Chereads / Emross Empire : War And Order / Chapter 10 - 10. Malam Pertama Di Dunia Baru

Chapter 10 - 10. Malam Pertama Di Dunia Baru

Di sebuah tempat di kedalaman Dungeon. Setelah semalaman berburu Monster di pintu masuk Dungeon, para anggota aliansi GOW terlihat sedang mendirikan tenda untuk mereka gunakan sebagai tempat beristirahat.

"Aku akan memeriksa lantai bawah, kalian jagalah daerah di sekitar perkemahan!" kata Meritz memberikan perintah kepada para komandan aliansi GOW.

"Kirim 10 orang penjaga untuk menjaga wilayah setiap 50 meter di luar batas perkemahan, dan gandakan penjagaan di setiap sudut dan pintu aula. Perhatikan daerah di sekitar kalian dan jangan sampai lengah!" teriak Lyz memberikan komando kepada para penjaga.

=====================

Name : Lyz

Sex : Male

Age : 28

Class : Weapon Master

Level : 1 (AWK)

Title : Dragon Slayer

Guild : God Of War, Commander

=====================

"Guardians! Cepatlah pergi ke posisi kalian!" teriak salah seorang Senshi yang memakai full plate armor dengan sebuah perisai yang terlihat sangat berat.

"Kalau kau tidak mau menjadi santapan Monster, cepat gerakkan bokong malasmu!" kata salah seorang penjaga mendorong bahu penjaga muda yang ada di depannya. Mereka terkekeh dan meninggalkan penjaga muda tersebut tersungkur di reruntuhan prasasti.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Lyz menjulurkan tangan ke Senshi muda tersebut.

"Iya, komandan." jawab pemuda tersebut sambil meraih tangan Lyz dan mencoba untuk bangkit.

=====================

Name : Cricsus

Sex : Male

Age : 17

Class : Guardian

Level : 47

Title : Paladin

Guild : God Of War, Member

=====================

Nama dari Guardian muda tersebut adalah Cricsus, seorang player berdarah Germany dan Turkey. Karena aksen germannya yang terdengar terlalu kental, para pemain sering sekali menjahilinya dan memberinya julukan sebagai "Nazi keparat". Walaupun begitu, dia masih tetap tegar menjalankan tugasnya sebagai seorang penjaga.

"Kalau begitu pergilah ke posisimu." kata Lyz dengan senyuman tipis.

"Baik." kata pemuda tersebut mengangguk.

.

.

Di depan gerbang benteng ibukota.

"Owwhh.. Bukankah kau Senshi yang tadi sore! Apa kau baru saja kembali dari hutan, tuan?" sapa salah seorang prajurit yang sedang bertugas menjaga gerbang ibukota.

"Ya.. Begitulah. Karena aku adalah seorang SENSHI." jawab Shiro dengan nada sinis sambil terus berjalan menuju ke gerbang.

"Sebaiknya jangan terlalu memaksakan diri, apalagi kau hanya seorang diri. Beberapa waktu yang lalu aku mendengar kabar bahwa para Monster telah berkembang biak dengan sangat pesat, sebaiknya kau berhati-hati tuan."

"Terimakasih atas sarannya. Akan tetapi aku adalah seorang SENSHI, aku pergi berburu karena memang aku harus, jadi aku akan menanggung semua resikonya. Apa toko Jarwo masih buka di tengah malam seperti ini?"

"Owh... Okelah kalau begitu. Kalau masalah Jarwo.. jangan khawatir, si maniak itu selalu buka 24 jam tanpa henti."

"Baiklah, terimakasih atas infonya." kemudian Shiro pun berjalan memasuki gerbang dan pergi menuju ke distrik kudus untuk menjual berbagai macam item yang telah di dapatkannya tadi.

Walaupun sudah tengah malam akan tetapi suasana di dalam benteng ibukota masih terlihat sangat ramai. Deretan bar dan rumah makan dipenuhi oleh para Senshi yang sedang menghabiskan malam dengan bermabuk-mabukan dan bersenang-senang dengan para pelacur.

Pada dasarnya para Senshi yang berasal dari negara yang berbeda-beda mempunyai jam tidur yang berbeda-beda pula, sehingga memerlukan waktu bagi mereka untuk bisa membiasakan diri tidur di malam hari dan menjalani kehidupan di dunia ini secara normal. Sedangkan Shiro sendiri memang sangat jarang sekali tidur di setiap malam, paling tidak dia hanya akan tidur dalam 2 atau 3 hari sekali.

Semakin ke timur Shiro melangkahkan kakinya, suasana di sekitar semakin terasa hening. Sejauh mata memandang sudah tidak lagi terlihat sekumpulan orang yang sedang melakukan unjuk rasa seperti yang dilihat olehnya sore tadi. Saat ini yang terlihat olehnya hanyalah para pemabuk dan wajah suram yang menghiasi sudut-sudut jalan.

