Chapter 39 - Wanita Matre

Leo membuang napas kasar. Nabila memiliki sifat keras kepala yang tak bisa dilawan sehingga dia setuju Nabila pergi bersama Cindy meski Leo tak memungkiri perasaannya sekarang menjadi tak enak.

Setelah Nabila berucap terima kasih telepon ditutup dan Leo kembali bekerja. Siang hari, sesuai dengan keinginan Cindy, wanita itu pun memanggil Nabila agar mereka pergi bersama-sama ke mall.

Mereka lalu naik satu mobil yang sama bahkan Kelly yang notabenenya hanyalah seoraang pelayan ikut duduk bersama Nabila dan Cindy. Nabila melirik pada Kelly beserta Cindy yang sibuk mengobrol, mengabaikan Nabila tapi itu tidaklah penting.

Wanita yang tengah mengandung itu menjatuhkan pandangan pada perut Cindy yang buncit sedang di dalam pikirannya terngiang perkataan salah satu pelayan. Dia perlu membuktikannya dan ini kesempatan yang bagus.

Sampai di mall, Cindy beserta Nabila langsung bergerak ke dalam tokoh baju khusus ibu hamil. Jika Nabila tampak sangat bersemangat beda halnya dengan Cindy yang tampak bermalas-malasan.

Cindy memandang pada Nabila dan mendengus kala melihat senyuman dari istri sang mantan suami. Dia kemudian mendekat pada Nabila dan berbisik lirih. "Nabila sepertinya kita tak usah beli baju di sini."

"Memangnya kenapa? Baju-baju di sini bagus,"

"Kamu lihat tidak harganya? Mahal sekali!" Sontak Nabila melihat harga di baju yang didekatnya dan apa yang dikatakan oleh Cindy memang benar. Harganya selangit.

"Tenang saja kau boleh beli beberapa baju nanti aku akan membayarnya?" Mata Cindy membulat.

"Benarkah?"

"Iya aku serius." Seringai pun tampak di wajah Cindy.

"Kalau begitu ayo kita pergi ke toko baju yang di sebelahnya. Aku lihat banyak beberapa baju bagus."

"Loh, bukannya kamu mau membeli baju ibu hamil? Kenapa kamu tiba-tiba ingin belanja di lapak sebelah?"

"Mm .. aku bosan di sini."

"Ya tapi setidaknya kau cobalah lihat-lihat dulu atau coba mungkin ada yang cocok." Cindy memasang wajah cemberut dan melangkah menjauh dari Nabila yang sudah tersita perhatiannya pada beberapa baju.

"Dia menyebalkan sekali," gerutu Cindy pada Kelly.

"Kelly,"

"Ya Nona?"

"Apa memang sifatnya seperti itu?"

"Iya Nona, Nyonya Nabila memang memiliki sifat yang keras kepala tapi dia disukai setiap pelayan." Mendengar hal itu Cindy menjadi sebal saja.

"Berarti semua orang suka padanya, apa kau juga menyukai wanita itu menjadi majikanmu?" Kelly agak terperanjat dan langsung menjawab.

"Tidak Nona hanya Nona majikan terbaik saya. Saya akan selalu mengabdi pada Nona."

"Bagus. Ayo kita cari dua pasang baju ibu hamil kemudian pergi dari sini." Nabila melirik tajam pada Cindy juga Kelly. Dia berpikir sudah tak butuh bukti lagi tentang kehamilan mantan istrinya itu.

Sikapnya dari tadi sudah menjawab keraguannya. Tangan Nabila mengepal erat, menahan amarah yang di dalam diri. Beraninya dia memanfaatkan kebaikan Nabila. Dia sekarang menyesal membuat Cindy masuk ke dalam kediaman De Monte.

Tapi tidak lama lagi perasaan menyesal itu akan pergi. Nabila yang telah membawa penipu seperti Cindy masuk dan dia juga yang akan menendang Cindy keluar dari rumah.

Nabila lalu kembali beralih pada beberapa baju yang dipilih. Dia mencoba beberapa saat lalu mengambil seluruhnya. Setelahnya Nabila menghampiri Cindy dan Kelly yang telah menunggunya di meja kasir.

Sebuah kartu hitam yang diberikan oleh Leo membuat Cindy membulatkan mata. Saat menikah dengan Leo, pria itu tak memberikan kartu hitam pada dirinya tapi kenapa wanita jelek ini diberikan? Dasar pilih kasih!

"Ekhem ... Nabila, kartu itu diberikan Leo?" Nabila melirik pada kartunya yang digesek. Dia langsung menarik satu sudut bibirnya menggaris senyum sinis.

"Ya, itu diberikan suamiku." jawab Nabila lugas dengan memasang wajah polos.

"Oh begitu ... atas nama siapa?"

"Tentu saja pakai namaku." Jleb! Jantung Cindy layaknya jatuh dari ketinggian dan makin sakit saja melihat senyuman manis yang ditorehkan oleh Nabila. Cindy benar-benar iri sekarang.

Sesudah kartu di berikan begitu juga dengan semua baju yang dibeli telah dimasukkan ke dalam tas, Nabila berbalik pada Cindy. "Ayo kita pergi,"

"Pulang?" Nabila menggeleng.

"Ke mana?"

"Ke toko sebelah, bukannya kau mau ke sana ya hitung-hitung untuk cuci mata." Mata Cindy berbinar-binar.

"Tapi kau mau bayar?"

"Iya ambil saja." Cindy bersama Kelly lantas berjalan tergopoh-gopoh menuju toko baju di sebelah. Mereka tak menyadari kalau Nabila mencebik melihat tingkah Cindy.

"Dasar wanita matre." Sampai di sana, Nabila berdiam diri sedang Cindy tampak berjalan memilih beberapa baju dengan bersemangat sedang malangnya Kelly, dia dijadikan tempat gantungan baju oleh Cindy yang ingin mencoba semuanya.

Mata Nabila lalu memperhatikan Kelly yang kemudian menggeleng melihat gadis muda itu. Barulah saat Cindy masuk ke dalam kamar ganti, Nabila memanggilnya.

"Kelly kemarilah." Tidak memiliki firasat apa-apa, dia mendekat pada Nabila yang sekarang sibuk memilih baju cantik. Kelly berpikir pasti dia kembali dijadikan gantungan baju tapi diluar dugaan Nabila malah mencocokkan baju pada tubuh Kelly setelah bertanya tentang pendapat gadis itu terhadap baju yang berada di genggamannya.

"Nyo-nyonya, anda sedang apa?"

"Aku ingin membelikanmu baju." Mata Kelly melebar. Ada perasaan tersentuh mendengar ucapan Nabila karena jujur baru kali ini ada orang yang bersikap baik terhadap dirinya.

"Tapi Nyonya, bukankah ini merepotkan?"

"Hei masa kita datang bersama-sama tapi kau tidak membawa apa pun, cobalah atau kalau tidak cari yang lain,"

"Ti-tidak, terima kasih akan saya coba." Kelly menyunggingkan senyuman saat dia mengambil dua buah baju lagi dan pergi ke ruang ganti.

Akhirnya setelah agak lama, Cindy memutuskan untuk membeli semuanya tapi dia terkejut ketika Kelly juga ikut meletakkan beberapa buah baju. "Nyonya Nabila membelikan beberapa baju untuk saya."