Chereads / CINTA DUA DUNIA / Chapter 12 - MALAM BERPELITA

Chapter 12 - MALAM BERPELITA

Hari semakin larut, aku dan Al kembali ke villa. Milly dan yang lainnya sudah mempersiapkan makan malam. aku dan Bianca kembali ke kamar, aku bilang kalau aku mau mandi. Aku meminta Bianca untuk mengunci pintu agar tidak ketahuan kalau aku mau 'makan'. Bel berbunyi, tanda semua murid harus berkumpul. Aku dan Bianca segera berkumpul. Malam ini kami akan membuka acara pramuka ini. Setelah ini kami akan melakukan kegiatan berpelita. Berpelita adalah kegiatan wajib pramuka setiap tahunnya, dimana semua murid akan mengelilingi wilayah sekitar sambil mencari beberapa item yang sudah di berikan kepada mereka. Kali ini kegiatan berpelita akan di bagi menjadi beberapa tim, dimana setiap satu tim wanita, akan di temani oleh satu tim laki-laki. Tim ku akan di temani oleh Al dan Ray. Kami mulai berjalan menelusuri hutan puncak. Kali ini ada 7 barang yang harus kami cari selama berpelita. Agar lebih cepat menyelesaikan aku dan Al membagi tugas ke tim menjadi dua, aku dan Ray akan lewat jalur sebelah kiri dan Al, Bianca dan Serena akan lewat jalur kanan.

Kami berpencar, aku dan Ray mulai memasuki hutan lewat jalur kiri, 100 meter dari villa kami tiba di pos pertama.Di pos ini untuk mendapatkan barang yang di minta, kami harus melakukan sedikit tugas. Akhirnya barang pertama yaitu pita merah berhasil kami dapatkan. Kami melanjutkan ke pos berikutnya, jaraknya kurang lebih 500 meter dari pos pertama. Dari pos kedua kami mendapat sebuah buku yang berisi teka-teki yang harus kami pecahkan di pos ketiga yang berjarak sekitar 600 meter dari pos kedua. Di perjalanan menuju pos ketiga, aku mulai meresakan ada yang aneh. Kami tiba di pos ketiga. Kami berhasil memecahkan teka-teki di pos ketiga. Dari pos ketiga, kami mendapat amplop yang tidak boleh kami buka sebelum tiba di pos keempat. Di tengah perjalanan menuju pos keempat, aku kembali merasakan keanehan. Tiba-tiba seperti ada yang melintas di depan kami. Aku meminta Ray untuk mencari tahu sementara aku sendiri melanjutkan perjalananku. Aku berjalan menuju pos ke empat tanpa penjagaan. Aku merasa baik-baik saja, karena aku sudah menempatkan beberapa penjaga di area hutan dan saat ini aku juga tidak dapat menggunakan kekuatan ku karena ramainya manusia yang ada.

Tak lama setelah Ray meninggalkan aku, senter yang aku bawa habis baterai. Karena tadi siang aku sudah menelusuri area hutan, aku sepertinya tahu jalan menuju pos keempat. Aku terus berjalan ke arah timur, karena aku mengira aku telah berjalan ke arah yang benar. Semakin aku berjalan, aku meresa seperti tidak ada yang beres. " Kayaknya ini bukan jalan yang tadi deh?" sepertinya aku benar-benar tersesat kali ini. Tapi dari pada aku berdiam diri dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku memilih terus berjalan menuju arah timur, tak lama berjalan, aku mendengar suara air. Aku berjalan menuju arah suara air tersebut, dan aku tiba lagi di air terjun. Selama berjalan, aku merasa seperti ada yang mengikutiku. Aku terus berjalan dan tidak menghiraukan keadaan.

Di villa, semua murid sudah berkumpul termasuk Ray, Bianca, Serena dan Al. Hanya aku saja yang tidak ada."Ray, Renata mana? tadi kan sama kamu?" Serena bertanya sama Ray, karena syarat untuk lolos dari kegiatan ini selain mengumpulkan dan menyelesaikan teka-teki yang di berikan adalah semua anggota tim harus berkumpul."Tadi putri Renata memintaku untuk memeriksa keadaan sekitar wilayah ini, dan putri Renata melanjutkan perjalanannya sendiri. Bukankah seharusnya kalian bertemu dan berkumpul di pos keempat?" Serena mulai menyadari ada sesuatu yang tidak beres. "Ada apa Ser? Renata dan Airlangga kemana? kok dia tak nampak? kalian tahu kan syarat untuk lolos dari kegiatan ini adalah semua anggota harus berkumpul, dan menyelesaikan teka-teki terakhir!" Bu Djuwita sedang berpatroli untuk memeriksa semua anggota tim. "Tadi Renata sama Ray, lalu di tengah jalan, mereka terpisah sedangkan Al sedang ke toilet Bu."." Oke kalau begitu. Ingat ya, semua anggota tim harus berkumpul agar bisa lolos dari kegiatan ini.". Al kembali dari toilat dan menanyakan keberadaan ku dan Ray juga menjawab hal yang sama. Mereka mulai panik. Terjadi sedikit keributan antara Al dan Ray. "Kenapa loe tinggalin Renata sendirian di hutan? loe tahu banyak hewan buas yang ada di hutan? walaupun loe sepupunya, loe ada mikir gak sih, bagaiman keadaan dia di luar sana?". Al pun melaporkan kepada Bu Djuwita dan pak Willy. Semuanya kembali kehutan untuk mencariku.

