Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi.
Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….
***********
Suasana pagi yang tenang menyelimuti sekolah ROMA di hari jum'at ini. Ketiga pentolan sekolah sedang berkumpul di pinggir lapangan basket tempat favorite mereka kalau di sekolah. Seusai membakar kalori dengan bermain basket, mereka mengistirahatkan tubuh sambil membahas obrolan ringan.
"Eh, 2 Minggu lagi acara reuni SD kita, 'kan?" tanya Baja membuka pembicaraan. "Kalian datang?" tanyanya kemudian.
"Datang dong, 'kan gue punya pasangan," jawab Haru mengejek kedua sahabatnya.
"Nggak heran sih, lo pasti mau reunian juga sama mantan-mantan lo yang segudang itu," sahut Baja balas mengejek.
"Sial, buka kartu aja lo!" maki Haru pura pura kesal. "Lo datang sama siapa nanti? Lo nggak mungkin ngajak cewek galak itu, 'kan?" tanyanya kemudian.
"Ya enggaklah! Gue duduk di bangkunya aja udah kena omelan, apalagi ngajak dia datang ke acara reuni," celoteh Baja bergidik membayangkan omelan gebetannya. Meratapi nasib cintanya yang tak terbalas.
"Terus lo mau datang sama siapa?" tana Naka mengerutkan keningnya penasaran.
Baja tersenyum lebar. "Hari gini nyari pasangan instant tuh banyak. Tinggal comot satu, ajak ke pesta, kelar deh," ocehnya kemudian. "Ngomong-ngomong, Diandra kabarnya gimana ya?" tanyanya kemudian mengingat satu nama di masa lalu.
"Sekarang udah tunangan dia. Kalau lo nggak mau kena bogem mentah dari tunangannya, mending nggak usah punya niat buat deketin dia lagi, apalagi sampai ngajak balikan," celoteh Haru yang mempunyai segudang informasi terpercaya.
"Kangen doang, Sob," jawab Baja tersenyum jenaka. Meskipun Diandra adalah mantan terindahnya, tapi sekarang hatinya sudah terpatri pada nama lain. Jadi tidak mungkin jika dia balikan dengan mantan kekasihnya.
"Kalau Lo datang sama siapa, Ka?" tanya Haru menoleh ke arah cowok yang sedari tadi memainkan bola basket di tangannya.
"Jomblo datang sama siapa kalau nggak sendirian," oceh Naka pura-pura nelangsa.
"Aduh, kasihan banget sahabat gue yang satu ini." Haru menatap Naka pura-pura iba. "Lo mau gue kenali sama temen-temen cewek gue nggak, Ka? Tipe cewek idaman lo kayak gimana? Semua kriteria ada kok, lengkap." Haru menyombongkan isi ponselnya.
Naka hanya geleng geleng kepala sementara Baja tersenyum geli melihat betapa semangatnya Haru menawarkan nomer kenalannya yangs egudang itu.
"Gimana? Gimana? Mau yang cantik? Tinggi? Pintar? Rambut panjang? Pendek? Hitam? Pirang? Ngomong aja, Ka, mumpung kontak cewek di ponsel gue baru diperbaharui kemarin malam. Masih fresh, masih seger. Janda udah nggk ada, bencong udah gue basmi, dedek dedek gemes juga udah ilang, gue tahu Lo nggak doyan yang umurnya jauh dibawah lo. Ibu ibu haus belaian juga udah gue hapus. Lo butuh yang kayak apa, gue juga ada, Ka." Haru berseru heboh layaknya emak-emak di pasar yang tengah menawarkan barang dagangan.
"Nggak usah deh, makasih atas tawaran lo yang nggak ada faedahnya itu. Bekas lo semua pasti," celoteh Naka menghina.
"Ada yang enggak kok! Ehm, dua atau tiga orang kayaknya," gumam Haru pura pura berfikir.
"Emang kontak cewek lo ada berapa?" tanya Baja.
"500 lebih kayaknya," sahut Haru dengan entengnya.
"Busyet! Kon gendeng a?" seru Baja mengeluarkan medok jawanya. "Gue dua aja belum, lo udah bikin warga satu RT. Parah banget lo," semburnya kemudian.
"Ck, lebay lo. Masa muda itu biasa main-main sama cinta," seru Haru mengibaskan tangannya ke udara.
"Karma berlaku lho, Ru. Ati-ati aja," celoteh Naka tersenyum mengejek.
"No, no, no." Haru menggeleng pelan. "Karma nggak berlaku sama gue. Gue udah lama berkecimpung di dunia percintaan kayak gini. Buktinya gue nggak apa-apa tuh. Karena gue mainnya nggak pernah pakai hati, Men. Gue nggak bego'." celotehnya menyombong.
"Ck, terserah lu dah. Doa tiap hari supaya karma melipir kabur saat ngelihat lo," oceh Baja menggeleng gelengkan kepalanya tak habis fikir dengan sikpa playboy sahabatnya itu.
"Chakra bakalan datang juga, 'kan? Mau ngajak siapa tuh anak?" tanya Naka membahas sahabatnya yang beda sekolah.
"Halah, sama aja nasibnya kayak kalian. 'Kan dia juga jomblo," sahut Haru.
"Ck, nyombong aja terusss," dengkus Baja. "Semoga aja doa tolak karma lo nggak berlaku," imbuhnya kemudian disertai dengan doa dalam hati.
Haru dan Naka tertawa mendengar omelan Baja barusan.
"Yah, marah. Terima nasib woy!" seru Haru tak bosan bosannya mengejek Baja.
"Hahahahhahaha." Mereka tertawa bersama dengan riang gembira.
