Suara hiruk pikuk di cafe membuat Binar bisa melupakan kejadian tadi pagi, dia tidak menyangka jika Marcello adalah anak angkat dari Adnan. Hatinya kembali resah, dia tidak ingin bertemu dengan Marcello dalam waktu dekat ini. Namun, nasib berkata lain dia harus bertemu dengannya dan itu mungkin akan setiap hari.
"Binar ... Binar...," Ga Eun memanggil-manggil Binar tetapi dia tidak meresponsnya.
Ga Eun memanggilnya kembali sembari menggoyangkan tangannya yang sedang memainkan pulpennya. Binar menghentikan permainan tangannya terhadap pulpennya.
"Sejak kapan kau ada di sini?" Binar bertanya karena dia tidak menyadari kehadirannya.
"Aku sudah sedari tadi di sini, cuman kau saja yang asyik melamun." Ga Eun menjawab.
Binar pun bertanya ada apa dia menemuinya, apa ada masalah di cafe. Namun, dia melihat ke luar dari jendela besar yang menghalangi kantornya dengan ruang cafe. Terlihat aman-aman saja, tidak ada masalah yang membuat semua pengunjung terganggu.
"Ada seseorang yang ingin menemuimu," Ga Eun berkata sembari menunjukkan tangannya pada sebuah meja dari balik dinding kaca.
Binar melihat ke arah yang ditunjuk Ga Eun, terlihat seorang pria yang sedang duduk santai sembari menikmati pesanan yang sudah tertata rapi di atas meja. Dia tak lain adalah Marcello, salah hati Binar bertanya untuk apa dia ingin menemuinya.
"Suruh dia pergi, katakan padanya jika aku sedang tidak ada di tempat!" perintah Binar pada Ga Eun.
"Baiklah. Akan aku katakan padanya," jawab Ga Eun lalu dia berjalan keluar dari kantor.
Ga Eun mendekat pada meja Marcello, dia mengatakan apa yang dikatakan oleh Binar. Namun, Marcello tidak percaya dia mengatakan akan menunggunya sampai Binar mau menemuinya.
"Anda begitu keras kepala," ucap Ga Eun sembari berjalan meninggalkan Marcello.
Marcello tahu jika Binar ada di kantornya tetapi dia sengaja menghindari dirinya. Dalam hatinya masih ada yang ingin ditanyakan pada Binar, dia ingin bertanya mengapa bisa menikah dengan Adnan.
Ga Eun kembali masuk ke kantor Binar untuk mengatakan apa yang sudah dikatakan oleh Marcello.
"Dia tidak mau pergi dan terus akan menunggumu, sebenarnya siapa dia?" tanya Ga Eun yang penasaran dengan Marcello.
"Dia putra angkat Adnan," jawab Binar.
"Apa?" pekik Ga Eun seraya tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Ga Eun menatap Binar, dia merasa bukan hanya masalah anak angkat dari suaminya saja. Namun, ada masalah lain yang terjadi dan dia tidak mengetahui kejadian apa itu.
"Siapkan menu makan siang, aku akan pergi ke perusahaan Adnan!" Binar menyuruh Ga Eun.
"Ok," jawabnya singkat sembari berjalan meninggalkannya.
Meski dalam benak Ga Eun masih penasaran hubungan Binar dan Marcello tetapi dia tidak memaksa Binar untuk menceritakan semuanya. Dia pun langsung mengerjakan apa yang di suruh Binar menyiapkan menu makan siang yang bisa di bawa pulang.
Menu yang diminta Binar sudah selesai, Ga Eun pun menyerahkan pesanan itu pada Binar.
"Aku pergi, jika aku tidak kembali kau urus semuanya dengan baik!" kata Binar sembari melangkah keluar kantor.
Dia berjalan perlahan. Namun, dengan santai agar tidak terlihat jika dia sedang berusaha menghindar dari Marcello. Langkah kakinya terhenti saat dia sudah tiba di depan mobilnya.
Dengan cepat dia membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya, dinyalakannya mesin mobil. Secara perlahan mobil pun berjalan meninggalkan area parkir cafe.
Dalam perjalanan menuju perusahaan Adnan, dia mengambil ponselnya lalu menghubungi nomor ponsel Candra. Binar mengatakan dalam perjalanan menuju perusahaannya untuk mengantar makan siang untuk Andan.
