Chereads / Your Father is My Husband / Chapter 30 - Memenuhi Hasrat

Chapter 30 - Memenuhi Hasrat

Binar dan Adnan tiba di rumah, setelah pembicaraannya dengan Marcello dia meminta Adnan untuk pulang. Dia sama sekali tidak ingin bertemu kembali dengan Marcello, bagi Binar pria itu adalah masa lalu yang harus dilupakan. Namun, tidak bagi Marcello yang masih ingin mengejar Binar.

Candra mengetuk pintuku kamar Adnan, sebenarnya dia tidak ingin mengganggu jam istirahat tuan dan nonanya. Namun, dia harus memberikan informasi yang sangat penting untuk disampaikan pada Adnan.

"Masuk!" terdengar suara Adnan yang menyuruh Candra untuk masuk.

Dia pun membuka pintu kamar, melangkah masuk dengan hati-hati karena saat ini dalam kamar bukan hanya ada Adnan seorang melainkan ada Binar yang sudah mulai tinggal dalam satu kamar.

"Ada apa?!" tanya Adnan pada Candra.

"Ada masalah yang harus dikerjakan di pulau Jeju," jawab Candra.

Candra pun lanjut mengatakan jika terjadi masalah dan mengharuskan Adnan untuk menyelesaikannya. Dia juga berkata jika orang itu mulai bergerak dan berusaha untuk mengacau.

"Apa aku boleh ikut?" Binar bertanya pada Adnan yang masih bicara dengan Candra.

Adnan menyuruh Candra untuk menyiapkan semuanya dan menyuruhnya untuk mengurus untuk keberangkatannya besok pagi. Candra pun mengangguk lalu dia berjalan keluar dari kamar.

Di dalam hati Candra berpikir mungkin mengurus semuanya ditambah dengan Binar. Menurutnya itu lebih baik dibanding meninggalkan nonanya bersama dengan Marcello.

"Kau serius ingin ikut denganku?" Adnan kembali bertanya untuk memastikan kembali apa yang didengarnya.

"Iya—jika kau tidak mau, ya sudah aku tidak akan memaksa!" jawab Binar dengan serius sembari berjalan menuju balkon.

Dalam benaknya untuk saat ini dia tidak ingin bertemu dengan Marcello karena dia sudah mulai di luar batas. Dia tahu jika Marcello akan melakukan apa yang sudah menjadi tujuannya.

Adan berjalan mendekat pada Binar, dia melihat wanitanya itu begitu berbeda. Terlihat jelas olehnya jika istrinya itu sedang memikirkan sesuatu dan dia yakin jika yang ada dalam pikirannya saat ini adalah Marcello.

Dia mendekap Binar dengan lembut, mencium aroma rambutnya yang bisa membuat hati Adan tenang. Tangan Binar memegang tangan Adnan yang melingkar di tubuhnya tanpa mengucapkan kata-kata.

"Bersiaplah—besok pagi kita akan pergi ke Jeju!" bisik Adnan sembari mengecup daun telinga Binar dengan lembut.

"Hentikan itu! Mengapa kau selalu mengecup daun telingaku hah?!" Binar berkata sekaligus bertanya pada Adnan.

Adnan terkekeh mendengar Binar berkata seperti itu, dia semakin ingin menggoda kucing liarnya itu. Dia mulai mengeluarkan kenakalannya dengan mengecup tengkuk leher Binar.

"Hentikan ini! Bagaimana jika ada yang melihatnya!" Binar berkata dengan lirih sembari menahan rasa geli akibat permainan Adnan.

Adnan tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Binar, dia masih saja bermain dengan lembut di daerah tengkuk lehernya. Dia tidak menyadari jika ada seseorang yang selalu memperhatikan apa yang dilakukannya bersama Binar.

"Adnan, hentikan ini!" kata Binar dengan lirih, nadanya mulai terdengar begitu menggoda.

"Baiklah," jawab Adnan sembari menggendong Binar lalu berjalan memasuki kamar.

Binar menatap Adnan dengan lekat, pria yang tidak disangkanya akan menjadi suaminya. Sekarang saat ini yang harus ada dalam hati dan pikirannya hanya Adnan seorang bukan pria lain.

"Jangan coba-coba memikirkan pria lain selain aku!" ujar Adan dengan serius tetapi tidak lama dari itu dia tersenyum lembut.

"Aku tidak memikirkan pria lain," jawab Binar sembari membuang wajahnya.

Dia tahu jika yang dikatakan tidak semua benar sebab dalam hatinya masih tersimpan nama Marcello. Namun, dia tidak akan pernah menerima kembali Marcello. Sebab bagi Binar saat ini yang menjadi keutamaannya adalah Adnan Raymond yang sudah menjadi suaminya.

