Kami kembali ke villa, semua orang sudah menunggu kami, termasuk Serena, Bianca dan Ray.Setibanya di vila, " Loe cowok atau bukan sih? Loe sepupunya Renata tapi, Loe tak bisa menjaga keluarga loe! malah loe pergi ninggalin gue sama Marvin yang berusaha menyelamatkan Renata!" Al sepertinya marah besar. Dia menghampiri Ray dan langsung menariknya ke depan. Perkelahian tidak dapat di hindari. Untung saja ada Pak Willy dan Bu Djuwita yang melerai mereka. " Hentikan! semuanya kembali ke kamar masing-masing. Besok kita akan kembali ke Jakarta. Kegiatan pramuka kali ini kita hentikan sampai disini. Dan untuk Ray, Airlangga dan Renata, kita bicarakan ini semua besok setelah kita kembali ke Jakarta.". Sepertinya kami akan di sambar petir besok. Kami kembali ke Jakarta, karena kegiatan pramuka ini rencananya kami menginap selama 2 malam, setidaknya hari ini kita mendapatkan libur dadakan.
Karena kegiatan pramuka ini gagal, aku, Serena, Ray, dan Bianca langsung pulang kerumah. Melihat kepulangan kami yang lebih awal, pak Bagas langsung menelopon bu Djuwita, dan terbongkarlah semua. Malamnya setelah makan malam, semua anggota di kumpulkan. Dan yang membuatku terkejut adalah, ayah sudah ada di ruang rapat dan aku bisa menebak apa yang akan terjadi nantinya. "Ayah, kenapa ada disini? Ayah kangen sama Renata ya? atau ayah mau melihat perkembangan penyelidikan aku?" aku bertanya, dan pura-pura tidak tahu. "Ayah kemari bukan untuk melihatmu atau perkembangan misimu, ayah kemari untuk menghukum para vampir yang tidak berguna ini!". Benar dugaanku, ayah sudah tahu tentang masalah ini dan ia terlihat sangat murka. Sepertinya kali ini aku tidak dapat menyelamatkan mereka." Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa begitu banyak vampir yang menjaga wilayah itu, tapi malah seorang manusia yang menyelamatkan anakku? Kemana perginya kalian? Renata, ayah ingin mendengarkan sendiri dari kamu. Bagaimana kamu mengatur mereka?"
"Mereka tidak ada salah. Aku yang meminta mereka menjauh dariku jika aku diserang oleh vampir lain, karena jika mereka membantuku, maka para vampir itu akan tahu identitasku. Dan waktu itu aku yang meminta Ray untuk memeriksa keadaan sekitar, karena ada pergerakan yang mencurigakan, sedangkan aku melanjutkan perjalananku sendiri hingga aku tersesat. Rena mohon ayah jangan menghukum mereka, karena mereka tidak salah ayah, itu semua permintaan Rena dan bukan keinginan mereka. Mereka sudah menolaknya, tapi aku yang keras kepala ingin melanjutkan rencanaku, kalau ayah mau, hukum saja aku."
"Tidak! ayah akan tetap menghukum mereka, dan kamu juga akan ayah hukum! pak Bagas, katakan pada pihak sekolah kalau mulai besok, selama seminggu, Serena, Bianca,Ray dan Renata akan keluar negeri untuk menghadiri upacara pemakaman saudara mereka, bilang saja negara yang jauh. Dan anakmu Serena juga akan aku hukum. apa kau keberatan?". Pak Bagas juga membiarkan ayah menghukum Serena. "Untuk Ray, dan Bianca, kalian harus pergi ke gua tapak surya dan ambil cawan neraca milikku yang dicuri oleh Rafael, dan kalian juga akan di cambuk sebanyak seratus kali. Sedangkan kamu Serena, kamu dan Renata akan pergi ke Istana di tengah hutan selama seminggu.Dan kalian harus hidup tanpa bantuan dari siapapun disana selama seminggu. Tanpa persediaan makanan. hanya air satu gentong yang akan kami sediakan untuk kalian. Dan untuk para vampir yang lalai malam ini, akan di cambuk sebanyak seratus kali dan akan di asingkan dari kerajaan ini.Dan kalian ikut aku!" Ayah mengajak kami berempat ke ruang bawah tanah. " Renata, apakah mereka vampir yang menyerang kamu?" aku membenarkan pertanyaan ayah. " Serena, kamu tau siapa mereka?" Serena adalah ahlinya mengetahui vampir dari mana mereka. "Mereka adalah vampir kiriman keluarga Morelian tuan.". Lagi-lagi keluarga vampir itu membuat kacau di sini. "Ericka! Franky! Cepat kemari! Cepat seret dan bawa vampir - vampir ini ke tiang pasak kayu. Ikat mereka disana dan biarkan mereka musnah saat matahari terbit." Lagi-lagi ayah menunjukkan kemurkaannya. Belasan vampir dari keluarga itupun di bawa dan di hukum sesuai perintah ayah.
