Chereads / Kisah Cinta Vega / Chapter 6 - Vega?

Chapter 6 - Vega?

Alarm Rune berbunyi tepat pukul 11.00 dan membangunkan kedua orang yang sedang asyik tidur di bagian koleksi buku langka itu.

"Astaga...! Bunyi apa itu??" cetus Vega sambil mengangkat kepalanya dari balik buku. Tanpa sengaja tangannya menyapu ke sekelilingnya, menjatuhkan buku yang menyembunyikannya sedari tadi, juga buku Rune, dan terakhir menampar pipi sang dosen muda yang baru mengangkat kepalanya.

"Eh... kenapa kamu pukul saya?" desis Rune sambil memegang pipinya yang barusan terkena tangan Vega.

Gadis itu seketika membeku di tempatnya.

"Astaga... Ba.. Bapak ngapain di sini?" serunya kaget.

"Bapak.. Bapak... kamu main pukul saja, ya.. nggak lihat-lihat sekeliling." Rune mengelus-elus pipinya dan kemudian membereskan buku jurnalnya dan menaruhnya di lemari. "Seharusnya saya yang tanya kamu ngapain di sini. Dari dulu ini tempat favorit saya untuk tidur."

"Oh... " Vega hanya bisa termangu mendengarnya. Ia sama sekali tak mengira Rune sering mencuri tidur di perpustakaan juga seperti dirinya. "Maafkan saya.. Saya nggak tahu Bapak sering ke sini. Nanti saya cari tempat lain deh..."

Ia buru-buru membereskan jurnalnya lalu membungkuk beberapa kali kepada Rune, kemudian kabur secepatnya dari perpustakaan.

Pfew...

Ya Tuhan, mimpi apa semalam, dipergoki tidur di perpustakaan oleh seorang dosen!

Vega mengomel-ngomel dalam hati dan tergesa-gesa mencari teman-temannya di kantin. Mata kuliah selanjutnya masih satu jam lagi dan ia sudah merasa tidak nyaman berlama-lama di perpustakaan, maka mau tidak mau ia terpaksa harus mengorbankan uang dua ribu rupiahnya dan membeli teh panas untuk ngobrol bersama teman-temannya.

BRUKK..!!

"Heiii.. ! Lihat-lihat dong kalau jalan.." tegur seorang pemuda yang barusan ditabrak Vega saat masuk lewat pintu kantin yang terbuka lebar. Pandangannya memang tidak fokus, berusaha menghitung sisa uangnya dan mencari teman-temannya.

"Eh.. aduh, maaf..." Vega memegangi pipinya yang sakit karena barusan kepalanya menghantam bahu kanan seorang pemuda tampan berpenampilan acak-acakan dan mengenakan anting di telinga kirinya. Ketika Vega mengangkat wajahnya, ia seketika terpaku di tempatnya. Ia telah mengenali Altair. Gadis itu ingat ia belum mengucapkan terima kasih dengan sepatutnya waktu itu. Ia akhirnya membungkuk sedikit. "Te... terima kasih waktu itu aku sudah boleh menebeng..."

Altair hendak menjawab sesuatu ketika tiba-tiba Felicity tiba di sampingnya.

"Terima kasih kenapa?" tanya gadis itu dengan nada mengejek. Vega menoleh ke arahnya dan seketika menjadi tidak enak. Ia mendengar bahwa Felicity adalah kekasih Altair. Tentu gadis itu akan cemburu kalau mendengar pacarnya membonceng gadis lain ke kampus.

"Uhm... tidak apa-apa..." Vega memandang Altair berusaha memohon maaf karena menimbulkan masalah antara pemuda itu dengan kekasihnya. "Aku permisi."

"Heiii!! Vega!! Ke sini, dong!! Rio ulang tahun nih, dia mau traktir semua orang makan siang!!" jerit Rara dengan tidak tahu malu, menggemparkan seisi kantin.

"Eh.. iya, sebentar, aku ke sana!" Vega melambai ke arah Rara di sudut kantin dan merasa lega karena ia bisa melepaskan diri dari situasi canggung antara dirinya dan Altair dan Felicity.

"Vega?" Felicity mengerutkan keningnya dan menatap Altair dengan pandangan menyelidik ketika Vega sudah berlari meninggalkan mereka.

Altair mengangkat bahu dan berjalan pergi dengan tangan di saku. Felicity berlari mengejarnya dan menarik tangan Altair.

"Altair... kamu tahu dia Vega? Apakah Vega yang itu?" tanya Felicity dengan nada suara mendesak.

Altair tidak menjawab. Ia juga tidak melepaskan gandengan tangan Felicity pada lengannya. Ia terlihat tidak peduli pada apa pun.

Vega hanya dapat menatap kedua orang itu dari jendela kantin dengan dada bergemuruh. Ia tadi sangat terkejut saat menubruk tubuh Altair di depan pintu, tetapi di saat tubuh mereka bertemu itu, entah kenapa ia merasakan dadanya berdebar-debar.

Apakah... ini memang Altair-nya? Ini adalah pertanyaan yang terus menerus ia ajukan kepada dirinya sendiri selama beberapa minggu terakhir ini.

Jauh sebelum mereka bertemu Vega telah menyimpan khayalan tentang sosok pemuda itu. Ia telah melihat foto ayah Altair sewaktu muda dan ia mengerti kenapa ibunya jatuh cinta kepada pria itu. Kalau seandainya pria yang dicintai ibunya memang mempunyai seorang anak lelaki, tentu ia akan setampan ayahnya.

Vega telah jatuh cinta pada sosok Altair bahkan sebelum mereka bertemu, bahkan sebelum ia mengetahui bila Altair memang sungguh-sungguh ada. Dan kini, saat mengetahui bahwa ada seorang pemuda di kampus yang memiliki nama Altair, dan ia terlihat mirip dengan sosok pria yang dicintai ibunya, Vega mulai merasa resah.

Bagaimana bila itu memang Altair-nya?

Pemuda itu sangat populer, sementara Vega bukanlah siapa-siapa...

Dan sepertinya Altair juga sudah mempunyai pacar yang luar biasa cantik dan berasal dari kalangan berada.

Vega hanya bisa menggigit bibir dan berusaha melupakan sosok Altair dan Felicity yang berjalan bergandengan menuju mobilnya.