Tidak terasa hari pernikahan Binar dan Adnan akan berlangsung esok hari. Semua persiapan sudah dilakukan, tidak ada satu pun kekurangan dalam acara untuk esok hari.
"Kak—apa ini yang kau inginkan?" tanya Arganta pada Binar yang sedang duduk di atas sofa sembari membaca sebuah novel.
Binar menutup novelnya, lalu dia mengatakan jika semua ini sudah seharusnya terjadi. Dan dia sudah menerima semuanya.
"Kau tidak perlu khawatir—aku bisa mengurus diriku sendiri, sekarang yang aku inginkan jagalah ayah dan bunda untukku!" Binar berkata pada Arganta.
Arganta merasa jika apa yang dikatakan oleh Binar terasa janggal. Dia merasa jika Binar akan pergi meninggalkan dirinya ke tempat yang jauh. Namun, dia menghempaskan semua pikiran itu.
Terdengar suara ketukan pintu kamar, Arganta pun membuka pintu kamar Binar. Seorang pelayan mengatakan jika ada beberapa orang yang di utus Adnan untuk melakukan perawatan sebelum pernikahan.
Arganta pun menyuruhnya untuk masuk lalu dia pamit pada Binar. Untuk memberikan ruang padanya melakukan perawatan untuk hari besarnya esok pagi.
Dalam benak Arganta begitu cepat Binar akan menikah, mungkin dia akan segera ikut bersama dengan Adnan. Dan dia tidak akan dengan mudah bertemu dengannya. Apa itu sebabnya Binar mengatakan padanya untuk selalu menjaga ayah dan ibu.
Beberapa orang yang diutus Adnan pun mulai melakukan serangkaian perawatan tubuh pada Binar. Niat Adnan adalah untuk membuat hati Binar merasa tenang dan relaks.
Semua selesai dengan lancar, orang-orang yang diutus oleh Adnan pun pamit undur diri. Binar memikirkan kembali apa semuanya akan seperti yang diharapkannya. Apakah Adnan benar-benar akan menepati janjinya.
"Sayang, boleh Bunda, masuk?" tanya bunda sebanding mengetuk pintu kamar Binar.
"Masuk saja Bun," jawabnya singkat.
Bunda pun masuk kedalam kamar, dia melihat putri kesayangannya yang akan menikah. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Masih teringat jelas saat Binar baru dilahirkan, setiap tumbuh kembangnya hingga saat ini.
Binar yang melihat Bunda memperlihatkan raut wajah sedihnya, langsung memeluknya dengan erat. Dia tahu jika saat ini bunda begitu sedih karena pernikahannya.
"Apa keputusan yang kau ambil sudah tepat, Sayang?" Bunda bertanya kembali pada Binar.
Binar mengangguk, dia tahu jika bunda akan merasa sedih karena setelah menikah dirinya akan pergi ke Korea untuk mencapai keinginannya.
Dia pun mulai memberikan jawaban yang bisa membuat hati sang bunda merasa tenang. Semua ini memang seharusnya terjadi, memang sejak lama Binar berencana pergi ke Korea setelah kelulusannya.
"Apakah Adnan menyetujui keinginanmu?" Bunda bertanya kembali untuk meyakinkan hatinya.
"Iya Bun, Adnan sudah menyetujui semuanya. Jadi Bunda tidak perlu khawatir ya," jawab Binar dengan memegang telapak tangan sang bunda.
Bunda pun berusaha tersenyum, dia tidak ingin membuat Binar menjadi semakin sedih. Meski masih ada yang mengganjal dalam hatinya. Namun, pikirannya kembali teringat akan perkataan ayah bahwa semua ini demi keselamatan Binar.
Setelah berbincang-bincang dengan Binar, bunda pun keluar dari kamarnya karena masih ada yang harus dikerjakan. Lagi pula besok pagi sudah hari pernikahan putrinya dan besok adalah hari terakhir Binar ada di rumah ini.
Suasana kamar menjadi sunyi, Binar tidak menyangka jika dirinya akan menikah dengan pria yang jauh lebih tua darinya. Apakah hubungan mereka nanti akan berjalan dengan lancar atau akan membuahkan perselisihan.