Esoknya kami mulai menjalankan hukuman kami. Aku dan Serena di kawal menuju istana kosong di tengah hutan dan benar-benar terisolasi. Kali ini ayah benar-benar marah padaku. Itu terlihat jelas, karena saat para pengawal membawaku dan Serena, ayah sama sekali tidak menoleh atau mengucapkan beberapa kata padaku. kalau bahasa manusianya sih 'ngambek'. Tapi aku akan menunjukkannya kepada ayah kalau dalam waktu seminggu aku akan bisa bertahan dan kembali. Selama perjalanan banyak hal yang terlintas di pikiranku, hingga tanpa sadar kami sudah tiba di istana tersebut. "Non sebaiknya istirahat saja dulu, aku akan membereskan istana ini agar Non Renata nyaman tinggal disini." aku pergi ke taman belakang istana dan duduk di kursi goyang yg ada di sana. Walaupun aku hanya berdua dengan Serena, aku tahu ayah pasti sudah memperketat penjagaan di sekitar istana. Setelah cukup lama aku bersantai di taman belakang, Serena datang dan menghampiriku. " Non, istananya sudah saya bersihkan. Apa yang Non Renata fikirkan? dari tadi saya melihat Non selalu melamun dan menggeleng-gelengkan kepala."
"Tidak ada apa-apa Ser, aku baik-baik saja, hanya saja aku terus memikirkan Bianca dan Ray. Apakah mereka akan berhasil mengambil cawan itu? Bagaimana keadaan mereka sekarang? Dan aku juga memikirkan Al, apakah dia baik-baik saja." aku mengeluarkan unek-unekku tanpa berfikir terlebih dahulu. "Untuk Ray dan Bianca, saya yakin mereka baik-baik saja Non, sedangkan untuk Al, aku tidak bisa membantu. Apakah Non mulai suka sama dia sampai mengkhawatirkan dia?" Serena menggodaku karena aku memikirkan manusia labil itu. " Apaan sih Ser, siapa bilang aku suka sama dia. Kamu jangan sembarangan yah, aku takut ayah akan salah paham kalau mendengarnya. Kalau Bianca dan Ray, aku masih belum tenang. Karena hutan yang akan mereka masuki untuk menuju ke gua itu sangat berbahaya, tidak hanya untuk manusia, bahkan untuk kita para vampir. Mengirimkan para vampir ke hutan itu sama saja dengan mengirim mereka ke Neraka. Aku takut mereka tidak akan berhasil. Aku takut kehilangan mereka, terutama Bian. Karena Bian sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri. Bahkan bundaku pun memintanya untuk memanggil dia dengan sebutan bunda. Kalau sampai mereka tidak berhasil dan kembali, maka aku sendiri yang akan memusnahkan diriku. Kalau untuk Al, aku hanya khawatir tentang apa yang hukuman yang akan di berikan Bu Djuwita karena dia berkelahi dengan Ray, sedangkan Ray bebas dari hukum itu, tapi malah mendapat hukuman yang lebih berat dari ayah. Ser, apakan ada cara agar aku dapat mengetahui keadaan mereka? Aku benar-benar tidak bisa tenang saat ini. Rasanya aku ingin keluar dari hutan ini dan pergi menyusul mereka.".
" Non Renata tenang saja. Baginda raja pasti punya maksud dari semua hukumannya ini, karena saya tahu, jika baginda raja benar-benar murka dan marah, maka Ray dan Bianca pasti sudah di musnahkan oleh beliau saat itu juga. Jadi, sekarang Non Renata tenang saja. Pasti mereka akan berhasil kembali pulang kerumah dan berkumpul bersama kita. Dan kita juga harus menunjukkan kepada Baginda Raja, jika kita juga bisa hidup dengan keadaan seperti ini. Asal kita saling menjaga dan melindungi..."
"Tunggu dulu! Aku tahu apa maksud dan tujuan ayah memberikan hukuman ini kepada kita. Ayah ingin kita mengambil hikmah dari kejadian kita ini. Hukuman ini bukanlah sekedar hukuman. Melainkan ayah ingin kita, khususnya aku, sadar bahwa jika kita ingin bertahan hidup di dunia ini, kita harus saling menjaga. Karena aku meminta mereka meninggalkan aku sendiri, aku menunjukkan sikap egois ku. Aku mengerti sekarang! Aku akan tunjukkan kepada ayah kalau aku pasti bisa. Terima kasih ya Ser, kamu selalu ada buat aku.". Aku menyadari kesalahanku dan berjanji akan memperbaiki diri. Aku dan Serena akan berusaha bertahan hidup selama seminggu ini dan aku yakin Ray dan Bianca juga akan bertahan.