"Kau harus pegang kata-katamu itu, Sayang!" ujar Adnan dengan lembut sembari menghempaskan Binar ke atas tempat tidur.

Adnan memperhatikan dengan lekat wanita yang ada di hadapannya itu, dia membungkukkan tubuhnya sehingga tepat berada di atas tubuh Binar. Dilihatnya bibir binar yang merona dan itu membuatnya tidak bisa menahan untuk menikmatinya.

Bibir Adnan tersenyum lembut lalu dia mengecup bibir binar dengan lembut. Permainan Adnan begitu lembut sehingga Binar menikmatinya dan mengikuti setiap permainan yang dilakukan oleh Adnan.

Tidak hanya bibir saja yang bermain, tangan Adnan pun mulai ikut bermain dengan menelusuri setiap lekuk tubuh Binar. Tangannya mulai membuka kancing baju binar satu per satu. Hingga akhirnya semua kancing pakaian binar terlepas, tangannya mulai bermain di bagian dada Binar dengan lembut.

Tubuh Binar bergetar setiap menerima permainan yang dilakukan oleh Adnan. Setiap getaran yang terlihat oleh Adnan itu semua membuatnya merasa semakin ingin bermain dengan wanita yang sangat dicintainya itu.

"Apa kau menikmatinya, Sayang?" bisik Adnan sembari menggigit lembut daun telinga Binar.

Binar tidak bisa mengatakan apa-apa, saat ini yang dirasakannya begitu membuatnya menginginkan yang lebih. Sentuhan Adnan yang lembut membuat dirinya tidak bisa menolaknya.

Dengan diamnya Binar membuat Adnan melanjutkan setiap permainannya dengan lembut. Dia kembali mengecup bibir binar dengan lembut, bermain sejenak di dalam rongga mulutnya. Tidak begitu lama bibirnya mulai mengecup leher Binar dengan lembut.

Kecupannya kembali berjalan menuju bagian dada Binar lalu bermain di sana. Tubuh Binar kembali bergetar menerima setiap permainan Adnan, dia tidak bisa menahan suaranya menyebut keluar.

Suara lembut itu membuat Adnan tersenyum dan semakin terprovokasi, dia ingin terus melakukan permainan yang akan membuatnya mendengar suara Binar yang sangat menikmati permainannya.

"Apa kau sudah siap, Sayang?" tanya Adnan dengan lirih.

Binar mengangguk lalu secara perlahan Adnan mulai bermain dengan sangat lembut. Bulir-bulir keringat mulai keluar dari kulit mereka berdua, yang menandakan jika mereka sudah menikmati setiap permainan.

Suara lembut Binar kembali keluar dari bibirnya yang merona itu, membuat Adnan semakin intens bermain. Akhirnya mereka pun mencapai titik kenikmatan bersama-sama.

Adnan menutup tubuh Binar dengan selimut, dia pun masuk kedalam selimut dan mendekap Binar dengan lembut. Malam ini begitu indah bagi Adnan, itu karena dia merasa jika binar sudah menyerahkan seluruh hatinya untuknya.

"Tidurlah—besok pagi kita berangkat!" Adnan berbisik lalu mengecup pucuk kepala Binar.

Binar pun memejamkan kedua matanya karena merasa lelah akibat pemakaian mereka berdua tadi. Begitu pula dengan Adnan yang berusaha untuk memejamkan kedua matanya tetapi dia tidak bisa.

Adnan kembali terpikirkan oleh hubungan Binar dan Marcello di masa lalu. Apakah hubungan mereka berdua benar-benar sudah berakhir dan Marcello akan menerima binar sebagai istri dari ayah angkatnya.

Jika dilihat dari sifat dan wataknya itu akan terasa sulit sebab Adnan tahu dengan pasti Marcello. Namun, dia tidak ingin terjadi kerenggangan antara dirinya dengan putra angkatnya itu.

Bagaimanapun juga dia sangat menyayanginya dan tidak ingin membuatnya menderita. Jika saja Adnan tahu lebih awal tentang hubungan Binar dengan Marcello, mungkin dia akan mundur dan membiarkan Marcello kembali bersatu dengan Binar.

Namun, sekarang sudah terlanjur dan Binar sudah menjadi istrinya, rasa cintanya pada binar pun semakin dalam. Dia tidak berniat untuk melepaskan Binar serta akan membuat Binar jatuh cinta padanya dan tidak ada niat untuk meninggalkan dirinya.