Shiro sedikit melirik ke kanan ke arah seorang pemabuk yang sedang muntah dengan seorang temannya yang terlihat sedang memijit lehernya dari belakang. Ia tidak terlalu ambil pusing dengan apa yang sedang ia lihat dan terus berjalan melangkahkan kakinya menuju timur.

Beberapa saat kemudian setelah Shiro sampai di toko Bang Jarwo. Saat dia sedang berjalan memasuki pintu toko, sama sekali tidak terdengar sambutan dari sang pemilik toko. Setelah dia sampai di meja manager, terlihat Bang Jarwo yang sedang tertidur dengan lelap di balik meja.

"Ini orang totalitasnya dalam berdagang sangat hebat sekali." gumam Shiro yang kemudian membangunkan Bang Jarwo dengan melemparinya sebuah kaki Scolopendra Gigantea.

"Ah.. S-Siap! Apa ada yang bisa saya bantu tuan??" kata Bang Jarwo yang bergegas untuk bangun tanpa terlebih dahulu melihat siapa yang datang.

"Kau ini.. Kalau kau ingin buka selama 24 jam, kenapa kau tidak mempekerjakan orang lain untuk menjaga tokomu disaat malam tiba, bukankah dengan begitu pekerjaanmu bisa sedikit lebih mudah."

"Oh.. Ternyata anda sudah kembali tuan, bagaimana dengan perburuannya tadi?? Saya memang berencana untuk merekrut seorang penjaga malam, akan tetapi sangat sulit sekali mencari seseorang yang diberkati dengan kelebihan Skill Vision yang mampu menilai kualitas dari sebuah item dengan cukup baik. Hehehe.."

"Kau benar juga, akan sangat menyebalkan jika yang menjaga tokomu memberikan harga yang rendah untuk item yang akan aku jual."

"Lalu.. Apa yang kali ini akan anda jual tuan?"

"Itu.." kata Shiro sambil menunjuk kaki Scolopendra Gigantea yang sedang dipegang oleh Bang Jarwo.

===============================

item Name : Scolopendra Gigantea's Feet

Note : Setelah melalui proses pengerasan, item ini biasanya digunakan sebagai tombak atau jenis senjata lainnya.

===============================

"Ooh.. Oh.. Oh.. Kaki Scolopendra Gigantea, bagaimana anda bisa mendapatkan benda ini di level anda yang saat ini??"

"Aku mendapatkannya dengan bantuan dari seseorang, berapa harga dari item tersebut?"

"Hmm.... Saya rasa harganya masih sekitar 1 Silver, apa anda punya lagi?" tanya Jarwo dengan raut wajah tertarik.

"Tentu saja!" kata Shiro yang kemudian mengeluarkan semua itemnya secara bersamaan, sehingga menjadi sebuah tumpukan item yang tersusun rapi di sebelah sampingnya.

=============================

Scolopendra Gigantea Shell 38*

Scolopendra Gigantea's Feet 156*

Scolopendra Gigantea Poison 1 kg*

Fresh Pork 15*

Wild Boar Fangs 30*

Spider Monkey Brain 30*

Red Crystal Essence {Level 8} 1*

Red Crystal Essence {Level 1} 73*

=============================

"Wow! Wow!! Anda sangat luar biasa sekali! Walaupun dengan level yang masih rendah, akan tetapi anda bisa menghasilkan item sebanyak ini hanya dalam waktu beberapa jam saja. Pasti semua ini berkat pedang yang telah saya pinjamkan tadi!" kata Bang Jarwo yang terlihat kegirangan sambil berlari menghampiri tumpukan item tersebut.

"Maksudmu sampah yang telah kau berikan tadi sore??" kata Shiro dengan raut wajah datar.

"Hehe.. Tapi setidaknya sampah itu bisa berguna bukan?" kata Bang Jarwo sambil mengecek kualitas dari item-item tersebut.

"Lalu.. Berapa uang yang akan aku dapatkan jika aku menjual semua item ini?"

"Hmm.. Tunggu sebentar tuan." sahut Bang Jarwo yang kemudian berjalan mengambil sempoa yang tergeletak di atas meja.

Beberapa saat setelah Bang Jarwo selesai menghitung jumlah dan harga dari item-item tersebut, dia meletakkan alat penghitung kuno (sempoa) di atas meja dan kemudian berkata. "Jadi untuk semua tumpukan item ini, saya akan menghargainya sebesar 34 Gold, 1 Silver dan 9 Bronze. Dan karena anda telah menjual bahan sebanyak ini, maka saya akan memberikan bonus kepada anda. Sekarang anda tidak perlu lagi membayar biaya sewa dari pedang yang tadi telah anda pinjam hehehe.."

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Shiro hanya menatap wajah dari penjual cerdik itu dengan raut wajah datar dan sedikit perasaan jengkel.

Next Chapter : 11. Crystal Essence