"Mengendalikan diri?" Huo Jincheng seolah sedang mendengar sebuah lelucon.
"Tuan Keenam, aku adalah istri dari Adikmu, Tuan Ketujuh. Aku adalah adik iparmu. Aku rasa Tuan Keenam terlalu gegabah." Ucap Yu Yiren dengan tenang.
Mata Huo Jincheng menatapnya dalam lalu tersenyum dan berkata, "Kamu khawatir aku akan bertindak gegabah, tapi kamu masih mau melakukan pemujaan denganku?"
"Aku terpaksa melakukannya." Kata Yu Yiren sambil menatap Huo Jincheng.
"Ah~" Huo Jincheng tersenyum mengejek, "Keterpaksaan yang menarik."
Kemudian Huo Jincheng menarik lengan Yu Yiren.
"Kamu mau apa?!" Tanya Yu Yiren yang terkejut.
Lalu Huo Jincheng melemparnya dengan kuat.
"Ah!" Yu Yiren pun berteriak.
Seluruh tubuh Yu Yiren tergantung di atas danau yang beku itu. Sementara Huo Jincheng memegang nya hanya dengan satu tangan.
"Tidak! Tolong!" Yu Yiren tergantung di samping jembatan. Kakinya menggantung di udara.
Di bawah jembatan itu, ada sebuah danau yang permukaannya tampak beku.
Jika jatuh, bisa-bisa ia akan mati membeku.
"Tuan Keenam, aku mohon! Jangan lakukan ini!" Seluruh tubuh Yu Yiren menggantung, dan matanya berkaca-kaca. Matanya tampak ketakutan dan ia terus berteriak.
Mata Huo Jincheng terlihat dingin, begitu juga dengan suaranya.
"Menurutmu bagaimana jika aku melepaskanmu?"
Napas Yu Yiren terengah-engah, ada kabut berwarna putih yang keluar dari mulutnya ketika berteriak, "Tuan Keenam, aku adalah adik iparmu! Kamu tidak bisa melakukan ini padaku!"
Tatapan Huo Jincheng menjadi semakin dalam, sudut bibirnya naik karena sedikit emosi.
"Aku paling benci jika dimanfaatkan oleh orang lain. Kamu memanfaatkanku hanya untuk menemanimu melakukan upacara persembahan, lalu sekarang kamu berbicara tentang harga dirimu?"
Mata Yu Yiren tampak panik, ia pun langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak! Bukan begitu maksudku, Tuan Keenam!"
"Tidak ada seorangpun yang bisa memanfaatkan Huo Jincheng!"
Suara Huo Jincheng terdengar dingin, lalu tiba-tiba ia melepaskan telapak Yu Yiren...
"Ah!!" Yu Yiren pun langsung menjerit.
Seluruh tubuhnya jatuh dari jembatan.
Air danau yang indah itu berubah menjadi sesuatu yang sangat menakutkan.
Huo Jincheng masih berdiri di atas jembatan. Matanya fokus melihat gadis yang baru saja ia jatuhkan. Lalu permukaan danau yang beku itu hancur dan menenggelamkan gadis itu.
"Kratakk~~ Braakk~~" Es yang ada di permukaan danau itu hancur.
Yu Yiren pun tenggelam ke dalam air danau yang sangat dingin. Pakaiannya yang berwarna merah pun basah kuyup.
Rambut panjangnya yang berwarna hitam terurai kemana-mana.
Ia tersedak air danau yang dingin.
Ia gelisah, ketakutan, dan menggigil.
Kematian seolah semakin dekat, tubuhnya semakin tenggelam dan suhunya semakin dingin...
…...
Ia bangun kembali.
Yu Yiren membuka matanya dan terlihat kebingungan.
Sebuah lilin berwarna merah berkelap-kelip di depannya.
Kepala Yu Yiren terasa sangat sakit, ia duduk dengan bersandar di sudut kasur.
Ia memandangi tirai sutra berwarna merah di depan matanya, yang sekelilingnya ditempeli dengan karakter Shuangxi.
Yu Yiren ingat kalau ia jatuh ke danau, kemudian diselamatkan oleh seseorang. Namun ia tidak ingat lagi kejadian setelah itu.
Yu Yiren memperhatikan pakaiannya, ia sedang mengenakan busana berwarna merah.
Lalu pintu kamar tiba-tiba terbuka.
Yu Yiren menengok dan melihat ke arah pintu.
Perlahan-lahan, terlihat dua gadis pelayan mendorong kursi roda ke dalam kamar.
Mata Yu Yiren terbelalak, ia sangat familiar dengan orang yang duduk di kursi roda itu, itu adalah Huo Jincheng.
Jantungnya berdegup kencang dan bibirnya bergetar. "Tuan Keenam.."
Pria itu mengenakan gaun satin berwarna merah, wajahnya tampak dingin.
Di kakinya terlihat seekor rubah berwarna putih.
Ada aura monster yang jahat di antara kedua mata dan alisnya.
Rubah kecil itu menyipitkan matanya sambil beristirahat di pangkuan pria itu.
Di bawah cahaya lampu kamar, mata dingin Huo Jincheng menatap mata Yu Yiren.
"Nyonya Tuan Ketujuh, beliau ini adalah Tuan Ketujuh, bukan Tuan Keenam." Ucap salah satu gadis pelayan yang memberitahu Yu Yiren.