Vega sedang membaca novel di kursi kasir tetapi pikirannya sama sekali tidak dapat berkonsentrasi. Ia harus bisa mencari pekerjaan lain agar memperoleh uang dalam waktu cepat. Kalau ia tidak mendapatkan uang minggu ini, ia tidak yakin bisa berangkat kuliah minggu depan.
Akhirnya ia menyerah dan meletakkan bukunya di meja. Sementara tidak ada pembeli, ia mencoba mencari berbagai iklan pekerjaan sambilan. Ia sudah bekerja di toko, sehingga ia hanya bisa melakukan pekerjaan lain di akhir pekan, di luar shift kerjanya di toko. Kecuali ia mendapatkan pekerjaan sambilan yang lebih mapan, maka ia bisa berhenti dari pekerjaan di toko sekaligus.
Matanya melihat lowongan pekerjaan kecil di media sosial. Dibutuhkan dua orang SPG (Sales Promotional Girl) untuk pekerjaan keliling daerah selama sepuluh hari. Gajinya Rp 150.000 per hari di luar makan.
Dengan cepat otaknya berhitung. Bila ia bekerja selama 10 hari, maka ia akan mendapatkan Rp 1.500.000. Ini hampir setara dengan gajinya bekerja sambilan di toko selama sebulan. Ia sangat membutuhkan uang dan pekerjaan ini rasanya cukup membantu Vega untuk mendapatkan uang dengan cepat, apalagi ia tidak perlu memikirkan makan selama bekerja.
Tetapi kekurangannya adalah... ia harus izin kerja dari toko selama sepuluh hari, dan berarti gajinya akan kembali dipotong cukup besar. Ia juga harus bolos kuliah selama seminggu.
"Tapi kalau aku tidak mengambil pekerjaan ini, aku juga tidak bisa berangkat ke kampus karena tidak punya ongkos," pikir Vega.
Akhirnya ia mengambil keputusan. Ia akan minta izin kerja dan berharap teman kuliahnya ada yang mau dititipi absen selama ia bolos. Buru-buru ia mencatat alamat dan nomor telepon pemberi lowongan kerja dan menyiapkan lamaran.
***
Keesokan harinya, Vega sudah berdandan rapi dengan sehelai map di tangannya. Ia mampir sebentar ke rumah Andi untuk mencetak surat lamaran. Karena sahabatnya kebetulan sedang ada urusan klub di kampusnya di ITB yang searah dengan alamat agensi SPG tersebut, Andi juga menawarkan untuk mengantarnya.
Lumayan, bisa hemat ongkos, pikir Vega.
Ia tidak memberi tahu Andi bahwa uangnya sudah sangat menipis, tetapi entah kenapa pemuda itu seperti tahu bahwa Vega sedang kesulitan keuangan. Ia malah sempat-sempatnya mentraktir Vega sarapan di depan ruko tempat agensi tersebut berada, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke kampusnya.
Di lantai satu ruko tersebut, telah duduk manis beberapa puluh gadis cantik dengan map berisi surat lamaran di tangan mereka. Seketika Vega menjadi tidak percaya diri. Bagaimana kalau ia tidak dipilih? Setahunya agensi ini hanya membutuhkan dua orang, tetapi yang melamar banyak sekali.
Setahunya, upah SPG sekarang masih di angka seratus ribu rupiah per hari. Mungkin karena upah yang mereka tawarkan ini termasuk di atas rata-rata, maka banyak gadis yang melamar. Dengan resah, ia duduk di antara para pelamar lainnya. Berharap keberuntungan kali ini berpihak kepadanya.
"Selamat pagi, nama saya Dina. Silakan perkenalkan diri dulu dan pengalaman kerja kamu sebelum ini," kata seorang wanita berusia 40-an yang menerima Vega di ruangan wawancara.
Dengan ramah Vega menceritakan siapa dirinya dan beberapa pekerjaan SPG yang pernah ia lakukan sebelumnya. Wanita itu mengangguk-angguk dan tampak puas melihat penampilan Vega yang sangat menarik.
"Hmm.. kami menawarkan gaji harian cukup tinggi karena kebetulan proyek kali ini adalah proyek mobile ke 10 kabupaten di Jawa Barat. Jadi kami membutuhkan dua SPG ekstra karena SPG kami yang lainnya sedang penuh dengan job mengerjakan proyek promosi produk lain. Jadi tujuan kita adalah Banjaran, Garut, Majalaya, Soreang, Tasik.. dan lain-lain." Bu Dina menyebutkan nama beberapa lokasi lainnya yang membuat Vega menelan ludah. Lokasi kerjanya jauh-jauh...
"Apakah kita berkeliling ke semua lokasi itu sekaligus atau pulang pergi dari Bandung, Bu?" tanya Vega, berusaha memastikan.
"Kita tidak menyediakan hotel untuk proyek ini, jadi kita akan berangkat jam 4 pagi dari Bandung, agar kita bisa tiba di kota tujuan jam 8, menyiapkan acara promo, lalu pulang kembali pada sore harinya. Perkiraan kita tiba kembali di Bandung jam 10 malam. Apa kamu sanggup?"
Vega segera menghitung di kepalanya. Kalau setiap hari ia harus datang ke tempat ini pukul 4 pagi, maka ia harus bangun jam 3. Ia baru akan tiba kembali di rumah pukul 11 malam. Artinya ia hanya akan menikmati tidur 4 jam setiap malam selama 10 hari berturut-turut.
Berat sekali.
"Saya bersedia, Bu. Kalau Bu Dina mau menerima saya menjadi bagian dari tim promosi proyek ini, saya akan bekerja sebaik-baiknya." Vega tersenyum dan mengangguk.
"Bagus. Saya senang dengan orang yang pekerja keras. Kamu saya terima. Nanti kamu turun ke lantai satu dan ketemu Linda, dia akan memberikan seragam untuk proyek kita. Kita mulai bekerja hari Sabtu subuh ya..."
Bu Dina mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Vega dengan senyum ramah. Gadis itu senang sekali. Ia tidak mengira wawancara kerjanya berlangsung sangat mudah dan ia mendapatkan pekerjaan ini.
Walaupun jam kerjanya sangat panjang, ia bersyukur diberi kesempatan untuk bergabung. Sepuluh hari lagi ia akan punya uang lumayan. Pikirannya yang kusut sebelum ini perlahan mulai terasa ringan. Setelah proyek ini selesai, ia akan memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang.
Dengan wajah cerah gadis itu meninggalkan kantor agensi. Hmm... sebenarnya dari sini ke ITB tidak terlalu jauh, pikirnya.
Ia memutuskan untuk berjalan kaki ke kampus ITB untuk bertemu dengan Andi. Ia masih punya sedikit uang. Ia ingin mentraktir Andi makan bakso karena telah membantu mencetak surat lamarannya dan tadi mengantarnya ke tempat wawancara.