Aku tiba di air terjun dan saat aku membalikkan badanku, ada belasan vampir yang mengitariku. Aku memang vampir yang kuat, tapi saat ini sedang dalam keadaan bulan sabit, dan kekuatanku akan melemah di saat bulan sabit. Itu terjadi karena aku lahir pada saat bulan sabit terterang muncul. Aku mulai ketakutan dan sedikit melawan. Aku berlari menuju tepi air terjun. Aku berusaha menyeimbangkan diri agar tidak jatuh ke air terjun yang deras. Aku mencari-cari, dimana penjagaku. kemana perginya semua vampir-vampirku? aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Akupun berteriak minta tolong. Al, Marvin dan Ray berjalan menelusuri jalan yang tadi aku dan Ray lewati. Dan saat mendengar suara air, ada sesuatu yang terlintas di pikiran Al." Sepertinya gue tahu Renata ada dimana!" tanpa berpikir panjang, Al berlari menuju air terjun. Benar saja, Al mendengar teriakan minta tolongku. "Renata!!! Loe dimana? Renata!!!". Aku kembali berteriak minta tolong. Selangkah lagi aku mundur, maka aku akan langsung terjun bebas menuju dinginnya air terjun. Tapi.... itu tidak akan terjadi. Al dan Marvin muncul tepat pada waktunya. Perkelahian pun tak terelakkan. Al dan Marvin melawan para vampir, sedangkan Ray, lari dari sana untuk menghindari kecurigaan."Marvin, loe bawa Renata kembali ke vila, biar gue yang lawan mereka! cepat!". Marvin menarikku dari tepi jurang dan membawaku pergi dari sana. Aku meminta Marvin untuk menjagaku saja, karena aku ingin menunggu Al. Aku dan Marvin bersembunyi, sedangkan Al sendiri melawan para vampir. Salah satu vampir berhasil menggigit tangan Al, tapi sepertinya Al tidak merasakan sesuatu. Para vampir pun pergi meninggalkan Al. Setelah mereka semua pergi, aku dan Marvin keluar dari persembunyian kami. Aku segera menghampiri Al, dan tanpa berpikir panjang, aku memeluknya."Loe itu bego banget sih, kenapa loe lawan mereka sendirian. Kalau loe ada apa-apa, gue mau bagaimana jelasin ke bu Djuwita." Entah apa yang merasukiku, aku mengkhawatirkan Al seperti wanita yang takut akan kehilangan orang yang ia cintai. Aku segera melihat luka bekas gigitan vampir tersebut. "Loe nggak apa-apa kan? apa loe merasa sesak? pusing? dingin tidak? sakit tidak?" aku mencoba menekan luka bekas gigitan vampir itu." Loe kenapa sih? Gue nggak apa-apa? lagian ini semua tuh gara-gara loe. Udah deh sekarang mendingan kita kembali ke villa. Semua orang tuh khawatir nyariin loe. Emang yah namanya tuan putri selalu nyusahin dayang-dayangnya."

Aku kembali kesal, tapi aku tahan amarahku karena Al sudah menyelamatkan aku. Kami bertiga kembali ke villa. Aku merasakan ada yang aneh. Pertama, kenapa Marvin bisa tenang-tenang saja saat melihat Al melawan para vampir. Kedua, kenapa Marvin sepertinya tidak panik saat Al tergigit oleh vampir. Apa Marvin benar-benar tidak tahu kalau mereka itu vampir? Atau mungkin dia tahu sesuatu? Atau Marvin adalah dalang di balik serangan ini? dan yang terakhir dan yang paling aneh adalah kenapa Al tidak merasakan apa-apa setelah digigit oleh vampir-vampir itu? kenapa Al terlihat biasa-biasa saja? kenapa tidak ada reaksi dari gigitan vampir itu terhadap Al? Padahal semua manusia yang terkena gigitan vampir akan merasakan sakit yang luar biasa, seperti terbakar dan kalau manusia tersebut berhasil melawan rasa sakitnya, maka mereka akan berubah menjadi vampir. tapi kenapa Al tidak? apa gigitan vampirnya hanya akan berlaku jika digigit di leher? atau jangan - jangan....