Perkelahian masih berlangsung, Binar terlihat sudah mulai kelelahan tetapi dia masih terus berusaha untuk melumpuhkan setiap musuh yang menyerangnya. Terdengar suara seorang musuh yang kesal dengan Binar yang sudah membuatnya terjatuh.
Saat binar berkelahi dengan seorang musuh pria yang kesal itu menarik sesuatu yang menutupi wajahnya. Alhasil masker yang menutupi wajah Binar terbuka dan rambutnya tergerai begitu saja.
Adnan yang menyadari jika wanita itu adalah istrinya sangat terkejut, dia tidak menyangka jika istrinya itu bisa berkelahi. Begitu juga dengan Candra sama terkejutnya juga melihat nonanya yang membantu menghadapi para musuh.
"Hentikan tatapan itu! Musuh masih berdiri tegap!" teriak Binar pada kedua orang yang masih terpaku dengannya.
Adnan tersenyum, dia kembali bersemangat untuk melanjutkan perkelahiannya. Perkelahian semakin sengit, para musuh masih bisa bertahan menghadapi Binar, Adnan dan Candra. Mereka tidak mudah menyerah.
Beberapa saat kemudian tiba dua mobil berwarna hitam, keluar beberapa orang berpakaian preman. Mereka adalah para musuh, Adnan melihat itu dia tahu jika saat ini musuhnya semakin bertambah.
"Sial mereka semakin banyak!" gumam Binar sembari melanjutkan perkelahiannya.
Bug!
Bug!
Whussss!
Serangan bertubi-tubi dari musuh membuat Binar terpojok dan mereka bertiga berkumpul di satu titik. Dengan napas terengah-engah binar mengatakan pada Candra untuk menghubungi pihak berwajib. Dia tidak ingin semalaman hanya berkelahi, lagi pula saat ini tenaganya sudah mulai habis.
"Candra, cepat hubungi polisi!" perintah Binar dengan napas terengah-engah.
"Baik, Nona!" jawabnya singkat sembari melihat pada Adnan.
Adnan mengangguk yang artinya menyetujui apa yang diperintahkan oleh Binar. Dan dia juga sangat penasaran mengapa istrinya tidak mengenalinya dengan baik, apakah ada masalah dengan ingatannya. Namun, sang istri tidak melupakan Candra. Itu membuat Adnan sedikit kesal.
"Mengapa kau tidak menyapaku, hah?!" tanya Adnan pada Binar yang tepat ada di sampingnya.
"Mengapa aku harus menyapamu? Kau buka adik, kakak, teman atau suamiku!" jawab Binar yang kesal mendengar suara pria yang begitu mengesalkan.
Candra yang baru selesai menghubungi polisi melalui earphone-nya terkekeh-kekeh saat mendengar perdebatan tuan dan nonanya itu. Dan itu membuat Andan semakin kesal, dia langsung menyerang para musuh yang sudah mendekatinya.
"Siapa orang itu, Candra?!" tanya Binar yang masih kebingungan.
"Nona, lihat saja nanti!" jawab Candra yang semakin membuatnya penasaran.
Dalam hati Adnan yang masih sangat kesal karena istrinya tidak mengenali wajahnya. Menghajar para musuh dengan membabi-buta dan satu per satu musuh jatuh tersungkur di atas jalanan beraspal.
Tidak lama dari itu tibalah polisi yang menangkap para musuh yang sudah tidak berdaya maupun yang masih bisa berdiri tegap. Adnan menyuruh Candra untuk memberitahukan pada Binar untuk kembali ke rumah terlebih dahulu. Candra mengangguk lalu dia mendekat pada Binar yang hendak kembali ke apartemennya.
"Nona, sebaiknya Anda kembali ke rumah karena Tuan akan segera kembali." Kata Candra.
Binar merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Candra lalu dia menegaskan lagi jika dia akan kembali ke apartemennya dan dia tidak tahu rumah yang di maksud olehnya. Candra tersenyum lalu dia mengatakan sebenarnya Adnan sudah menyiapkan sebuah rumah semenjak Binar tinggal di Korea.
"Aku akan kembali ke apartemen, katakan pada tuanmu jemput saja sendiri jika dia masih menganggap aku istrinya!" Binar berkata sembari pergi meninggalkan Candra.
Candra hanya tersenyum melihat sikap dari istri tuannya itu, dia berpikir jika kehidupan Adnan akan semakin menarik untuk dilihat. Dia sudah bosan melihat hidup Adnan yang monoton hanya kerja dan kerja saja yang ada di pikirannya.
