Perlahan namun pasti, aku melangkah masuk ke dalam laboratorium, Serena mengikuti ku dengan perasaan yang cemas. Hari ini kami akan membedah beberapa hewan untuk mempelajari organ dan struktur tubuh hewan tersebut. Aku satu tim dengan Serena, Reno,Milly dan Al. Kami akan membedah tikus. Aku berdiri di ujung meja untuk menghindari cipratan darah atau kalau-kalau aku akan bereaksi jika mencium aroma darah. Serena juga dalam keadaan siaga untuk melindungiku.
"Eh bule, enak banget loe di sana, sini bantuin gue buat bedah tikus ini." pinta Al. "Seenak loe saja nyuruh-nyuruh Renata, sini gue saja yang bantuin, Renata phobia." Bela Reno, dan aku kembali terselamatkan.Milly mulai merasa jijik melihat Al membelah tikus tersebut, di tambah lagi Reno asik menjahili Milly. Suasana agak sedikit ribut karena Reno berusaha mengerjai Milly dengan menakut nakuti dia. Di sisi lain aku mulai terpancing dengan aroma darah dari tikus tersebut.
Reno mendekatkan tikus percobaan kami ke Milly, dan Milly menebasnya hingga terkena diriku dan menyayat tanganku, aku mulai tidak bisa mengendalikan diriku dan pingsan. Serena panik bukan main, dia menggenggam tanganku, aku hanya sedikit menggerakkan jariku untuk memberi tanda bahwa aku baik-baik saja. "Ada apa ini? Airlangga, tolong bawa Renata ke UKS. Serena temani Airlangga ke UKS." pinta Bu Djuwita. Aku di gendong oleh Al ke UKS, ada perasaan yang aneh saat dia menggendongku, tapi aku coba mengabaikannnya, mungkin ini karena aku jarang sekali bersentuhan dengan manusia, apalagi Al adalah seorang pria.
Di UKS Al mencoba memeriksa aku, tapi di halangi oleh Serena." Eh.. mau ngapain loe? Jangan macam-macam ya, mentang-mentang dia pingsan! gue patahkan juga tangan loe itu, mau?".
"Kalian jadi cewek kok hobinya ngerepotin cowok saja sih, mana bawel lagi!. Gue gak bermaksud macam-macam, cuma mau periksa detak jantungnya dia saja, soalnya waktu gue gendong, tubuh dia dingin sekali. Sebenarnya Renata itu kenapa sih? masa cuma kena senggol gitu saja sudah pingsan?" rasa penasaran Al mulai muncul.
"Renata itu dari kecil sudah punya masalah dengan kesehatannya, makanya dia itu selalu berpindah-pindah, dan dari awal sebenarnya Renata tidak pernah mau masuk kelas IPA, karena dia tidak suka dengan IPA. Renata lebih suka olahraga dari pada pengetahuan." Serena mencoba menenangkan diri dan mengarang keadaanku.
"Kalian kayaknya akrab banget, lebih seperti kakak dan adik daripada sepupu. Gue beli teh hangat dulu ya, biar nanti waktu Renata sadar dia bisa minum."
"Gak perlu, Renata tidak suka minum teh, mending loe temenin gue ambil susunya di kelas saja."
Serena dan Al pergi ke kelas untuk mengambil makananku, aku di tinggal sendiri. Saat mereka kembali, Al tidak sengaja melihat ada bayangan orang yang berlari keluar dari UKS, Al berlari menuju UKS untuk memeriksa keadaan ku, tapi dia tidak menemukan apa-apa, hanya aku yang masih terbaring di atas tempat tidur UKS. Al mengambil minyak kayu putih untuk menggosokkannya ke hidungku. aromanya sangat aneh untuk kami para vampir. tak berapa lama aku pun terbangun dan sedikit gemetaran. Al menenangkan aku."Hey... tenang-tenang, loe aman di sini, ini UKS. Sorry gue gak tau kalau loe takut sama darah. gimana keadaan loe?"
"Boleh tinggalin gue sama Serena berdua tak?gue mau tenangin diri dulu." untuk pertama kalinya aku bisa berbicara dengan baik dengan Al. Al meninggalkan aku dan Serena.
"Bagaimana keadaan Loe? ini makanan loe. pulang nanti gue bakal bilangin sama papa buat cari cara biar suhu badan loe bisa normal kayak manusia, karena tadi waktu Al gendong loe, dia sempat curiga karena badan loe yang dingin. dan tadi pasti ada vampir yang datang kan? karena gue mencium aroma bekas vampir dan Al juga melihat, ada bayangan yang keluar dari ruang UKS."Serena masih tampak mencemaskan aku.
"Aku sudah tidak apa-apa kok, tadi yang datang adalah utusan ayah ku, untuk memeriksa kondisi aku.dan soal suhu tubuh ku, kamu tenang saja, aku sudah punya caranya. Sekarang kita kembali ke kelas dan lanjutin pelajaran kita yuk."