Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi.
Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….
***********
Seperti yang diucapkan Lova saat di kantin tadi pas istirahat, sepulang sekolah dia langsung menuju ke rumah Chakra tanpa singgah terlebih dulu ke rumahnya. Gadis itu menyapa Mbok Darmi yang tengah membersihkan ruang tamu.
"Chakra sakit ya, Mbok?" tanya Lova pada wanita paruh baya itu.
"Iya, Non Lova. Tadi udah Mbok buatin bubur, ndak tahu udah di makan apa belum," sahut Mbok Darmi menghentikan aktivitasnya sejenak.
"Chakra dimana sekarang, Mbok?" tanya Lova lagi.
"Di kamarnya, Non," jawab Mbok Darmi.
"Oh, ya udah, Mbok. Saya ke kamar Chakra dulu," oceh Lova pamitan pergi ke kamar Chakra.
Mbok Darmi hanya tersenyum lalu meneruskan aktivitasnya yag sempat tertunda. Membersihkan rumah besar milik keluarga Semesta tentu saja tidak mudah. Sekalipun pembantu di rumah ini cukup banyak, namun tetap saja menguras energi.
Lova membuka pintu kamar Chakra dengan kencang, ia tak perlu repot-repot untuk mengetuk pintu terkebih dahulu. Chakra yang mendengar derit pintu terbuka langsung menoleh ke arah pintu. Ia tersenyum saat melihat Lova.
"Kucing! Kok lo bisa sakit sih? Sekarang udah baikan belum?" tanya Lova menghampiri Chakra yang berbaring di tempat tidur. Lova langsung naik ke atas ranjang tidur milik Chakra dan mengecek suhu tubuh cowok itu tanpa merasa risih sedikitpun. "Masih demam," gumamnya saat merasakan dahi Chakra masih hangat.
"Gue udah nggak apa-apa kok, Bi. Lo tenang aja," ucap Chakra menenangkan Lova.
"Serius? Tapi badan Lo masih hangat," oceh Lova. Gadis itu memegang lengan Chakra.
"Beneran, Bi. Tiduran bentar pasti udah baikan," sahut Chakra tersenyum tipis. "Lo makan dulu gih, pulang sekolah pasti laper banget," ucapnya kemudian menyuruh Lova untuk makan di rumahnya.
"Eh, iya gue laper." Lova memegang perutnya yang keroncongan. "Mbok Darmi tadi masak apa ya?" tanyanya kemudian, tidak sabar mencicipi masakan lezat pembantu di rumah Chakra.
"Semur kentang sama udang telur asin. Makanan favorite lo semua itu. Makan gih!" jawab Chakra.
"Wah, mantap!" seru Lova tersenyum cerah. "Ya udah, gue ke bawah dulu ya, mau makan. Lo istirahat, tiduran. Jangan main game terus." Lova melirik ponsel yang Chakra sembunyikan di balik selimut.
"Siap, Bos!" sahut Chakra tersenyum cengengesan.
Lova akhirnya turun ke bawah untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Ia makan sembari menonton tv di ruang tv. Sesekali mengajak Mbok Darmi mengobrol, wanita paruh baya itu tengah menyetrikan baju-baju di ruang nyuci.
"Saya seneng Mas Chakra punya sahabat kayak Neng Lova," celoteh Mbok Darmi mengulas senyum untuk Lova.
"Kenapa gitu, Mbok?" tanya Lova tak mengerti. Ia menyuap nasi dan juga lauk ke mulutnya. Menikmati nasi dan lembutnya daging udang kesukaannya.
Semenjak pindak ke rumah ini dan semenjak kalian berdua sahabatan, Mas Chakra jadi betah di rumah. Dulu Mas Chakra suka keluyuran, maklum aja, Non, Nyonya sama Tuan jarang ada di rumah, jadi Mas Chakra suka nggak betah di rumah," celoteh Mbok Darmi menceritakan kebiasaan lama anak majikannya.
