Brugggg! Binar terjatuh dari tempat tidurnya, saking terkejutnya dia sudah berada di atas tempat tidur dan berada di dalam pelukan seorang pria yang tidak dikenal. Dia melihat dengan saksama pria yang ada di atas tempat tidurnya, dalam benaknya berkata jika pria itu adalah pria yang semalam bersama dengan Candra.
Namun, mengapa pria ini bisa berada di dalam apartemennya dan bagaimana bisa masuk dengan mudahnya. Dia mengambil tongkat pemukul yang berada di samping tempat tidurnya, niatnya adalah untuk menghajar pria yang sudah berani masuk kedalam apartemen dan tidur di atas tempat tidurnya.
"Hei ... Bangun!" Binar berkata dengan menggoyangkan tubuh Adnan menggunakan tongkat pemukul.
Adnan terbangun, dia melihat binar yang sudah berdiri sembari memegang tongkat pemukul dan siap untuk memukulnya. Dia menetap dengan mata yang masih merasa berat, rasa kantuk masih menggelayutinya dan hendak kembali tidur.
"Dasar kau pria kurang ajar! Cepat bangun! Katakan siapa kau? Beramai sekali kau masuk ke kamarku hah!" tanya Binar dengan nada marah.
Dia terus berkata agar pria itu bangun kalian tidak dia akan memukulnya dengan tongkat yang ada di tangannya. Binar menghitung mundur dari angka 3 jika pria itu tidak bangun maka dia benar-benar akan menghajarnya tanpa ampun.
Binar sudah benar-benar kesal, dia mengangkat tongkat itu dengan niat memukul pria yang sudah tidak tahu diri itu. Dalam benaknya tidak ada kata ampun bagi pria yang sudah masuk kedalam kamarnya tanpa izin.
"Apa kau mau membunuh suamimu?!" Andan bertanya sembari membuka kedua matanya yang melihat Binar sudah siap memukulnya dengan tongkat pemukul.
Kedua mata Binar terbelalak, dia terkejut dengan perkataan pria yang masih merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Dia menatap dengan saksama wajah pria itu, wajahnya masih penuh dengan rasa tidak percaya.
"Suamiku memiliki jambang yang lebat dan kau?!" tanya Binar dengan nada menyelidiki.
Adnan bangun dari posisi tidurnya, dia mendekat pada Binar lalu membisikkan sebuah kata dan hanya dia serta Adnan yang tahu. "Apa kau melupakan aku, kucing liarku!"
Binar terdiam, dia masih saja menatap Adnan sembari membayangkan wajah Adnan yang berjambang dan bagaimana jika jambang itu dihilangkan. Dia menghela napas yang artinya dia sudah mengenali Adnan selain mendengar kata kucing liar. Karena hanya Adnan yang mengatakan itu padanya.
"Aku bukan kucing liar tahu!" kata Binar sembari menyimpan tongkat pemukul di tempatnya.
"Apa kau sudah cukup bersenang-senang?!" tanya Adnan semabari mendekatinya lagi dan memegang pinggang Binar dari belakang.
Binar mengerti maksud dari pertanyaan itu yang artinya jika sekarang saatnya untuk berperan sebagai istri dari Adnan Raymond. Dia hanya diam dan tidak mengatakan apa pun. Dia berpikir siap tidak siap jika Adnan sudah kembali padanya maka dia harus sudah menjadi istri sepenuhnya.
Namun, dia kembali teringat akan Marcello yang kembali hadir dalam hidupnya. Dia tidak mengira jika masa lalunya akan hadir bertepatan dengan kembalinya Adnan ke sisinya setelah perpisahan mereka karena urusan bisnis dan perjanjian di antara mereka berdua.
"Mengapa kau diam?" Adnan kembali bertanya dengan berbisik di telinganya Binar setelah itu mengecup daun telinganya dengan lembut. Binar terkejut dengan apa yang dilakukan Adnan, dia mendorong tubuhnya agar terlepas dari dekapan Adnan.
"Aku belum puas bersenang-senang," jawab Binar sembari berjalan menuju kamar mandi untuk menghilangkan rasa malu pada Adnan.
