Aku harap asistennya tidak pemilih!" gumam Ga Eun sembari berjalan menuju pantry.
Tidak begitu lama Ga Eun pergi ke pantry, Adnan tiba di cafe dengan setelan jas yang membuatnya terlihat sangat cool. Banyak wanita yang meliriknya dan berkata ingin menjadi kekasihnya. Para pengunjung wanita mulai berbisik-bisik, mereka sangat terpikat oleh aura yang terpancar dari seorang Adnan Raymond.
Binar yang melihat kedatangan Adnan hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku para pengunjung wanita yang terpesona oleh suaminya itu. Dia menatap Adnan dengan lekat, memang terlihat berbeda dengan pertemuan mereka sebelum menikah.
Namun, entah mengapa Binar lebih suka jika di wajah Adnan ada sedikit jambang yang menghiasinya. Itu akan terlihat semakin keren, dia pun membayangkan bagaimana wajah Adnan yang sudah muncul jambang tipis.
Puk! Puk! Binar memukul kedua pipinya guna menyadarkan dirinya dari lamunan. Wajahnya sedikit memerah karena sudah membayangkan hal itu, dia tidak menyangka bisa membayangkan seperti itu.
"Apa kau demam?!" tanya Adnan yang sudah ada di hadapan Binar.
Mata Binar terbelalak saat melihat pria yang sudah dibayangkannya tepat berada di hadapannya. Secara refleks dia mundur dan kakinya tersandung, dengan cepat tangan Adnan menangkap tubuh Binar yang hendak terjatuh. Jika Andan tidak cepat mungkin kepala Binar sudah terbentur pojok meja.
"Apa yang kau pikirkan? Dasar ceroboh!" kata Adnan sembari menatap kedua bola mata coklat Binar.
Binar hanya diam, wajahnya semakin memerah karena malu. Akibat kecerobohannya itu terjadilah hal seperti ini, dalam benaknya berkata mengapa seperti cerita di drama Korea saja.
"Apa kau demam? Mengapa wajahmu semakin memerah?!" Adnan kembali bertanya pada Binar yang sedang malu.
Dengan cepat Binar melepaskan dirinya dari pelukan Adnan lalu memalingkan wajahnya untuk menenangkan dirinya. Agar wajahnya tidak memerah karena ulahnya sendiri.
Adnan kembali bertanya, dia sedikit khawatir dengan keadaan Binar saat ini. Sedangkan Candra hanya tersenyum melihat tingkah laku nonanya itu, dia menyadari jika sebentar lagi sang nona akan benar-benar jatuh hati pada tuannya.
"Aku tidak apa-apa," jawab singkat Binar sembari menenangkan dirinya.
Suasana menjadi canggung, saat sedang menunggu menu makan siang selesai disiapkan oleh Ga Eun. Menurut Binar waktu terasa lama karena Adnan selalu memperhatikan dirinya yang sedang mengerjakan semua pekerjaannya di balik meja kerjanya.
"Bos Bi, makan siang sudah siap." Ga Eun berkata dengan nada ceria, dia tidak menyadari jika di dalam ruangan sudah ada Adnan dan Candra.
"Ups..., maaf aku pikir sedang tidak ada tamu." Ga Eun berucap sembari membungkukkan tubuhnya.
"Kau Ga Eun?" tanya Adnan dengan nada datar.
"Iya, Tuan." Dia menjawab singkat, entah mengapa dia merasa sedikit merinding mendengar suara Adnan yang terlihat sedikit kesal.
Binar terkekeh-kekeh yang melihat sikap Ga Eun yang sedikit ketakutan mendengar suara Adnan. Suasana yang canggung itu memudar dengan tawa Binar. Dia pun beranjak lalu berjalan mendekat pada Ga Eun.
"Tidak perlu takut—ada aku di sini," ujar Binar dengan maksud menggoda asistennya itu.
Namun, candanya itu membuat Adnan ingin menggoda kucing liarnya itu, dalam benaknya berkata tadi dia tidak bisa berkata apa-apa. Sekarang dia berani menggoda Ga Eun di hadapannya.
"Aku lapar, bawa makanannya kemari!" ucap Binar pada Ga Eun.
Candra yang tidak ingin mengganggu acara makan siang Adnan dan Binar, meminta izin untuk menunggu di luar. Adnan mengizinkannya, dia pun menyuruh Candra untuk makan siang juga.
Setelah mendapat izin Candra pun berjalan keluar, dia mencari tempat duduk yang tidak terlalu mencolok. Entah mengapa dia tidak suka jika dilihat oleh mata para wanita yang melihat ke arahnya.
"Tuan, mau pesan apa?" tanya Ga Eun pada Candra yang sedang duduk sembari memainkan ponselnya.
Candra menatap wanita yang berbicara padanya, "Panggil aku Candra, bisa 'kan?"
"Bisa," jawab singkat Ga Eun lalu dia kembali bertanya apa yang hendak dipesan untuk makan siang kali ini.
Dia menunjukkan daftar menu di cafe, memang tidak ada makanan yang berat tetapi bisa mengenyangkan perut para pengunjung. Candra membaca daftar menu lalu dia memilih menu yang menurutnya cukup hingga nanti malam. Ga Eun pun pergi setelah mendapat pesanan dari candra.
Perhatian Candra teralihkah saat melihat Ga Eun berjalan meninggalkan dirinya. Dia teringat kembali kejadian tadi lalu tersenyum, dalam benaknya berkata mungkin gadis itu sedikit ketakutan saat mendengar suara Adnan.