Lova mengangguk mengerti. Orangtua Chakra memang sangat sibuk, sama seperti ayahnya. Om PIlar adalah seorang dokter spesialis sedangkan Tante Gist juga sibuk dengan bisnisnya. Tidak seperti ibunya Lova yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.
"Hangout sama temen-temennya, Mbok? Sama mostwanted?" tanya Lova kemudian.
"Bukan temen dari kecil, Non, tapi temen sekolahnya. Jujur aja saya nggak terlalu suka sama teman-teman sekolah Mas Chakra. Dulu di rumah yang lama, Mas Chakra sering ngundang mereka. Aduh, berisik pisan atuh. Suka minum, jadinya Mas Chakra kadang ikut-ikutan." Mbok Darmi geleng geleng kepala jika teringat kejadian dulu.
Lova kaget saat mendengar cerita Mbok Darmi barusan. Mengenal Chakra beberapa bulan, baru kali ini ia mengetahuo tentang hal ini. Cowok itu tak pernah bercerita tentang kenakalannya dulu.
"Mereka pakai obat juga, Mbok?" tanya Lova hati-hati.
"Oh, kalau itu enggak, Non. Mas Chakra melarang keras teman-temannya pakai obat-obatan terlarang," sahut Mbok Darmi membuat Lova lega.
"Om Pilar dan Tante Gista nggak marah sama kelakukan Chakra dulu, Mbok?" tanya LOva ingin tahu. Piring di hadapannya nyaris tak tersisa.
"Wah, marah besar, Non," sahut Mbok Darmi. "Tuan Pilar sampai hampir mengusir Den Chakra dari rumah. Untung saja Nyonya gista melarangnya. Tuan Pilar itu 'kan orangnya tegas," imbuhnya kemudian.
Lova mengangguk mengerti.
Lova menyelesaikan makanannya. Lalu pamit kepada Mbok Darmi. Sampai di kamar Chakra, ia melihat cowok itu tengah terlelap dalam tidurnya. Lova merapikan selimut yang menutupi Chakra lalu tiduran di sofa yang terletak di pinggir ruangan dekat jendela besar. Gadis itu memainkan ponsel miliknya.
Beberapa menit berlalu begitu saja. Masih dengan seragam sekolahnya, Lova mengerjapkan matanya pelan, ia menguap lebar sembari merentangkan tangannya ke udara. Rupanya ia tertidur saat bermain ponsel. Setelah tubuhnya terjaga sepenuhnya, ia melirik tempat tidur Chakra.
"Eh, mau kemana?" tanya Lova heran saat melihat Chakra menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Cowok itu turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamarnya.
"Keluar, bosen gue di kamar terus," sahut Chakra sebelum menghilang di balik pintu kamarnya.
Lova pun segera menyusul Chakra dan mendapati cowok itu sedang nonton TV di ruang keluarga. Chakra tiduran di atas sofa. Lova melirik jam dinding yang ada di atas tv, waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Gadis itu lalu berjalan menuju dapur, mengambil nasi beserta lauk juga segelas air. Tak lupa mengambil obat penurun panas di dalam laci.
"Ini lo makan dulu, habis itu minum obat. Kalau sampai besok lo masih demam, kita ke rumah sakit. Besok hari sabtu, jadi gue bisa nganterin lo periksa." Lova menyerahkan sepiring nasi lalu menaruh obat dan segelas berisi air di atas meja.
Chakra bangkit duduk lalu meraih piring yang disodorkan oleh Lova. Ia mulai melahap makanannya sebelum Lova mengomel panjang lebar. Padahal lidahnya terasa pahit saat makan apapun.
Lova tersenyum saat melihat Chakra menuruti perintahnya tanpa berkomentar. Gadis itu meraih remote tv yang sebelumnya dibawa Chakra lalu duduk di sebelah cowok itu.
"Ngomong-ngomong, sikap lo hari ini bener-bener aneh, Bi," oceh Chakra disela makan. Mulutnya penuh dengan nasi dan lauk saat mengatakan hal itu.
