Chereads / Emross Empire : War And Order / Chapter 25 - 25. Freedom Forces

Chapter 25 - 25. Freedom Forces

"JQ.. Aku rasa saat terakhir kali kita bertemu 2 bulan yang lalu.. Kau masih berada pada level 48, tidak kusangka kau bisa dengan sangat cepat menaikkan levelmu." kata TukangSantet membaca tampilan status dari JavQueen.

"Kau tahu sendiri jika aku adalah seorang yang jenius. Sebentar lagi aku juga akan melampauimu." kata JavQueen mendekatkan wajahnya ke TukangSantet.

"Jenius dalam menggoda orang? Dia menipu para pria agar mereka mau membantunya menaikkan levelnya." sahut MalingKutang dengan wajah sinis.

Di dunia nyata, JavQueen atau yang sering dipanggil JQ adalah seorang wanita penghibur kelas atas yang terkenal dengan penampilan nakalnya. Banyak sekali para pemain pria yang mengikuti akun sosial medianya untuk memantau foto-foto sexynya.

Di dunia baru ini, kepopuleran JQ melonjak dengan sangat drastis. Dengan wajah cantik, tubuh yang sexy dan kepopuleran yang ia miliki sebelumnya, hanya membutuhkan beberapa menit bagi JQ untuk bisa mencuri perhatian dari para pemain pria. Tidak hayal jika suatu saat nanti ia dapat menjadi pemain papan atas dengan memanfaatkan para pria yang jatuh cinta kepadanya.

"Pria cabul, kau barusan bilang apa?!" JQ menarik kerah baju Malin dan mencoba untuk menariknya ke bawah.

"Dan sudah dapat dipastikan jika kau adalah salah satu dari pria tersebut, Malin." kata TukangSantet tersenyum kecut, ia kemudian menoleh kearah para komandan Garuda yang terlihat sedang menginstrogasi kerumunan penonton yang masih ada disekitar tempat itu. "Sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan di tempat kumuh seperti ini?"

"Ah.. Kalau soal itu sebenarnya aku tidak bisa mengatakannya, karena saat ini kami sedang melakukan misi rahasia." kata Malin terlihat kesusahan untuk berbicara karena kepalanya terus ditekan oleh JQ.

"Kami sedang mencari kelompok misterius yang sedang menghasut para pemain untuk melakukan pemberontakan terhadap kerajaan." sahut JQ sambil terus mencoba untuk menekan kepala Malin.

"Hey! Kau tidak bisa memberitahunya begitu saja!" sentak Malin mencoba untuk berdiri.

"Tutup mulutmu dan cepat cium sepatuku!" sentak JavQueen memperkuat tenaganya menekan kepala Malin ke kakinya.

Karena MalingKutang berhenti melawan, JQ pun melemaskan cengkeramannya. Malin menunduk dan mencium sepatu JQ. Dengan cukup pelan ia kemudian menjilati kaki kanan JQ hingga ke paha, sedangkan JQ hanya memandangi pria mesum tersebut dengan wajah datar. Setelah Malin hampir sampai di bagian kewanitaan JQ, JQ menjambak rambut Malin dan menarik kepala Malin keatas setinggi wajahnya. Dengan raut wajah kesal ia berkata, "Aku bilang cium sepatuku bukan menjilati pahaku!!"

"Hehe.. Tapi kau menyukainya kan?" kata Malin dengan raut wajah mesum memandangi mata JQ.

"Pemberontakan kah? Jadi ada juga orang yang ingin menguasai kerajaan ini. Lalu apa kalian sudah mendapatkan petunjuk?" TukangSantet duduk di pinggir jalan mengisi kembali MPnya, ia mengacuhkan apa yang sedang dilakukan oleh Malin dan JQ yang merupakan kebiasaan lama dari mereka berdua.

"Karena kau adalah mantan komandanku, jadi aku rasa aku memang harus memberitahumu apa yang sebenarnya telah terjadi belakangan ini." Dengan cukup lembut Malin memegang tangan JQ untuk melepaskan genggaman JQ dari rambutnya. "Untuk saat ini, kami hanya tahu nama dari kelompok tersebut. Mereka menyebut diri mereka sebagai Freedom Forces, sebuah kelompok keji yang keluar dari balik bayangan." kata Malin lagi dengan raut wajah serius.

"Freedom Forces?" kata TukangSantet lirih.

Setelah event besar, di malam pertama di dunia baru, muncul kelompok misterius yang menyebut diri mereka sebagai Freedom Forces. Mereka muncul di kegelapan malam dan menghasut para player untuk melakukan pemberontakan terhadap kerajaan Mataram. Tidak sedikit dari para player yang mengabaikan ajakan dari mereka, karena para player berfikir jika hal tersebut hanya akan membuang-buang waktu. Akan tetapi diantara jutaan player yang terjebak di dunia baru, ada juga para player yang pada dasarnya memiliki sifat jahat dan suka menindas, sehingga dengan sangat senang hati mereka mau bergabung dengan Freedom Forces untuk menaklukkan kerajaan Mataram.