Adnan tersenyum dia menarik tangan Binar sehingga wanita yang hendak meninggalkan dirinya terhenti dari langkahnya. Dia menarik tangannya lalu Binar terjerembap dalam pelukan. Dalam benaknya dia tidak akan melepaskan kucing liarnya kali ini.
Ditatapnya dengan lekat wanita yang sudah memikat hatinya sedari pertama bertemu itu. Binar hanya terdiam, dia menatap Adnan sekilas lalu menundukkan wajahnya. Entah mengapa dia merasa malu jika saling berhadapan dan sedekat ini.
Tangan Adnan memegang dagu Binar, dia mengangkatnya perlahan untuk melihat kembali dengan saksama wajah wanita yang sudah dirindukannya ini. Dia tidak bisa menahan lagi keinginan untuk melahap bibirnya yang terasa menggoda, perlahan bibirnya mulai mendekati bibir Binar.
Binar terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Adnan, dia ingin melepaskan kecupan itu. Namun, Adnan dengan cepat menyentuh tengkuk leher Binar, sehingga dia tidak bisa melepaskan diri begitu saja.
Kecupan hangat Adnan dengan permainan yang begitu lembut membuat Binar menikmati semua dan mengikuti setiap permainannya. Adnan melepaskan kecupannya, terlihat napas Binar tersengal-sengal karena hampir kehabisan napas.
"Apa kau ingin membuatku tak sadarkan diri?!" tanya Binar dengan napas yang belum kembali normal.
Adnan tersenyum mendengar pertanyaan itu lalu dia berbisik, "Aku akan mengajarimu agar tidak kehabisan napas."
Binar membalikkan tubuhnya, dia merasa jika sudah saatnya dia sedikit menjauh dari Adnan. Jika tidak, pria yang ada di hadapannya ini tidak akan melepaskannya begitu saja.
"Mau ke mana?!" tanya Adnan sembari memegang pergelangan tangan Binar.
"Aku mau bersiap, sudah saatnya ke cafe!" jawabnya.
Mendengar itu Adnan sedikit kesal karena dia masih ingin bersama dengan Binar. Dia tidak ingin melepaskan wanita yang sudah diinginkannya itu tetapi dia tidak bisa egois. Karena dia tahu dengan pasti bahwa istrinya belum sepenuhnya menerima dia sebagai suaminya.
Adnan pun melepaskan Binar untuk bersiap, sedangkan dia berjalan menuju pantry untuk menyiapkan minuman dan sarapan untuknya dan juga Binar. Dia menginginkan sesuatu yang akan membuat istrinya itu mulai mencintainya.
Binar yang sudah selesai bersiap, mencium aroma yang membuat perutnya menginginkan itu. Dia berjalan menuju aroma itu berasal, kakinya terhenti di depan pantry. Melihat seorang pria yang sedang menyiapkan sesuatu, dalam benaknya Adnan terlihat begitu berbeda jika berada di pantry.
"Makanlah, setelah itu kau bisa ke cafe!" perintah Adnan dengan senyum hangatnya.
"Kau yang menyiapkan semua ini?" tanya Binar pada Adnan.
Kepala Adnan mengangguk, dia tersenyum lalu mempersilakan Binar untuk duduk. Setelah Binar duduk dia pun duduk di sampingnya untuk menukangi semua yang sudah disiapkan olehnya.
Sembari menyantap makanan yang sudah disiapkan Adnan mengatakan pada Binar jika mulai malam ini dia harus pulang ke rumah. Rumah yang sudah disiapkan semenjak Binar pertama kali ke Korea.
"Apakah kita tidak bisa tinggal di sini saja?" Binar bertanya sembari menatap Adnan yang sedang meminum jus jeruk.
"Kali ini kau harus menuruti perintahku karena aku sudah menuruti apa maumu dalam perjanjian sebelum kita menikah!" jawab Adnan dengan santainya.
Binar terdiam, dia mengingat kembali semua perjanjian yang sudah ditandatangani olehnya sebelum mereka menikah. Sekarang dia tidak bisa lagi mengambil tindakan berdasarkan keinginannya. Karena sudah saatnya bagi dia untuk menjadi seorang istri dari Adnan Raymond.