Apakah dia bisa beradaptasi dengan setiap kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh Adnan. Dia juga belum tahu tentang Adnan sedikit pun, yang diketahuinya hanya Adnan adalah seorang pengusaha sukses dan hanya memiliki seorang anak.
Dalam hatinya terus saja bertanya-tanya apakah anak dari Adnan akan bisa menerimanya sebagai istri dari ayahnya sekaligus ibunya.
Binar menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, dia lelah jika harus memikirkan semua ini. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Namun, yang pasti dia akan melakukan hal-hal yang sudah direncanakan sedari awal.
Keesokan harinya.
Semua sudah siap, Binar pun sudah siap dengan gaun yang digunakan untuk pernikahannya bersama Adnan. Acara pernikahan pun berjalan dengan lancar. Tidak ada kendala yang membuat pernikahan tersendat.
Setelah acara pernikahan, Adnan meminta izin pada kedua orangtua Binar untuk membawanya langsung ke rumahnya. Mereka pun mengizinkannya, Binar bersama Andan kembali ke rumah.
"Tuan—sudah saatnya kita pergi," ucap Candra pada Adnan yang baru saja duduk di atas sofa.
Adnan menghela napasnya lalu dia berjalan menuju kamar di mana Binar berada. Dia ingin mengatakan jika dalam beberapa bulan ke depan tidak bisa menemaninya.
Dia membuka kamar, Adnan melihat Binar yang sedang berusaha membuka gaun yang melekat di tubuhnya. Namun, terlihat sangat kesulitan membuka ritsleting yang posisinya berada di punggungnya.
"Apa kau perlu bantuanku, Sayang?" Adnan berbisik sembari tangannya menurunkan ritsleting.
Binar terkejut, dia melangkah maju guna menghindari Adnan. Dia tahu jika saat ini sudah menjadi istrinya tetapi binar belum terbiasa dengan ini.
Adnan hanya tersenyum, dia melihat istrinya begitu pemalu. Padahal jika diingat-ingat waktu pertama kali bertemu binar tampak seperti gadis tengil, yang akan berbuat apa saja untuk menjaili setiap orang yang membuatnya kesal.
"Belajarlah untuk membiasakan diri terhadapku!" Adnan berkata pada Binar.
Dia juga mengatakan jika malam ini tidak bisa menemaninya. Karena ada urusan yang tidak bisa di tugaskan pada orang lain.
"Mungkin kita tidak akan bertemu beberapa bulan, aku harap kau bisa menjadi istriku yang baik dan aku tidak akan mengekang dirimu. Lakukan apa yang sudah kau rencanakan!"
Perkataan Adnan membuat hati Binar lega, paling tidak dia tidak akan melakukan perannya sebagai istri selama kepergiannya. Dalam benaknya mulai bermunculan beberapa ide yang akan dilakukan untuk mencapai semua keinginannya.
Setelah mengatakan itu Adnan pun pergi di malam pernikahannya. Sebenarnya dia tidak ingin meninggalkan istri yang baru saja dinikahinya itu. Namun, apa boleh buat semua urusan pekerjaannya tidak bisa dilimpahkan pada orang lain.
"Malam ini aku bisa tidur nyenyak, tidak perlu khawatir akan serangan Adnan!" gumamnya sembari berjalan menuju kamar mandi guna membersihkan diri.
Setelah selesai membersihkan diri, dia pun berjalan menuju tempat tidur lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dia berusaha memejamkan kedua matanya tetapi dia berpikir apa yang akan bunda katakan jika tahu Adnan pergi ke luar negeri saat malam pernikahannya.
Sedangkan di bandara Adnan mengatakan pada Candra untuk memilih beberapa pengawal untuk melindungi Binar. Dia juga mengatakan untuk mempermudah apa yang dibutuhkan oleh istrinya itu.
Dia tahu pasti Binar tidak akan tinggal di Jakarta dalam jangka waktu lama. Karena dia ingin pergi ke Korea untuk memulai bisnisnya di sana. Dan Adnan menyetujui semua yang dipinta Binar.