Chereads / CINTA DUA DUNIA / Chapter 16 - TAMU TAK DI UNDANG

Chapter 16 - TAMU TAK DI UNDANG

Mimpi semalam seperti terasa nyata bagiku. Tapi bagi dunia nyata itu hanya mimpiku. Jamku mununjukkan pukul 9 pagi dan Serena sudah menggedor-gedor pintu kamarku.

" Gawat tuan putri, gawat!! "

" Ada apa sih Ser? Gawat kenapa? "

" Ada orang di depan rumah? "

" Siapa? Emangnya udah ada vampir yang tahu tempat ini? "

" Bukan, bukan ! " Kata Serena ngos-ngosan

" Trus apa Ser, kamu jangan buat parno dong!!!"

" Itu, anu.... di depan ada Airlangga"

"Hah... Airlangga? Ngapain tuh anak kemari? ini kan weekend, tahu darimana dia tentang rumah ini?"

"Gak tahu juga tuan putri, yang jelas sekarang dia ada di depan pintu rumah dan dia nyariin tuan putri"

"Ya sudah, kamu suruh dia masuk dan tunggu di taman belakang saja, kalau sampai para vampir itu mencium aroma tubuhnya Al, bisa bahaya. Aku mau bersih-bersih dulu, dan kamu siapkan cemilan buat dia. Pastikan dia jauh dari para vampir."

"Baiklah tuan putri."

Setelah Serena pergi, aku masih duduk dan terdiam di kamarku, bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi? Bagaimana Al bisa tahu rumah ini? Bagaimana mimpiku bisa terasa seperti nyata? Kenapa Al yang terkena gigitan Vampir tidak mengalami perubahan sama sekali?Siapa pria berkelelawar itu? Siapa pangeran itu? Kenapa aku tidak bisa melihat wajahnya? Apa sebenarnya maksud dari mimpiku?

Ringtone hpku tiba-tiba berbunyi memecahkan lamunanku, rupanya Al yang meneleponku. "Buat apa anak telpon aku kalau jarak aku sama dia itu cuma beberapa meter? kebanyakan pulsa kali, nih anak" gumamku sambil mengangkat telpon dari dia.

"Halo..."

"Oi Bule pingsan, lagi ngapain loe, buruan turun, panas tau di sini, malah tak ada hiburannya lagi...."

"Apaan sih loe, gue baru bangun tidur, jadi loe tunggu aja dulu ditaman belakang, gue mau mandi dulu."

"Cepetan! panas nih"

"Iya ya yaaaa, bye!" tanpa mendengar balasan nya aku langsung menutup Hp dan mandi.

Selesai mandi aku lihat dari jendela, Al sedang di taman memberi makan ikan-ikan di kolam, "setelah di pikir-pikir anak ini kayaknya gak senyebelin di sekolah. Ah... mikirin apaan sih aku? nyebelin banget sih!" tanpa sadar aku sepertinya mulai tertarik kepada Al. Aku segera menuju taman belakang menemui Al.

"Al....." panggilku

"Lama amat sih loe? kalau kulit gue kebakar gimana? ntar cewek-cewek di sekolah malah kabur lagi dari gue."

"Ya..... maaf, kan soalnya gue baru bangun tidur, jadi yaaaa harus mandi dulu lah. Lagian ngapain loe kesini? Trus, tau dari mana loe rumah gue?"

"Gue di suruh sama pak Willy buat cek keadaan loe dan gue tadi ke rumahnya pak Bagas, tapi Pak Bagas bilang loe gak tinggal sama dia, dan dia juga gak kasih alamat loe, jadi gue ikutin aja bodyguardnya Pak Bagas, dan nyampe deh ke sini. Gimana keadaan loe? Masih Syok?"

"Gue udah baikkan kok, ya udah loe pulang aja sana. Ntar kalau papa gue, nampak dia bisa marah, sana gih..."

"Baru juga datang, udah di usir. Hari ini ada tugas kelompok dari pak Willy, sebagai ganti kegiatan pramuka kita yang gagal kemarin."

"Emang ada tugas? masa sih? kok gue gak tau?"

"Makanya kalau punya HP itu di pakai buat yang berguna, jangan cuma di pake buat selfie."

"Hp gue ketinggalan di kamar, jadi tugasnya apa?"