Hanya dalam waktu semalam, Freedom Forces berhasil merekrut puluhan ribu Senshi yang kebanyakan dari mereka adalah para player yang sedang frustasi. Banyaknya pemain yang bergabung dengan Freedom Forces juga dipengaruhi oleh janji mereka yang dapat memberikan sebuah jalan kembali ke dunia nyata saat kerajaan Mataram runtuh.

Sang raja yang telah mendengar akan kabar tersebut pun bergegas merekrut aliansi Garuda untuk menangkap para provokator yang telah menghasut para Shensi untuk melakukan pemberontakan.

Sejauh ini memang belum banyak kekacauan yang disebabkan oleh kelompok misterius bernama Freedom Forces tersebut, akan tetapi dengan dampak dari event besar yang masih terasa sangat kacau, aliansi Garuda pun berusaha untuk mencegah adanya masalah tambahan dan bertindak dengan cepat untuk menangkap para pemberontak tersebut. AlexanderAceh selaku pimpinan dari aliansi Garuda memerintahkan seluruh anggotanya untuk menyebar ke seluruh pelosok ibukota dan mencari kelompok bernama Freedom Forces tersebut.

"Malin, ayo kita pergi!" Tanpa terlebih dahulu menyapa TukangSantet yang merupakan mantan dari komandan aliansinya, AlexanderAceh pergi meninggalkan tempat tersebut bersama dengan para anggotanya yang lain.

"Acch... Aku rasa Alex masih marah kepadamu." kata JQ pelan melihat pimpinan aliansinya berjalan pergi menjauh.

"Kalau begitu kami pergi dulu. Kau berhati-hatilah, aku dengar jika Freedom Forces tidak akan segan-segan untuk membunuh siapapun yang berani menolak tawaran mereka." Malin menepuk pundak JQ dan kemudian berjalan pergi meninggalkan TukangSantet. Sedangkan JQ menoleh kearah TukangSantet untuk memberikan kiss bye, dan dengan gerak tubuh yang sangat menggoda, ia meninggalkan TukangSantet dan berjalan menyusul Malin.

Sambil melihat Malin dan JQ pergi menjauh, Pandi datang menghampiri TukangSantet dan berkata "Apa anda tidak apa-apa tuan?"

"Iya, ayo kita pergi dari sini." Kemudian mereka pun meninggalkan tempat tersebut dan pergi menuju ke rumah Pandi untuk melanjutkan transaksi mereka.

.

.

Di sebuah padang rumput yang berada di samping desa Bae.

Dengan hujan rintik yang masih turun membasahi wilayah kerajaan Mataram bagian barat, Shiro terlihat sedang duduk bersantai di atas rerumputan, menunggu para warga selesai menggali kubur.

Sejak tadi ia terus mengamati para NPC yang menunjukkan berbagai macam ekspresi. Banyak dari mereka yang terlihat sedih dengan tatapan mata kosong, akan tetapi ada juga yang menunjukkan raut wajah datar dengan sorot mata yang penuh akan kebencian.

Sesaat setelah upacara pemakaman dimulai, suara isak tangis pun mulai terdengar dan membuat suasana menjadi terasa sangat suram.

Dari kejauhan, Shiro hanya termenung melihat berlangsungnya proses pemakaman. Dia merasa jika selama ini ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Di dalam hati kecilnya, dia sangat bersyukur bisa terjebak di dunia ini. Dia tidak pernah menyangka jika dia malah bisa belajar arti dari rasa kekeluargaan dari sebuah progam data.

Suasana pemakaman yang tadinya terlihat sangat suram tiba-tiba menjadi ricuh saat para warga melihat kawanan Angry Goat yang sedang berlari menuju kearah mereka. Para warga yang tadinya hanya termenung karena kesedihan yang mendalam pun kini mulai terlihat panik.

Shiro menoleh ke arah kawanan Monster tersebut berasal. Walaupun dia tidak terlalu peduli dengan para NPC yang baginya hanyalah sekumpulan program data, akan tetapi ia masih menghargai perasaan mereka yang sedang menyiapkan rumah terakhir untuk keluarga mereka yang sudah meninggal. "Lanjutkanlah pemakamannya.. Aku akan menghentikan mereka." kata Shiro yang terlihat sedang berjalan menjauh dari rombongan para warga dan menyambut kawanan Angry Goat.

"Tapi tuan.. Jumlah mereka ada ratusan!!" teriak Ana yang terlihat sangat khawatir.

"Jangan khawatir, tidak akan kubiarkan satupun dari mereka mendekati kalian. Jadi lanjutkanlah penghormatan terakhir kalian kepada keluarga kalian." Tanpa menoleh kebelakang, Shiro mengambil 2 bilah pedang dan terus berjalan menghampiri kawanan Angry Goat yang sudah semakin mendekat.

"Tu.. Tuaan... Semoga tuhan bersama anda!" teriak Turi yang kemudian menundukkan sedikit badannya untuk menghormati keberanian Shiro. Dengan perlahan seluruh warga pun mengikuti Turi dan menundukkan sedikit badan mereka.

Next Chapter : 26. Kekuatan Dari Sang Penghancur