"Habiskan makananmu." Kami sedang makan pagi merangkap siang di restoran hotel.
"Hmm... Kapan kita pulang?" tanyaku, menunduk dan mengaduk acak makananku. Aku malu sekali dengan apa yang aku lakukan pagi tadi. Dengan nafsunya, aku menciumnya membabi buta.
Padahal baru sekali aku bertemu dengannya, dan menit sebelumnya aku membencinya. Menganggapnya telah melakukan pelecehan padaku. Tapi, menit berikutnya aku malah menyerangnya terlebih dahulu.
"Lihat mataku kalau bicara!"
"Saya malu."
"Saya? Bukankah tadi kau sudah menggunakan aku-kau padaku?"
"Maaf, sudah tidak sopan. Maaf juga untuk yang tadi." kataku semakin lirih dan menunduk dalam.
"Soal apa? Kau menciumku?" Aku menahan nafas saat dia mengatakannya. Aku yakin, wajahku telah memerah sepenuhnya. "Well, itu tidak buruk. Aku suka. Walaupun bibirku terasa sakit karena kau menggigitinya." Jangan tanyakan lagi bagaimana malunya aku. Aku ingin memben-turkan kepalaku ke meja makan saat ini juga.
Aku meletakkan sendok dan garpuku ke pering. Lalu menutup wajahku dan menenggelamkan kepalaku di meja yang sama. Aku malu sekali. Pasti setan telah merasukiku saat itu. "Kenapa? Kau malu?"
"Jangan tanya!"
"Ayolah, kau begitu hot tadi. Mau mengulanginya lagi?"
"Tidak!!"
"Yakin?"
"Tolong diam! Aku malu!"
"Hahahaha. Kau lucu sekali."
"Ya. Dan memalukan."
"Tapi aku suka melihat wajah malumu itu. Anyway, aku akan stay 3 hari lagi di sini."
"Kalau begitu, saya pulang saja hari ini." kataku masih dengan wajah yang terbenam di meja makan.
"Tentu saja bersamamu." katanya cepat, membuatku mendongakkan kepalaku.
"Maksudnya, saya harus menginap di sini?"
"Ya! Kau harus menemaniku di sini."
"Bagaimana dengan kuliah saya?"
"Kau bisa bolos atau izin. Lagi pula, ini hari kamis. Hanya perlu izin sehari bukan?"
"Dengan kepentingan apa?" tanyaku bingung. Bosan sekali di hotel tanpa aktivitas.
"Menemani, atau menyambut suami, mungkin? Ah, melayani suami sepertinya terdengar lebih mulia." jawabnya dengan senyuman mesum terukir di bibirnya.
"Lupakan." Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku pikir dia orang serius, tapi kenapa dia terus menggodaku sejak tadi. Membuat rasa maluku semakin menggunung.
"Ikut aku kalau begitu." dia berdiri dan sedikit mem-bersihkan mejanya.
"Kemana?"
"Ke kamar. Aku belum puas mencicipimu." katanya dengan sangat ringan. Seperti tanpa ada beban. Sedang aku, kaku di tempatku. Kalau begini terus aku tidak yakin bisa menjaga mahkotaku lebih lama lagi.
Menit berikutnya, dia sudah menyeretku dengan paksa mengikutinya. Membuatku terseok menyamakan langkah kakinya.
----------
-tbc