"Aneh gimana?" tanya Lova tak acuh. Tatapan matanya masih menatap ke depan. Fokus pada acara Tv yang ia tonton.
"Biasanya 'kan lo marah-marah sama gue, tapi kenapa tadi kayaknya lo perhatian gitu sama gue? Yaa… walau pun masih dengan ngomel-ngomel, tapi gue tau kalau lo khawatir sama gue," celoteh Chakra menyelesaikan makannya. Cowok itu lalu meraih butir obat dan meminumnya dengan segelas air.
"Lo sahabat gue, Chak. Ya iyalah gue khawatir kalau lo sakit," oceh Lova tak habis fikir.
"Hehehehe, gue seneng kalau kayak gini. Kita beneran udah sahabatan." Chakra terkekeh senang.
"Hehm," gumam Lova.
"Makasih karena lo udah mau nerima gue, Bi. Gue sayang sama lo," celoteh Chakra langsung memeluk Lova karena saking senangnya.
Lova menoleh kaget. "Eh, tetep aja nggak boleh peluk-peluk!" omelnya melepas pelukan Chakra secara paksa.
"Hehehe, iya ma'af," ucap Chakra cengengesan.
"Ck, tadi Mbok Darmi bilang sama gue kalau Lo itu nakan banget. Minum, dugem, ngerokok, main geng gengnya, Lo juga..."
"Stop! Stop!" seru Chakra menghentikan omelan Lova. "Nggak usah nyebutin semua aib gue, Bi," ocehnya kemudian.
Lova menatap Chakra dengan tajam. "Lo sekarang udah beneran tobat 'kan?" tanyanya dengan nada serius.
"Eh, iya." Chakra mengangguk pelan. "Gue udah nggak minum, ngerokok, main geng apalagi dugem. Gue udah nggak berhubungan sama temen temen gue yang dulu," jelasnya kemudian berusaha meyakinkan Lova.
"Bagus deh," sahut Lova.
Chakra menatap Lova takut takut. "Lo nggak marah sama gue?" tanyanya lirih. Bukan hal yang aneh jika Lova mengamuk kepada Chakra. Setiap orang pasti akan marah jika temannya seorang pemabuk, perokok, suka main dan keluar malam. Bisa saja orang itu akan menjadi pengaruh yang buruk. Jadi Chakra bersiap siap mendengarkan omelan Lova yang berpotensi merusak gendang telinganya.
"Kenapa gue harus marah? Gue nggak ada hak buat marah, Chak. Aturan lo marah sama diri lo sendiri karena dulu pernah tersesat. Lalu berterimakasih karena sekarang lo udah tobat. Semuanya di mulai dari diri lo sendiri," terang Lova panjang lebar. "Yaa, anggap aja kenakalan lo yang dulu itu bagian dari proses pendewasaan lo saat ini." Lova tersenyum kecil.
Chakra ikut membalas senyuman Lova. Ia merasa bangga karena pemikiran Lova yang dewasa.
Mereka pun menghabiskan waktu untuk nonton sampai malam. Lova menemani sampai Chakra tertidur sebelum kemudian tidur di kamar tamu seperti biasanya saat ia menginap di rumah Chakra. Mama Chakra belum bisa pulang dari Jepang sedangkan Papa Chakra masih di Singapura untuk menghadiri konferensi dokter se-Asia. Alhasil, malam ini Lova akan menginap dan menjaga Chakra.
*****
Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..
Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.
1. Not a CLassic Wedding
2. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]]
3. Black Tears
4. Selingkuhan
5. Merakit Perasaan
6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!
Dukung terus anak anak saya yaa....
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk
PYE! PYE!
Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....
*****
Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..
Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.
1. Not a CLassic Wedding
2. CEO Scandal's : Married with Benefits
3. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]]
4. Black Tears
5. Selingkuhan
6. Merakit Perasaan
7. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!
Dukung terus anak anak saya yaa....
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk
PYE! PYE!
Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....