Chereads / RESTART / Chapter 8 - [RE]SEKAI -0.5

Chapter 8 - [RE]SEKAI -0.5

-[Satu tahun lalu]-

Di langit sore dalam game [RE]SEKAI kami berempat berkumpul di taman dekat save house kami. Aku, Takumi, Hina, dan Renai. Kami sedang berdiskusi tentang bagaimana cara menghilangkan virus dari game [RE]SEKAI.

Laki laki rambut pirang disamping Renai itu adalah Takumi. Dia suka memodifikasi karakter nya dan tak suka memakai wajah nya saat ada di game. Begitu juga dengan Hina, dia selalu memilih karakter yang imut saat ada di dalam game. Dia mengubah diri nya jadi gadis berkacamata dengan rambut merah muda sebahu. Mereka memang pasangan yang sangat cocok menurut ku.

Sedangkan aku dan Renai selalu memakai potret diri sendiri saat ada dalam game. Alasan nya mudah, agar semua orang mengenal ku saat bertemu dalam game maupun dunia nyata.

[RE]SEKAI memang simulasi kehidupan, tapi itu tak berarti hidup di sini selalu damai. Setiap orang memiliki pekerjaan nya masing masing dalam game ini. Ada yang menjadi pelajar, pekerja kantoran, dan bahkan ada yang menjadi penjahat dalam game ini.

Kami memilih untuk menjadi pelajar sekaligus bergabung dengan militer untuk membasmi para penjahat. Senjata kami bukan lah pistol atau senjata api lain nya. Kami memiliki kekuatan sihir masing masing. Kekuatan ku adalah mengendalikan cahaya dan bisa menggunakan nya seenak ku.

"Belakangan ini banyak pemain yang kena virus loh ...", kata Hina.

"Hmm ... terus?", tanya ku cuek.

"Pala mu ya Zumi ... kita kan detektif ... kita harus melindungi para pemain lain dong", ujar Renai.

"Udah udah ... Kazumi itu, walau dia kelihatan begitu dia sangat peduli terhadap pemain lain", timpal Takumi.

"Heleh ... aku kan cuma supir kalian", kata ku seraya memalingkan wajah ku.

"Heh ... jangan gitu lah Zumi ... kamu kan selalu ngelindungin aku kan?", ucap Renai.

"Heh udah jangan pada pacaran ... kita di sini buat mikirin cara ngilangin virus aneh itu", sela Takumi.

"Jelas kita harus cari sumber nya kan?", ucap ku.

"Gimana kalo kita ke gedung pusat [RE]SEKAI?", ujar Hina memberi usul.

"Hmm ... apa gak masalah?", tanya Renai.

"Nah ... kalo gak tau ... ayo coba dulu, cepetan naik ke mobil", kata Takumi mendekat ke mobil sedan warna hitam yang biasa kami gunakan.

"Cih ... akhir nya aku juga kan yang repot?", keluh ku dengan wajah malas lalu melangkah masuk ke mobil kami.

Kami berempat pun menuju ke gedung pusat [RE]SEKAI yang ada dalam game. Gedung pusat biasa nya berisi orang orang penting seperti para Game Master dan para programer game ini. Saat matahari sudah terbenam kami pun sampai di depan gedung pencakar langit yang sangat tinggi itu.

Saat kami masuk ke dalam, kami tak melihat seorang pun yang berada di lantai dasar.

"Ada apa ini? bukanya biasa nya di sini rame ya?", tanya Takumi.

"Perasaan ku kok gak enak ya ...", ujar Hina.

"Hmm ... aku cek ke atas dulu ya? Takumi temenin aku!, kalian berdua jangan kemana mana, tunggu di mobil aja", kata ku lalu berlari ke arah lift bersama Takumi.

Apapun yang terjadi ... aku yakin virus itu berasal dari sini ...

Saat kami naik ke lantai 30 banyak barang yang hancur berantakan. Serpihan kaca yang pecah berserakan di lantai.

"Apa an ini?! kenapa hancur semua gini?", tanya ku bingung.

Kami pun keluar dari lift dan mengecek keadaan di situ.

Splash!! ...

Suara seseorang menyerang ku dengan kekuatan nya.

Dengan santai aku menghindari nya.

"Apa kalian para detektif payah itu?", ucap pria rambut hitam berkaca mata yang tiba tiba berdiri di depan ku dan Takumi.

"Se ... sejak kapan dia di situ?!", kata Takumi terkejut.

"Cih ... apa kau penebar virus itu?", tanya ku menuduh nya.

"Penyebar virus?, Akulah virus itu payah hahahaha!", ucap nya dengan tawa jahat.

"Takumi ... serang dia!", pinta ku.

"Oke ketua!"

Swussh!!!

Takumi langsung menyerang dengan kecepatan angin nya. Takumi memang tak punya kekuatan sihir, tapi serangan langsung nya sangat hebat.

Bruak!!!

Takumi terpental dan terjatuh di depan ku.

"A-apa itu tadi?!", ucap Takumi tak percaya.

"Kalian hanya anak anak payah yang berusaha menjadi pahlawan, Hahahah!!! lucu nya", ejek nya dengan tawa jahat nya lagi.

"Hmm ... apa kau tak pernah merasakan serangan anak anak?", tanya ku lalu mengumpulkan kekuatan cahaya di tangan ku.

"Aku tak punya waktu untuk bermain ... maaf ya ...", ucap nya laku menghilang tanpa jejak.