"Tuan, dengar sendiri 'kan?" ucap Candra pada Adnan yang berada di dekatnya.
Adnan hanya tersenyum mendengar perkataan Binar, seorang polisi mendekati mereka dan mengatakan untuk jika Adnan dan Candra haru ikut ke kantor polisi untuk dimintai keterangan masalah menyerangnya ini. Polisi itu pun menyuruh anak buahnya untuk meminta Binar ikut pula ke kantor polisi. Namun, Candra mengatakan untuk membiarkannya pergi karena Binar adalah istri dari Adnan.
Polisi itu pun membiarkan Binar untuk pergi, sedangkan Adnan dan Candra ikut pergi ke kantor polisi. Adnan merasa berbeda melihat penampilan Binar yang seperti ini tetapi semua itu membuatnya semakin tertarik terhadap kucing liarnya itu.
Binar yang merasa kelelahan akibat perkelahian itu langsung pergi meninggalkan lokasi dan kembali pulang ke apartemennya. Dalam perjalanan pulang, dia merasa aneh dengan pria yang tadi berdebat dengannya. Namun, dia menghempaskan pikiran itu.
Setibanya di apartemen dia langsung menyiapkan air untuk berendam, membuka pakaian satu per satu. Ada luka lebam di tubuhnya, mungkin itu adalah hasil dari perkelahian tadi. Tidak terasa sakit awalnya tetapi sekarang dia mulai merasakan sakit.
Air hangat untuk berendam sudah siap, dia memasukkan kakinya lalu duduk di dalam bathtub sembari mendengarkan alunan musik yang begitu menenangkan.
Di sisi lain Adnan yang berada di kantor polisi sudah menyelesaikan semua perkataannya. Mereka berdua pun diizinkan untuk pergi, Adnan bertanya pada Candra bagaimana keadaan para pengawal yang sudah di serang juga. Candra mengatakan jika semuanya sudah diselesaikan, yang terluka sedang dirawat di rumah sakit.
"Kita kembali ke apartemen!" perintah Adnan pada Candra sembari jalan menuju mobil.
Mereka pun ke apartemen, dalam perjalanan Adnan merasa harus memberikan hukuman pada istrinya itu karena Binar tidak mengenalinya. Candra yang tahu apa yang ada dalam pikiran tuannya berkata, "Nona, tidak mengenali Anda mungkin karena semua jambang di wajah Anda sudah hilang."
Adnan diam, dia memikirkan apa yang dikatakan oleh Candra mungkin benar adanya. Itu sebabnya Binar tidak mengenali suaminya sendiri dan lagi semenjak mereka menikah belum bertemu kembali.
Tibalah Adnan di apartemen, dia langsung masuk kedalam apartemen. Dia masuk dengan mudahnya karena sudah tahu kata sandi apartemen Binar. Candra bertanya apakah ada yang masih membutuhkan bantuannya.
"Istirahatlah!" perintah Adnan pada Candra.
Candra membungkuk lalu dia pergi ke sebelah apartemen Binar karena dia sudah menyiapkan sebuah apartemen tepat di sebelah apartemen Binar. Itu semua demi memudahkan tugasnya jika nonanya itu tidak mau kembali ke rumah yang sudah disiapkan oleh Adnan.
Adnan tidak menemukan Binar di dalam kamarnya, dia mendengar suara musik dari kamar mandi. Dalam pikirannya mungkin istrinya sedang membersihkan diri. Dia pun menunggu sampai Binar selesai dengan rutinitas membersihkan dirinya.
Sudah tiga puluh menit Adnan menunggu dan Binar tidak keluar sama sekali, dia mulai khawatir apakah terjadi sesuatu pada istrinya itu. Dia berjalan menuju kamar mandi, membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci dengan perlahan. Dia melihat Binar yang masih berendam dalam bathtub, rupanya dia tertidur saat Adnan mengeceknya.
Adnan tersenyum melihat Binar seperti ini, "Kau kucing liarku, tadi terlihat sangar tetapi sekarang tidak memiliki kewaspadaan yang tinggi." Gumamnya sembari menyibakkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Binar.
Dia mengambil handuk lalu mengangkat binar dengan lembut menuju tempat tidur. Sungguh tingkat kewaspadaan yang sangat lemah, diangkat saja tidak terbangun itulah yang ada dalam hati Adnan dengan senyum lembutnya.