"Silahkan duduk, Nona Gomer," Hosea mempersilakan Gomer untuk duduk di sofa yang berada di ruang lounge VIP ini.
Gomer terkesima melihat penataan ruangan itu. Warna hitam yang kuat mendominasi dengan kombinasi penjelasan diorama mengenai permata yang dikembangkan dan digunakan oleh Rumah Permata.
"Jadi, permata yang digunakan oleh Rumah Permata adalah lab grown diamond, dimana batu permata tidak lagi menunggu proses alam yang dibutuhkan waktu yang sangat panjang melainkan dikembangbiakan menggunakan teknologi di dalam laboratorium kami. Secara kualitas, permata-permata tersebut tidak kalah dengan yang bertumbuh secara alami. Namun secara harga, sungguh sangat terjangkau," Hosea memberikan penjelasan singkat mengenai permata-permata yang digunakan oleh Rumah Permata. Mata Gomer berbinar-binar melihat kilauan cantik dari bongkahan permata yang di display di tengah ruangan tersebut. "Mereka semua sangat cantik," puji Gomer. Lalu lanjutnya sambil tersenyum dengan cantiknya, "Rasanya koleksi saya akan segera bertambah dengan cepat."
Hosea menatap Gomer lekat. Wanita ini memang memiliki daya tarik yang sangat besar. Tidak heran banyak yang tertarik dengannya, termasuk Hosea. Namun Hosea bukan hanya tertarik mengenai paras yang dimiliki Gomer saja. Ada suatu di dalam Gomer yang Hosea lihat dan itu membuatnya yakin bahwa Gomer layak untuk dikasihi dengan tulus.
"Saya memiliki 1 koleksi terbaru dari Rumah Permata yang baru saja selesai," Hosea memunculkan hologram set perhiasan yang tadi ia telah tunjukkan kepada Alex dan membuat pria itu tak bisa membagi fokusnya kepada hal lain. Kali ini ia pun melihat reaksi yang kurang lebih sama pada Gomer.
"Sangat cantik," sebuah pujian lolos dari bibir mungil Gomer tanpa dapat ditahan. "Saya ingin memilikinya, bisakah?" tanya Gomer lebih lanjut.
"Permata hati ini belum di launching," ujar Hosea sambil terus menatap ke hologram Permata Hati.
Gomer terkejut lalu melontarkan pertanyaan kepada Hosea, "kenapa?"
"Karena perhiasan ini hanya akan menjadi milik seseorang yang sangat amat spesial. Dia hanya ada satu di dunia ini, sama seperti orang tersebut," jawab Hosea.
"Bisakah saya membelinya?" tanya Gomer kembali.
Hosea tersenyum dan kemudian mengarahkan wajahnya menatap wajah wanita cantik dihadapannya. Kedua pasang mata mereka saling bertemu, bertatapan, dan terlihat saling mengikat.
"Nona Gomer, bukan saya tidak ingin menjualnya kepada anda. Jika itu pada akhirnya ternyata diperuntukkan untuk anda, maka itu akan menjadi milik anda dengan jalannya sendiri. Permata hati ini di desain dengan satu pesan dari sang penciptanya. Orang yang memilikinya nanti akan selalu mengingat betapa berharganya dirinya, seperti Permata Hati. Setiap kali ia melihat Permata Hati ini, ia akan selalu merasa bahwa dia adalah orang yang tersimpan di dalam hati seseorang, seseorang yang menerimanya dengan segala keberadaannya," jelas Hosea. Ia diam sejenak. Matanya menangkap mata Gomer sedikit berkaca-kaca. Hosea memulai perkataannya kembali. "Permata Hati akan di lelang pada malam launching. Siapa yang membayar dengan harga tertinggi, orang itu akan memilikinya. Permata Hati ini tidak memakai lab grown diamond melainkan menggunakan permata alam."
