Chapter 28 - Dia ... Leo

"Kenapa kau memasang wajah cemberut seperti itu? Bergembiralah, ini hari ulang tahunmu." Nabila melirik pada pria tampan yang masih sibuk dengan mengemudikan mobil mewahnya.

"Kau mau membawaku ke mana? Jangan ke tempat yang aneh-aneh ya, aku menerima ajakanmu karena tak ingin Marco terlibat dalam masalah besar dengan dirimu." Si pria tersenyum.

"Aku sudah mengatakannya aku tak akan melakukan sesuatu apa pun cuma murni kejutan." Lalu tak ada lagi percakapan di antara mereka sampai di sebuah restoran yang terletak di pinggiran pantai.

Nabila ternyata di bawa ke tempat yang sangat jauh dari perkotaan. Ada sedikit keraguan kala pintu mobil terbuka dan tentu saja si pria asinglah yang membukakannya untuk Nabila.

"Keluarlah, aku tak akan mengigit kok." ucap si pria asing melihat keraguan di mata wanita itu. Nabila lantas keluar dan dibimbing untuk masuk ke dalam restoran. Ketika tangan si pria berusaha menggapai Nabila, wanita itu segera memberikan jarak.

Pria itu terdiam beberapa saat namun tersenyum. Dua orang pelayan membuka pintu restoran untuk mereka berdua seraya mengucapkan selamat datang. "Aku membooking meja atas nama DeMonte." Nabila mendengar kalimat yang diucapkan pelan oleh si pria namun tak bertanya.

Sepertinya pria itu tahu kalau Nabila sudah menikah. Buktinya dia menggunakan nama belakang suaminya ketika memesan meja di restoran tersebut.

"Mari ikuti saya." Nabila berjalan lebih dulu tak ingin si pria kembali tak bersikap sopan padanya. Tibalah Nabila di teras restoran yang menghadap ke laut. Semilir angin lembut memberikan rasa nyaman dan segar dalam diri Nabila. Dia suka hal ini!

Senyuman yang Nabila tampilkan secara sadar membuat si pria asing ikut tersenyum. "Kenapa berdiam di situ? Duduklah." Nabila terkejut lalu memandang pada meja yang ditata rapi.

Dia pun duduk berhadapan dengan si pria asing. Datanglah beberapa pelayan dengan membawa makanan dan dihidangkan untuk mereka berdua. Nabila kembali terkejut karena makanan yang dibawa karena itu adalah kesukaannya.

"Dari mana kau tahu kesukaanku itu spageti. Sebenarnya siapa kau?" Si pria tersenyum.

"Ternyata kau masih belum menyadarinya, Nabila. Apa kau sudah lama tak melihatku jadi kau tak mengenalku lagi,"

"Sudahlah jangan basa-basi siapa kau?" Pria itu berdiri dan mendekati Nabila yang menatapnya. Berusaha mencari tahu isi kepala si pria asing, apa yang akan dia lakukan?

Pria itu lalu merendahkan tubuhnya menatap dalam pada Nabila yang juga memandang lekat. "Apa kau masih belum mengenalku?" Dengan wajah innocent, Nabila menggeleng.

"Baiklah terpaksa aku akan melakukan ini." Wajah si pria mendekat dan Nabila langsung tahu apa yang diinginkan oleh si pria. Dia pun menahan kepala si pria dengan tangannya.

"Jangan berbuat macam-macam, aku sudah memiliki suami dan memiliki kehidupan pernikahan yang indah jadi maaf aku tak bisa membalas perasaanmu karena aku sangat mencintai suamiku." Si pria tertegun lalu kemudian tersenyum.

Tak ada niatan sama sekali untuk menjauh dan entah kenapa Nabila merasa mengenal senyuman itu. Si pria memegang dagu Nabila secara mendadak dan menariknya dalam ciuman lembut.

Si pria menyesap dan menghisap bibir Nabila. Nabila terdiam, matanya membulat sempurna seiring dengan detak jantung yang tak beraturan. Ciuman dilepaskan disertai senyuman yang tetap dipulas si pria bertanya pada wanita yang sangat dicintainya itu. "Sekarang sudah kenal siapa aku?"

Sepasang mata Nabila berkaca-kaca. Dia lalu memeluk pria yang berada di hadapannya itu dengan erat-erat. "Leo, aku merindukanmu."

Leo menarik Nabila berdiri setelah melerai pelukan kemudian memeluk Nabila sekali lagi. "Aku juga merindukanmu." Beberapa saat istrinya melepas pelukan, ditatapnya baik-baik wajah Leo yang sudah tak terdapat bekas luka lagi.

"Leo wajahmu ...." Nabila membelai wajah Leo. Tatapannya tak percaya melihat bahwa wajah Leo tidak cacat lagi.

"Maafkan aku, aku seharusnya mengatakan kalau aku mengoperasi wajahku agar seperti semula hanya untukmu Nabila. Aku melihat bahwa kau sangat suka dengan pangeran tampan tapi kau malah menikahiku jadi aku ingin mewujudkan keinginanmu dan setidaknya hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu."

Nabila menggeleng. "Tidak Leo, kau tak perlu berubah untuk menjadi pangeranku. Kau sudah menjadi pangeranku saat kita menikah." Raut wajah Leo berubah muram.

"Jadi kau tak suka penampilanku yang seperti ini?"

"Tidak aku suka ... hanya saja aku butuh waktu untuk terbiasa." Mendadak suasana canggung kental terasa di antara mereka berdua dan dilihat dari raut wajah Leo, dia tampak sedih.

"Jangan sedih kan aku sudah bilang aku suka penampilanmu yang seperti ini karena kau terlihat lebih tampan. Aku tak akan memprotes asal kau tak berubah dan selalu mencintaiku." Leo pun mengulum senyuman.

"Tentu saja aku akan selalu mencintaimu. Maaf ya aku tak mengatakannya, aku janji aku akan selalu bertanya lebih dulu ketimbang harus memutuskan sendiri." Suaminya kembali memeluk Nabila dan Nabila membalasnya dengan canggung.

Ya, dia masih merasakan hal yang sama pada Leo hanya saja melihat penampilan Leo yang keren nan tampan membuat Nabila agak kikuk serta minder. Suaminya sekarang terlihat lebih baik bahkan sangat baik tapi Nabila masih sama dengan keadaan yang sama.

Apa dia pantas memiliki suami seperti Leo? "Kenapa kau melamun?" Pertanyaan Leo membuat Nabila agak kaget namun kemudian dia memberikan senyuman yang dibuat-buat.

"Tak apa-apa."