Chereads / Misteri Bulan Purnama / Chapter 22 - Tuan Ketujuh Sangat Baik Kepada Nyonya Ketujuh

Chapter 22 - Tuan Ketujuh Sangat Baik Kepada Nyonya Ketujuh

"Kenapa kamu masih belum menjawabnya? Kamu mimpi apa kemarin malam?"

Rubah putih itu bersandar di paha Huo Liancheng dengan santai.

Ekspresi Yu Yiren terlihat sedang kesulitan untuk mencari jawaban yang tepat. "Tuan Ketujuh, Yiren memimpikanmu lagi semalam."

"Oh? Bagaimana mimpinya?" Tubuh Huo Liancheng sedikit condong ke depan, dan matanya terlihat penasaran.

"Itu... aku bermimpi bahwa Tuan Ketujuh membawaku melayang ke angkasa, kemudian melayang ke taman bunga dan melihat banyak kupu-kupu. Setelah itu aku terbangun." Ucap Yu Yiren yang tampak serius, tapi sebenarnya ia berbohong.

"Apakah mimpimu hanya sampai situ? Tidak ada kelanjutannya?" Tanya Huo Liancheng sambil mengerutkan keningnya.

"Tidak." Jawab Yu Yiren sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan. Lalu ia bergumam dalam hatinya, 'Bagaimana bisa aku menceritakan mimpiku yang memalukan itu kepada Tuan Ketujuh?'

Sementara itu, Huo Liancheng juga sedang berpikir. Apakah benar parfum Terjaga Sepanjang Malam hanya dapat membuat orang bermimpi seperti itu? Tidak seharusnya seperti itu kan?

Huo Liancheng lalu menatap tajam ke arah Yu Yiren.

Namun ia tiba-tiba tersenyum. Ia tidak tahu apakah gadis di hadapannya ini bisa berbohong atau tidak malam ini.

Parfum Terjaga Sepanjang Malam dapat membuat seseorang memimpikan sesuatu yang paling ia inginkan.

Uji coba parfum itu akan dilakukan selama tiga malam. Efek malam ini akan menjadi lebih kuat daripada malam sebelumnya.

Di malam terakhir, baru dapat diketahui seberapa besar keserakahan orang itu.

"Tidurlah." Ucap Huo Liancheng, kursi rodanya perlahan menjauh dari tempat tidur.

Kemudian Huo Liancheng menatap Yu Yiren sembari tersenyum kepadanya. "Semoga bermimpi indah."

Lalu Yu Yiren mendengar suara pintu yang ditutup. Ia perlahan menutup matanya sambil menikmati aroma parfum.

Rembulan tampak bersinar terang di luar rumah.

Huo Liancheng menatap rembulan sembari duduk di kursi rodanya.

"Tuan Ketujuh." Panggil Xiao Yun seraya mendekat. Ia mendongakkan kepalanya sambil berkata, "Dua hari lagi sudah tanggal 15."

Huo Liancheng membalikkan badannya ke arah kamar di belakangnya. Lampu kamar itu telah mati.

Xiao Yun ikut melihat kamar itu juga lalu berucap, "Tuan Ketujuh, Tuan memberi Nyonya Ketujuh wewangian untuk eksperimen?"

"Malam ini adalah malam ketiga percobaanku." Huo Liancheng berkata dengan lembut.

Xiao Yun tersenyum setelah mendengar ucapan barusan. "Aroma parfum Terjaga Sepanjang Malam akan menunjukkan seberapa besar keserakahan seseorang. Jika keserakahannya terlalu besar, ia akan terjebak dalam mimpi dan tidak bisa bangun."

Lalu Huo Liancheng berkata lagi, "Jika tidak dapat menahan godaan dalam mimpi, apalagi dalam kenyataan?"

Xiao Yun tersenyum dan mengangguk, "Tuan Ketujuh sangat baik kepada Nyonya."

Huo Liancheng langsung terdiam di bawah sinar rembulan.

Sementara Xiaoyun yang berdiri di sampingnya hanya diam membisu.

"Pergi dan istirahatlah." Ujar Huo Liancheng.

Kemudian Xiaoyun berucap, "Tuan Ketujuh, bagaimana jika saya berjaga di luar pintu Nyonya Ketujuh? Sehingga saya dapat memberitahu Tuan begitu ada sesuatu yang terjadi."

"Pergilah beristirahat, tinggalkan aku sendiri."

Meskipun Huo Liancheng berkata dengan nada yang biasa saja, namun hal tersebut merupakan perintah yang mutlak.

"Tuan Ketujuh, Xiao Yun pamit undur diri." Kemudian Xiaoyun pun meninggalkan tempat itu.

Sedangkan Huo Liancheng yang duduk di atas kursi roda, berdiam di luar pintu kamar Yu Yiren sepanjang malam.

Malam semakin gelap, dan ia perlahan menutup matanya.

…...

Sekarang sudah tengah malam.

Pintu terbuka lagi dan kursi roda itu perlahan memasuki kamar.

"Uh... huh... Gatal…." Ucap Yu Yiren yang mengigau.

Tuan Ketujuh memeluk dan menciumnya dengan lembut.

Huo Liancheng perlahan menurunkan wajahnya dan menatap wanita yang sedang mengigau tersebut

"Jangan…."

"Baik." Yu Yiren bergumam dengan matanya yang masih terpejam. Wajahnya terlihat sangat bahagia.

Kemudian Huo Liancheng memiringkan badan Yu Yiren ke arahnya, dan membuka selimutnya. Hal itu membuatnya langsung bergairah.

Di dalam kamar yang gelap itu, mata Huo Liancheng seperti mata elang yang ingin menyantap tubuh wanita di hadapannya.