Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran a tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….
***********
Chakra terbangun keesokan harinya. Ia menggerakkan tubuhnya yang pagi ini sudah jauh lebih baik daripada kemarin. Chakra memutuskan untuk membasuh wajahnya dengan air dingin lalu berjalan keluar kamar. Saat melewati kamar tamu, ia mengintip ke dalam dan tidak melihat sosok Lova. Tempat tidur sudah rapi dan itu artinya Lova sudah bangun.
"Apa Lova udah pulang ke rumahnya ya?" gumam Chakra lalu menutup pintu kamar tamu.
Chakra memutuskan untuk turun ke bawah dan berjalan ke arah dapur karena tenggorokannya terasa kering dan minta diberi asupan air. Baru memasuki area dapur, kakinya berhenti melangkah karena kaget dengan apa yang ia lihat.
"Hai, selamat pagi, Chak!" sapa Lova tersenyum lebar.
Chakra mengucek-ngucek kedua matanya saat melihat pemandangan di dapur rumahnya. Ia merasa aneh saat melihat Lova berdiri di depan kompor dengan menggunakan pakaian rumahan serta celemek berwarna pink. Gadis itu tengah memasak sarapan pagi di dapur rumahnya.
"Lo bisa masak, Bi?" tanya Chakra tersenyum menyeringai. Tidak menyangka jika gadis galak seperti Lova bisa melakukan ekgianan super perempuan yaitu memasak.
"Bisa dong, gue sering belajar masak dari mama," celoteh Lova sembari memasukan udang goreng tepung ke dalam wajan berisi minyak.
Chakra manggut-manggut lalu berjalan menuju lemari es. Cowok itu meraih sebotol minuman dingin lalu meneguknya hingga separuh.
"Demam lo udah turun?" tanya Lova yang sudah ada di samping Chakra.
Chakra sempat kaget karena saat menutup pintu kulkas, Lova sudah berdiri di sampingnya. Tangan gadis itu terulur untuk menyentuh dahi Chakra. Mengecek suhu tubuh cowok itu.
"Hehm, udah nggak panas," gumam Lova saat merasakan suhu tubuh Chakra sudah kembali normal.
"G-gue, udah sehat kok," celoteh Chakra menepis tangan Lova pelan. Tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang saat Lova menyentuh dahinya. Apalagi jarak di antara mereka cukup dekat.
"Ya udah bagus. Lo sekarang mendingan mandi, habis itu sarapan. Ini sebentar lagi makannya siap kok," celoteh Lova menyuruh Chakra untuk mandi dan bersiap siap.
"Hehm," gumam Chakra berlalu pergi.
Selesai mandi Chakra jauh lebih fresh. Rambutnya terlihat basah dengan menyisakan butiran air jatuh di pundaknya. Cowok itu menghampiri Lova di meja makan. Chakra bersiul saat melihat hidangan dia atas meja, ada udang goreng tepung, sambal cumi, gorengan dan juga sayur bening.
Lova menyiapkan segelas susu dan jus saat melihat kedatangan Chakra.
"Wah, Bi, lo kayaknya udah cocok jadi istri deh. Nikah sono! Udah cocok jadi istri idaman," celoteh Chakra lalu duduk di hadapan Lova.
Lova tersenyum senang mendengar pujian Chakra barusan. Sebagai seorang perempuan, calon istri dan juga ibu, tentu saja Lova senang jika disebut istri idaman yang pintar memasak,
"Eh, tapi lo bakal nikah sama siapa? Lo 'kan jones ya," ceriwis Chakra tersenyum mengejek.
Senyum lebar milik Lova langsung lenyap seketika. Baru juga senang karena di puji, cowok itu sudah memancing emosinya. "Rese' lo! Eh, lo punya sahabat jomblo, di doain dapat pacar kek. Syukur-syukur malah dicariin pacar. Lo jadi sahabat, ada gunanya dong buat gue," keluh Lova mengomeli Chakra.
"Hahahahaha." Chakra tertawa kencang. "Tenang, Bi, lo mau calon pacar yang kayak gimana? Gue punya bantak stok temen cowok buat jadi kandidat calon pacar lo," ceriwisnya kemduian setelah puas tertawa.
"Nah, gitu dong! Cariin gue pacar kayak Hyunjin Straykids," seru Lova semangat.
"Hah? Siapa? Straykids? Sekolah mana tuh?" celoteh Chakra bingung. Ia tidak pernah mendengar ada nama sekolah 'straykids ' di Jakarta.
"Bukan sekolah, Bego', tapi boyband," cibir Lova memutar matanya jengah.
"Boyband korea, maksud Lo?" tanya Chakra lagi.
"Iya." Lova mengangguk semangat.
"Gampang, kalau itu gue bisa bantu," celetuk Chakra dengan santainya
"Apaanya? Lo bisa bantu cariin pacar kayak Hyunjin?" tanya Lova menatap Chakra dengan mata berbinar-binar.
"Enggak, gue bisa bantu cariin rumah sakit jiwa karena halu lo yang nggak tertolong," oceh Chakra dengan tampang datarnya. Menggeleng gelengkan keapalanya melihat sahabatnya terlalu halu saking ngefansnya sama bintang kpop.
