"Kamu duduk di bangku kosong sebelah ... Oi!!! Kazumi!!", teriak pak Shou tiba tiba memanggil ku.
Aku yang sedang melihat ke luar jendela pun langsung berdiri dan memandang ke depan kelas.
"Ya pak??", tanya ku bingung.
"Kamu itu ... kalo ada orang ngomong di depan itu diperhatiin tau!", omel pak Shou karena melihat ku tak memperhatikan nya.
"Oke pak aku akan berusaha ...", ucap ku sedikit membungkuk kan badan ku.
Perkataan ku tadi memecah keheningan kelas. Siswa siswa lain tertawa terbahak bahak karena melihat ku.
"Ya sudah Rui ... kamu duduk di bangku kosong samping Kazumi itu", ucap pak Shou menunjuk ke bangku kosong di sebelah kanan ku.
"Iya pak", jawab Rui lalu melangkah ke bangku yang ditunjukan.
Aku pun kembali duduk dengan wajah bosan ku. Pelajaran pun dimulai seperti biasa. Aku tak terlalu memperhatikan semua yang dijelaskan pak Shou di depan. Lama kelamaan aku malah ngantuk dan tertidur dengan posisi duduk dan kepala di atas meja dan kedua tangan ku sebagai alas kepala.
Tanpa sadar aku tertidur sampai jam istirahat pertama tiba. Bel istirahat lah yang membangunkan ku dari tidur. Anak anak lain sudah keluar untuk Istirahat. Hanya tersisa aku dan anak baru yang duduk di bangku samping kanan ku.
"Ka-Kazumi?, nama mu Kazumi kan?", tanya Rui setelah melihat ku terbangun dari tidur ku.
"Hmm ... kenapa?", ucap ku dengan wajah cuek.
"Kamu sang penyelamat itu kan?", lanjut nya bertanya.
"He?! apa maksud mu?", tanya ku terkejut dan bingung.
"Kamu kan gamers yang menghilangkan virus di [RE]SEKAI kan?", jelas nya.
"Kok kamu bisa tau?", tanya ku penasaran.
"Aku juga gamers [RE]SEKAI, dan saudara ku ... dia meninggal karena virus itu", jawab nya dengan raut wajah sedih.
"Oh ... kau juga korban game sialan itu ... ya sudah aku mau keluar dulu ...", ucap ku lalu berdiri dari bangku ku.
"Tu-tunggu ... apa kau mau mengantar ku ke perpustakaan?", tanya nya dengan pipi yang mengeluarkan rona merah.
He?! Gamers kok ke perpus?
"Hmm ... ya sudah ayo", ucap ku lalu memimpin langkah menuju perpustakaan yang ada di lantai dua.
"Makasih", ucap nya sambil mengikuti langkah ku.
Kami berdua pun berjalan berdampingan menuju perpustakaan. Setelah menaiki tangga dan berjalan beberapa langkah aku menghentikan langkah ku di depan ruang perpustakaan.
"Ini perpus nya ... ya sudah aku tinggal ya?", kata ku membalik badan ke arah tangga.
"Te-temenin aku bentar ... Eh ... kalo gak mau gak usah, maaf", ucap Rui sedikit gugup lalu membuka pintu ruang perpustakaan lalu masuk ke dalam nya.
Eh?! kok gak jadi minta di temenin?
Ah bodo amat ...
Bruk ...
Suara barang terjatuh dari dalam perpustakaan.
Aku yang ingin melangkah menuruni tangga pun kembali mengintip ke kaca di pintu perpustakaan. Ternyata Rui ingin mengambil buku di rak buku paling atas tapi ia tak bisa meraih nya.
Hadeh ...
Aku pun masuk ke perpustakaan dan menghampiri nya.
"Buku yang mana Rui?", tanya ku.
"Itu yang warna biru ...", ucap nya menunjuk ke sebuah buku.
Aku pun segera mengambil nya dengan mudah. Itu karena tinggi Rui tak sampai sebahu ku dan dia terbilang pendek.
"Nih ... makanya minum susu biar tinggi ...", ucap ku mengejek nya dan memberikan buku yang ku ambilkan.
"Ma-makasih", ucap nya dengan wajah yang memerah.
"Eh ngomong ngomong ... kok kamu masih suka baca buku sih?, kan bisa cari di internet", tanya ku.
"Emm ... karena saudara ku meninggal karena game itu ... orang tua ku jadi melarang ku memakai smartphone dan komputer", jelas nya.
"Oh ... ya udah kamu mau ke kelas atau di sini? aku mau balik ke kelas loh ...", tanya ku sembari melangkah ke pintu keluar perpustakaan.
Aku mengajak nya kembali karena perpustakaan sudah lama ditinggalkan dan tak terurus. Di sini hanya ada buku buku lama, dan tak ada pengunjung lain yang datang ke sini.
"Emm ... aku ikut kamu aja", ucap nya lalu mengikuti langkah ku.
Kami pun kembali ke kelas bersama. Dan perhatian anak anak lain semua tertuju pada kami.
"Oi Kazumi ... udah pacaran aja sama anak baru", teriak seorang siswa yang memecah tawa seisi kelas.
Aku pun hanya cuek dan kembali ke tempat duduk ku. Tapi tidak dengan Rui, wajah nya nampak memerah karena malu. Tanpa mempedulikan nya Aku hanya mengeluarkan smartphone ku dan duduk di bangku ku. Di saat istirahat aku hanya bermain game di smartphone ku seperti hari hari biasa nya.