Gomer mengalihkan pandangannya kembali kepada hologram Permata Hati. Sebuah berlian besar berbentuk hati berwarna merah, dikelilingi dengan puluhan berlian kecil berwarna putih sebagai bingkainya, Permata hati benar-benar sangat cantik. Gomer tidak yakin apakah kali ia akan bisa memilikinya.
"Saya sendiri sedang turun tangan untuk mempersiapkan konsep dari promosi launching dari Permata Hati. Beberapa minggu ini, bagian konsep iklan pemasaran belum berhasil menemukan talent yang akan menggunakan Permata Hati. Nona Gomer, maukah kamu menjadi ikon dari Permata Hati? Entah kenapa, saya merasa anda akan dapat memberikan kehidupan bagi Permata Hati," ujar Hosea masih dengan menatap Gomer.
Gomer terkesiap. Rasa tertarik dan terkejut Gomer terlukis jelas di raut wajahnya. "Saya memang sangat tertarik dengan Permata Hati itu. Bolehkah saya mengetahui lebih lanjut mengenai konsep pemasaran seperti apa yang akan anda buat, tuan Hosea?" tanya Gomer.
Hosea tersenyum simpul. Gomer telah masuk ke dalam pintu yang ia sudah bukakan.
"Apakah anda bisa datang ke kantor saya besok jam 10 pagi? Seluruh gambaran konsep yang akan dibuat akan saya jelaskan besok pagi," jawab Hosea.
" Tentu saja bisa," jawab Gomer cepat.
" Baiklah. Boleh saya meminta nomor telepon anda? Saya akan mengirimkan detail alamat kantor saya kepada anda sekarang."
Gomer menyebutkan sederetan angka nomor telepon pribadi miliknya. Dan tidak sampai satu menit kemudian Hosea sudah mengirimkan alamat dan titik lokasi kantornya kepada Gomer.
"Terimakasih buat hari ini, tuan Hosea. Saya akan membayar dulu perhiasan yang tadi sudah saya pilih," ujar Gomer kepada Hosea.
"Alex, tolong bawakan kemari semua perhiasan yang telah dipilih oleh nona Gomer tadi," perintah Hosea yang segera dituruti oleh Alex. Asisten sekaligus sahabat terdekat Hosea itu langsung bergerak keluar dari ruangan, meninggalkan Hosea dan Gomer berdua saja. Hosea terus menatap sosok Gomer yang duduk dengan anggun di hadapannya. Keheningan merasuk di sekeliling keduanya, dan Gomer terlihat sedikit salah tingkah karena tatapan intens Hosea yang tidak terputus kepadanya. Ingin rasanya Hosea berdiri dan menghampiri serta memeluk tubuh yang langsing semampai di hadapannya. Namun Ia harus menahan kehendak hatinya karena Ia ingin Gomer merasakan ketulusan hatinya.
"Tuan Hosea, ini perhiasan-perhiasan nona Gomer," tiba-tiba suara bariton Alex memecah keheningan yang mencekam ruangan VIP tersebut. Hosea menerima dua buah tas berukuran sedang yang disodorkan oleh Alex. Kemudian Ia berdiri dan mendekati Gomer yng disambut dengan Gomer berdiri dari duduknya. "Ini perhiasan-perhiasan anda, nona Gomer. Sertifikat setiap perhiasan ada di dalam kotaknya," ujar Hosea sambil menyerahkan kedua tas tersebut kepada Gomer.
"Berapa total semuanya?" tanya Gomer sambil membuka tas untuk mengambil dompetnya.
Hosea segera menahan tangan Gomer, membuat Gomer terkejut dengan tindakan Hosea tersebut. Tidak hanya itu. Hosea memperpendek jarak antara ia dan Gomer dan berbisik di telinga Gomer, kata-kata berikutnya membawa sensasi keintiman di hati Hosea sendiri, "Bawalah itu pulang. Aku menghadiahkannya untukmu, nona Gomer. Aku tunggu besok jam 10 pagi di kantorku."
Hosea bergerak meninggalkan ruangan tersebut setelah berbisik di telinga Gomer, diikuti oleh Alex.