"Sialan, Chakra!" teriak Lova melempari Chakra dengan sendok.
Chakra tertawa puas setelah berhasil menjahili Lova. Ia tersenyum geli melihat raut wajah Lova yang kesal dan cemberut. Pagi ini jauh lebih menyenangkan setelah menggoda Lova habis habisan. Salah satu pagi yang suatu aat nanti perlu Chakra kenang.
"Udah makan gih! Kalau mulut lo free, lo selalu bully gue," sungut Lova meletakkan piring berisi nasi dan beebrapa lauk di hadapan Chakra.
"Makasih, Sayang," oceh Chakra tersenyum lebar.
"Cih," decah Lova mengambil nasi dan lauk pauk untuk dirinya sendiri.
"Hari ini rencana lo kemana?" tanya Chakra di sela makan.
"Hari ini gue lagi mager," oceh Lova. "Kita di rumah aja seharian. Lo 'kan juga baru sembuh, emang lo ada rencana buat keluar rumah?" imbuhnya mengingat kesehatan Chakra.
"Enggak, sih." Chakra menggeleng. "Ya udah, kalau Lo mau di rumah aja. Gue temenin. Daripada Lo di rumah sendirian terus halu lo makin nambah. Mending ada gue yang nantinya mencegah hal hal yang tidak diinginkan," celotehnya membuat kain lap melayang di wajah tampannya.
Lova melanjutkan acara sarapan seolah olah tak pernah melempar kain lab ke wajah tampan Chakra.
Chakra membuang kain lab di wajahnya dengan asal. "Muka ganteng kayak gini kok di lemparin kain lab sih, Bi," omelnya kemudian.
"Ya karena percuma aja genteng kalau hobi lo ngebully gue. Lo juga belum laku 'kan, jadi nggak usah ngejek gue jones. Kita itu sama sama belum taken," sahut Lova melirik Chakra sinis.
"Cih." Chakra hanya mendengkus sinis.
*****
Sisa bungkus ciki berjejer di sekita karpet. Kaset game ikut tercecer di atas meja. Sisa gelas kosong terletak di sebelahnya. Remahan camilan di meja membuat meja menjadi kotor.
Chakra duduk di karpet bersandar pada sofa di belakangnya. Sedangkan Lova memilih duduk di sofa dengan kaki bersila. Mereka beruda fokus pada layar plasma di hadapan mereka berdua. Saling fokus menyerang lewat karakter visual yang mereka pilih. Ini sudah kali ke-3 mereka bermain game.
"Ih, curang!" teriak Lova menyenggol lengan Chakra. Gadis itu tidak terima saat Chakra melakukan kecurangan.
"Eh, elunya aja yang nggak bisa main, kenapa malah nuduh gue curang!" protes Chakra tak rela dibilang curang. "Pokoknya gue menang! Lo bikinin gue minuman sana! Jangan lupa sama camilannya! Habis ini kita nobar," imbuhnya tersenyum menyebalkan.
Lova mendengkus kesal lalu beranjak dari karpet, berjalan ke arah dapur dengan langkah setengah di seret. Mbok Darmi sedang pergi ke pasar untuk belanja bulanan. Sedangkan pembantu yang lain sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Mereka taruhan siapa yang kalah main game harus menyiapkan minuman dan camilan.
"Ini minumannya, Tuan Chakrawala," oceh Lova tersenyum dipaksakan. Gadis itu menaruh nampan dengan dua gelas berisi jus jeruk di atas meja. Tak lupa beberapa camilan di dalam toples.
"Terimakasih, Dayangku," sahut Chakra tersenyum mengejek.
"Udah yuk, nonton! Gue yang pilih filmnya!" seru Lova lalu berjalan menuju bufet yang berisi koleksi film yang dimiliki Chakra. Tak ingin lagi menjadi kacung untuk Chakra.
"Jangan horror! Ntar lo takut tidur sendirian," celoteh Chakra mengejek.
"Lo mungkin yang takut ke kamar mandi!" oceh Lova mengejek balik Chakra. Lova memilih film bergenre scienfiction kesukaannya.
Sisa waktu mereka habiskan untuk main game, nonton film, baca komik di kamar Chakra, makan oleh-oleh yang dibawakan Mamanya Chakra dari Jepang, saling mengejek satu sama lain dan hal-hal sepele lainnya.
Mereka seakan lupa waktu dan terus bersama sepanjang hari layaknya kembar siam. Mamana Chakra sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka berdua. Baru beberapa bulan tapi mereka sudah seakrab ini. Layaknya sahabat yang udah saling mengenal dari kecil.
*****
Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..
Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.
1. Not a CLassic Wedding
2. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]]
3. Black Tears
4. Selingkuhan
5. Merakit Perasaan
6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!
Dukung terus anak anak saya yaa....
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk
PYE! PYE!
Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....
*****
Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..
Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.
1. Not a CLassic Wedding
2. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]]
3. Black Tears
4. Selingkuhan
5. Merakit Perasaan
6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!
Dukung terus anak anak saya yaa....
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk
PYE! PYE!
Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....