Chika hanya bisa tersenyum. Seraya menggenggam tangan Wenda, dia membelai kedua pipi putri semata wayangnya itu. "Wenda, Ibu sangat menyayangi kamu begitu juga sebaliknya. Ibu tahu perjuanganmu supaya Ibu bisa sembuh tapi usia seseorang tidak ada yang tahu nak dan Ibu sangat ingin melihat kamu bisa menikah dengan seseorang yang mencintai kamu. Axton cocok denganmu, Ibu rasa dia bisa---"
Wenda menggelengkan kepalanya, air mata bercucuran membasahi pipi. Dia pun lekas mundur agar sang Ibu tidak bisa lagi membelainya. "Ibu selalu seperti ini, memintaku ini dan itu tapi apa Ibu pernah bertanya mauku itu apa?!" suara Wenda yang parau nan keras mengejutkan seisi rumah. Seketika suasana yang ribut menjadi hening. Perhatian semua orang lalu tertuju pada Wenda seorang.