[Satu tahun lalu]
Setelah mencari ke seluruh penjuru map game [RE]SEKAI, kami akhirnya menemukan pria pembawa virus itu. Kami menemukan nya di hutan yang jarang di kunjungi oleh pemain lain.
"Ohh ... ternyata kalian menemukan ku ya, bocah payah!", ujar pria itu.
"Cih ... kali ini ... pasti akan kubunuh kau ...", ucap ku dengan wajah kesal.
"Hmm ... apa kau yakin? bocah, hahaha!", kata pria itu diselingi tawa jahat nya.
"Ka-Kazumi ... hati hati ...", ucap Renai mengingatkan ku.
Saat itu juga muncul pria misterius yang mengenakan jubah lengkap dengan penutup kepala nya. Aku tak bisa melihat wajah nya dengan jelas. Pria berjubah itu berdiri di samping pria berkacamata yang jelas penyebar virus itu.
"Aku akan mengatasi mereka!", ucap pria berjubah itu.
"Jangan terburu buru ... aku dengar para bocah ini hebat loh", ujar pria berkacamata itu.
"Aku dan Hina akan melawan orang jubah itu ...", ujar Takumi dengan tangan yang sudah mengepal kuat.
"Kalian juga jangan terburu buru ... aku ingin bertanya dulu pada mereka", ucap ku dengan wajah santai.
"Ahh ... bocah sok tau ya?", kata pria berkacamata itu.
"Cih ... sebelum aku menghabisi mu ... aku ingin tanya satu hal, kenapa virus mu bisa membuat pemain lain game over dan bahkan membunuh pemain asli nya?", tanya ku dengan tatapan tajam.
"Dasar bocah payah! siapa yang kau pikir akan menjawab mu he?!", kata pria berjubah yang tak terlihat wajah nya itu lalu bersiap menyerang kami.
"Sudah lah ... biar aku bicara dengan bocah bocah payah ini sebelum membunuh mereka", ujar pria berkacamata menahan teman nya itu agar tak menyerang kami.
"Aku ini Game Master, dan aku juga yang memasukan virus ke game ini", lanjut pria berkacamata itu.
"Apa? Game Master? kenapa kau melakukan ini?", tanya Renai.
"Untuk apa?, yang jelas untuk bersenang senang ... selain itu, Gane Ini adalah kesalahan", jawab pria itu.
"Apa nya yang kesalahan?", tanya Takumi.
"Dasar bocah, kau pikir berapa anak yang mati karena game ini sebelum aku menyebarkan virus itu?", kata pria itu sembari memegang kepalanya.
"Jadi ... kau ingin membunuh lebih banyak orang lagi?", tanya Hina.
"Tentu saja ... dari pada game ini membunuh banyak orang perlahan, lebih baik aku membunuh mereka sekarang", jelas pria itu dengan senyuman jahat nya.
Perkataan nya ada benar nya juga, sebelum dia datang, sudah banyak orang yang meninggal karena terlalu lama bermain game ini. Tapi tetap saja cara nya itu salah.
"Cukup sudah pembicaraan nya ... aku akan membunuh kalian semua sekarang ...", kata pria berkacamata itu menodongkan pistol nya ke arah kami.
"Hahaha ... ini yang aku tunggu ... siapa yang ingin melawan ku? coba kejar aku ...", kata pria berjubah lalu berlari masuk ke hutan.
"Takumi ... Hina ... hati hati", ucap ku bersiap menghadapi pria berkacamata yang gila itu.
"Baik lah ... ayo Hina!", kata Takumi lalu mengejar pria berjubah tadi bersama Hina.
Duar ...
Pria itu menarik pelatuk pistol dan peluru pun keluar dari lubang di moncong pistol itu.
Dengan cepat aku mengubah peluru yang melesat ke arah ku menjadi serpihan cahaya dengan kekuatan ku.
"Wah wah ... ternyata kekuatan mu memang hebat ... tapi jangan sombong dulu anak payah ...", ujar pria berkacamata itu.
Cih ... sepertinya ini akan merepotkan ...
"Renai ... lindungi aku dengan kekuatan mu", pinta ku.
"Apa? apa kau akan maju?", tanya nya dengan wajah khawatir.
"Santai saja ... aku pasti baik baik saja dengan bantuan mu", ucap ku menenangkan nya.
"Ya ... aku percaya pada mu"
Dengan cepat aku berlari ke arah pria gila itu. Dan menghindari setiap peluru dari tembakan pistol yang ada di tangan nya.
Buk ...
Aku memukul perut nya dengan sangat keras sampai debu debu tanah beterbangan dan menutupi pengelihatan ku.
"Apa hanya ini?", tanya pria berkacamata itu dengan santai tanpa bergerak sama sekali dari tempat nya berdiri sejak awal.
"A-apa?! kenapa?!"
Boomm!!!
Ledakan besar yang tiba tiba keluar entah dari mana dan membuat ku terlempar ke depan Renai.
"Cih ... apa itu tadi?!", gumam ku kesal.
"Zumi? kamu gak apa apa kan?", tanya Renai sembari membantuku untuk kembali berdiri.