*****
"Bi! Lo dimana? Babi!" teriak Chakra saat memasuki rumah Lova. pemuda itu langsung menerbos masuk dan berkeliling rumah tanpa kesopanan. Mencari si pemilik rumah karena ia ingin membicarakan hal penting dengan Lova.
Lova bergerak dengan malas di sofa ruang Tv. Siang hari yang tenang harus terusik karena kehadiran pengganggu seperti Chakra. Hatinya tengah berbunga karena sekolahnya pulang cepat. Tapi rasa bahagianya baru bertahan selama 3 jam karena kemunculan Chakra yang mengganggu ketenangannya.
"Lo fikir rumah gue hutan Kalimantan yang penuh dengan spesies kayak lo alias orangutan? Ngapain lo teriak-teriak manggil nama gue? Gue nggak budek, Nyet!" omel Lova memandang pemuda yang berjalan tergesa-gesa melewatinya.
Chakra menoleh sekilas ke ruang keluarga dan melihat seseorang yang dicarinya berbaring dengan tenang di sofa depan TV. "Eh, lo di sini ternyata," celotehnya cengengesan.
"Dari tadi gue nangkring di sini! Lo aja yang nggak lihat karena keburu panik. Makanya kalau lihat lihat itu yang bener!" oceh LOva sedikit mengomel.
Chakra buru-buru menghampiri Lova dan memaksa gadis itu duduk. Setelahnya ia duduk di sebelahnya dengan ekspresi sedih.
"Ada apa sih?" tanya Lova setelah menelaah wajah kusut Chakra.
"Lihat nih! Masalah gue!" seru Chakra heboh. Pemuda itu mengacunkan undangan berbungkus plastik di depan wajah Lova. Benar-benar di depan wajah sampai Lova tidak bisa melihat dengan jelas.
"Kedeketan, Bego! Gue nggak bisa baca!" omel Lova merebut undangan tersebut dari tangan Chakra. "Undangan apa nih?" gumamnya kemudian. "Reuni SD? Wah, rajin juga sekolah SD lo! Gue aja udah lupa siapa aja nama temen SD gue," celotehnya kemudian.
"Ck," decak Chakra karena melihat sikap santai Lova di tengah rasa paniknya. "Undangan itu masalah buat gue, Bi! Lo kenapa malah bahas rajin atau enggaknya? Trus bodoamat kalau lo lupa sama nama temen SD lo. Gue aja juga nggak inget kecuali most wanted," ocehnya bercanda namun dengan mimik muka serius.
"Ya udah, sama aja!" seru Lova lalu terenyum kecil. "Terus? Masalahnya dimana?" tanyanya kemudian merasa heran karena Chakra mempermasalahkan undangan tersebut.
"Masalahnya kasta gue masih sama kayak Baja! Jones! Alias jomblo ngenes! Gue harus datang sama siapa ke acara reuni nanti?" keluh Chakra mengiba.
"Datang sendiri aja! Lo 'kan datang ke acara reuni SD, bukan couple of the years. Repot banget sih Lo! Dasar drama king!" oceh Lova tak habis fikir dengan sikap lebay Chakra.
"Bi, lo lupa! Reuni itu ajang pamer! Ya kali cowok setampan, sekeren dan seterkenal, gue datang ke acara reuni sendirian. Gue nggak sengenes itu kali," omel Chakra karena Lova menganggap remeh masalahnya.
"Ya faktanya 'kan lo jomblo!" oceh Lova dengan santainya.
Chakra langsung melotot mendengar ucapan Lova barusan. "Sialan," makinya pelan.
"Hahahaha." Lova tertawa kencang.
"Bi, berhenti tertawa! Kasih gue solusi dong!" omel Chakra karena LOva justru mentertawakannya tanpa memberikan solusi dari masalahnya.
"Ya gue harus gimana? Gue 'kan bukan mak comblang!" dengkus Lova. "Lo tanya ke Haru aja! Dia kan playboy jam bangau, pasti kenalan ceweknya banyak. Lo tinggal pilih satu dah," ucapnya kemudian memberikan saran.
"No! Dia bakalan ngetawain gue selama seminggu kalau gue minta bantuan ke dia," oceh Chakra menolak saran Lova mentah mentah.
"Ck, ya terus gimana? Emang ada solusi lain?" tanya Lova tak habis fikir dengan ego Chakra yang selangit.
"Ya udah. Kalau gitu lo aja yang jadi pasangan gue di acara reuni nanti," ujar Chakra pada akhirnya.
"Hah? Gue?" Lova menunjuk dirinya sendiri. "Nggak mau! Mending gue nobar drama korea," imbuhnya kemudian.
"Ayo dong, Bi. Gue bakal kasih apapun yang lo mau deh." Chakra menampilkan ekspresi mengiba.
"Apa pun?" Lova tersenyum menyeringai.
"Iya. Apa pun," ucap Chakra menganggu dengan tegas.
"Oke, gue mau! List keinginan gue akan gue kirim lewat whatssup."
"Siap." Chakra tersenum lebar. "Jangan lupa, Bi, nanti pas acara reuni lo ke salon. Dandan yang cantik supaya gue nggak malu jadiin lo pasangan gue. Eh, tapi acaranya masih 2 Minggu lagi. Mending lo perawatan dari sekarang deh, suka susah kalau harus make over total modelannya kayak lo gini," celoteh Chakra meledek Lova.
"Bawel! Pulang sono lu!" oceh Lova mengusir Chakra yang tertawa lebar.
*****
Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..
Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.
1. Not a CLassic Wedding
2. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]]
3. Black Tears
4. Selingkuhan
5. Merakit Perasaan
6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!
Dukung terus anak anak saya yaa....
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk
PYE! PYE!
Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....