Candra mengatakan jika Adnan sedang rapat tetapi sudah akan selesai, dia pun mengatakan untuk segera menuju ruang kerjanya saja. Setalah mengatakan itu Binar pun menutup sambungan teleponnya.
Beberapa saat kemudian tibalah Binar di depan gedung perusahaan Adnan, dia memperkirakan mobilnya di area parkir gedung. Setelah itu dia berjalan menuju lift untuk langsung menuju ke lantai yang di tujunya.
Sebelum memasuki ruangan Adnan, ada seorang wanita yang bertanya tentang keperluannya. Dia mengatakan ingin bertemu dengan Adnan Raymond, wanita itu pun kembali bertanya apakah Binar sudah membuat janji sebelumnya.
"Belum. Aku belum membuat janji dengannya, jawab Binar dengan nada santai.
"Kalau begitu Nona bisa menunggu terlebih dahulu," ucap wanita itu yang tak lain adalah sekretaris.
Binar pun duduk di atas sofa, dia mengambil ponselnya lalu melihat pesan-pesan yang masuk. Dia tidak menyadari jika Candra sudah melihatnya begitu juga dengan Adnan.
"Suruh dia masuk!" perintah Adnan pada Candra.
Adnan pun masuk ke ruang kerjanya, dia tidak sabar ingin tahu apa tujuan dari kedatangan istrinya itu. Sebab dia tidak mendapatkan kabar jika Binar akan mengunjunginya di perusahaannya.
"Nona, apakah Anda sudah menunggu lama?" tanya Candra pada Binar.
"Tidak," jawabnya singkat.
Candra pun mempersilakan Binar untuk ikut dengannya untuk menemui Adnan. Binar beranjak dari duduknya lalu berjalan mengikuti langkah Candra, dia melihat senyum sekretaris Adnan.
Candra mengetuk pintu ruang kerja Adnan, terdengar seruan masuk. Dia pun membuka pintunya perlahan lalu mempersilakan Binar untuk masuk terlebih dahulu baru dia masuk.
"Apa yang kau bawa itu?" tanya Adnan yang melihat binar dengan menjinjing sebuah tas tangan.
"Makan siang untukmu," Binar menjawab.
Adnan pun menyuruh Candra untuk pergi setelah menyerahkan beberapa dokumen yang sudah diperiksa dan dibubuhi tanda tangannya. Candra pun mengambil dokumen tersebut lalu dia pergi meninggalkan ruang Adnan.
Binar menatap Adnan, dia tidak tahu harus memulai pembicaraan apa padanya. Dia melihat Adnan beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekat, tanpa mengucapkan sepatah kata. Pria itu mengecup bibir binar sekilas.
"Ka—," Sebelum melanjutkan kata kau, Adnan kembali mengecup bibir Binar dengan lembut.
Kecupan lembut itu membuat Binar terhanyut, dia hampir saja melupakan apa yang ada di tangannya dan hendak terlepas. Namun, dia tersadar lalu menghentikan kecupan Adnan.
"Kita makan dulu!" ucap Binar dengan napas yang sudah tidak beraturan.
Adnan tersenyum lalu dia berkata, "Baiklah." Dia pun memegang tangan Binar lalu berjalan menuju sofa, dia duduk di atas sofa. Dan menyuruh Binar untuk duduk di sampingnya.
Binar pun duduk di sampingnya, dia membuka makanan yang sudah disiapkan oleh Ga Eun tadi. Dia menyuruh Adnan untuk segera memakannya agar makanan yang dibawanya tidak terlalu dingin dan akhirnya tidak enak untuk di makan.
Perasaan Adnan sangat senang karena melihat istrinya datang hanya untuk menyediakan makan siang untuknya. Dia pun menyuruhnya Binar untuk makan juga bersamanya.
"Perutku sudah terisi penuh," Binar mengatakan pada Adnan yang menyuruhnya untuk makan bersama.
Dia pun mengatakan akan menemaninya makan, mungkin akan menunggunya hingga selesai bekerja. Binar malas kembali ke cafe karena Ga Eun memberi kabar jika Marcello masih ada dan terus menunggunya.
"Apa kau tidak sibuk hingga ingin menemani aku bekerja?" tanya Adnan sembari menyantap makanan yang ada di hadapannya.
"Sibuk sih tetapi aku sedang malas bekerja," tukasnya.