"Mempelajari dan membuat makalah tentang ekosistem di sekitar lingukangan hidup. Kelompok kita juga sudah di bagi di grup whatsapp dan loe sekelompok sama gue."

"Jadi???"

"Jadi.... mending kamu ambil alat tulis kamu dan panggil Serena, Ray dan Bianca. Bentar lagi Marvin juga sampai disini, karena tadi udah gue share location."

"Loe gila ya? bisa kan loe izin dulu sama gue kalau mau share location rumah orang? Dan gue juga gak mau kerja-in tugas kelompok ini di rumah, kita kan bisa ke taman, atau ke kebun binatang, kenapa harus di rumah gue?"

"Kok loe jadi marah sih? lagian kan gue ketua kelompoknya jadi, gue berhak tentuin tema makalah kita, kalau loe gak percaya baca nih chat di grup dari pak Willy!"

Aku sangat kesal dengan Al yang agak semena-mena. Aku tahu ini adalah tugas, tapi tetap saja Al sudah mengganggu privasiku. Di tambah lagi, dia manggil Marvin ke sini. Tapi sebaiknya aku mengalah saja, daripada dapat nilai yang rendah, bisa-bisa ayah tidak kasih aku uang jajan selama sebulan lagi. Aku memanggil Serena, Ray dan Bianca. Kami mengerjakan tugas kelompok di taman, tak lama kemudian Marvin juga datang dan ikut bergabung. Sewaktu kami mengerjakan tugas, aku melihat gerak-gerik Ray yang mulai aneh, sepertinya efek dari kapsul itu sudah mulai habis.

"Teman-teman, kita lanjut tugasnya di dalam saja ya, soalnya panas banget di sini, nanti ada yang kebakar kulitnya!" kataku sambil sedikit menyindir perkataan Al tadi.

"Ngatain gue loe? udah kita kerjain disini aja, kan kita lagi riset kolam ikannya, lagian gue juga sudah gak takut kebakar lagi kok."

"Kita kerjain tugasnya di dalam saja ya teman-teman, biar Al yang kerjain tugasnya sendiri di sini, karena selain karena cuacanya yang agak panas, laptopku juga sudah mau sekarat, jadi butuh di cas. Lagi pula, kita juga harus print out hasil makalahnya kan? jadi mending kita belajar di ruang belajar gue saja." aku membereskan bukuku dan dengan cepat mengajak yang lain masuk ke ruang belajarku agar Ray bisa menghindari sinar matahari.

"Ayo teman-teman, kita ke dalam. Nanti kita bisa lanjutin risetnya pakai teknologi hologram dan nanti ada ahli nya yang bisa bantu kita dalam tugas ini. Biar ketua kelompok kita ini yang riset sendiri di sini." aku menuntun jalan ke dalam.

"Ehhh... apaan sih loe, tungguin gue!"

Kami berjalan menuju ruang belajarku di lantai 2. Ruang ini sengaja ayah design untuk aku belajar jika memang ada manusia yang datang, karena ayah tidak mau mereka curiga tentang aku. Ruangan ini berbentuk lingkaran dengan ruang kosong di tengahnya untuk menampilkan hologram projection yang memang ayah pasang secara khusus untuk membantuku dalam pelajaran. Kami melanjutkan tugas kelompok dengan hologram dan batuan Om John yang menyamar sebagai seorang ahli. Sebenarnya bukan menyamar sih... tapi memang Om John adalah seorang vampir yang bekerja sebagai seorang profesor dan peneliti, jadi Om John tahu banyak tentang tugas kami. Dengan bantuan Om John tugas kami selesai lebih cepat dan Marvin pamit pulang lebih dulu karena ada urusan, sedangkan Al.....

"Kenapa loe belum pulang?"

"Emmm... anu... itu..."

"Anu apaan? loe kebelet pipis? toilet ada di pojok sana"

"Bukan.... ini.... kan udah malam, gue agak lapar nih.... mau cari makan. Loe mau makan bareng gue gak?"

Bagaimana ini? Al mengajak aku untuk makan malam, sedangkan aku tidak bisa, tapi aku masih penasaran dengan gigitan vampir yang tidak merubah Al menjadi vampir dan aku juga penasaran dengan identitasnya Al yang sesungguhnya. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mengiyakan ajakannya, agar aku bisa mencari tahu dan menguak semua rasa penasaran aku? atau aku harus memendam rasa penasaran ini?...