Chapter 7 - New Artikel

Sebuah Artikel terbit tak lama setelah komentar para netizen membanjiri berita tentang kematian model cantik itu, mereka mempertanyakan apa sebenarnya penyebab kematian gadis itu, benarkan ia bunuh diri ataukah dibunuh?Artikel yang terbit tanpa penulis tersebut bercerita tentang penyebab kematian Caroline Williams.

Dalam artikel tersebut diceritakan bahwa Caroline meninggal karena dibunuh oleh seseorang, dikatakan bahwa Caroline sedang mengandung anak seorang pria, namun pria tersebut tidak mau bertanggung jawab, sehingga akhirnya Caroline mengalami depresi, pria tersebut menjadi kesal karena Caroline selalu mengganggunya, akhirnya pria tersebut menyuruh seseorang menghabisi nyawa gadis itu, dan membuatnya seperti kasus bunuh diri. Diakhir dari artikel tersebut, penulis artikel memohon maaf kepada publik karena tidak mampu memecahkan masalah ini, dan meminta publik untuk membantu mengungkap kasus ini. Lalu pada akhir tulisan terdapat inisial A.V

...

Azka memperhatikan laptopnya dengan wajah yang tampak geram, senyum yang biasanya menawan dari pria itu tak lagi tampak, hanya ada senyuman tipis dari amarah yang ingin dia keluarkan.

"Ronald.." teriaknya memanggil salah satu anggotanya.

"Siapkan mobil, ikut saya ke RS.Elinton sekarang juga!" lanjutnya kemudian.

Tanpa berpikir banyak, Ronald lalu bergegas keluar gedung dan mempersiapkan mobil sesuai yang di perintahkan Azka.

...

Sementara itu, di RS.Elinton Alice begitu sibuk memeriksa pasien-pasiennya sampai jam makan siang pun dia lupakan.

"Suster, saya mau pergi dari sini" kata seseorang dengan wajah ketakutan.

"Tolong lepas infus saya, suster" katanya kemudian sambil memegang tangannya yang diinfus.

"Tunggu sebentar pak, bapak masih belum kuat untuk berjalan. Istirahatlah dulu, sebentar lagi istri bapak akan datang" kata seorang perawat menenangkannya.

"Wanita itu selalu mengikuti saya, saya sudah tidak tahan lagi melihat wajahnya" pria itu berkata sambil menunjuk kearah tempat duduk di depan tempat tidurnya.

"Siapa yang bapak lihat? Tidak ada orang di sana pak?" perawat tersebut balik bertanya. Pasien itu kemudian menjadi histeris dalam seketika, dan melempar bantal ke arah kursi tersebut, dia kemudian berteriak dengan keras.

"Pergi kamu.. Pergi.. Kamu sudah mati"

Seketika Ruangan UGD menjadi ricuh, pasien itu berteriak dan memohon agar infusnya di lepas.

Alice yang melihat hal itu bergegas menuju pasien.

"Bapak Alfred, tenanglah sejenak. Saya dokter Alice yang akan merawat Bapak." kata Alice dengan lembut.

"Dokter, tolong saya dokter. Saya tidak mau melihat dia lagi" kata pasien itu.

"Siapa yang anda lihat pak?" tanya Alice kemudian.

Yang ditanya tidak langsung menjawab, dia melihat ke arah kursi, lalu melihat keseluruhan ruangan kemudian dia tersenyum.

"Dia sudah pergi dokter." kata pasien itu kemudian.

"Baiklah, kalau begitu sekarang bapak istirahat dulu, nanti saya akan periksa bapak lagi. Jika sudah membaik, kami akan melepaskan infus bapak, dan bapak boleh pulang" kata Alice dengan senyum manisnya.

Pasien itu hanya mengangguk kemudian kembali membaringkan tubuhnya.

Alice duduk bersandar pada kursi sambil memperhatikan pasiennya tadi. Kenapa dia begitu ketakutan, apakah dia mengalami halusinasi sehingga menjadi demikian, Alice lalu mengingat bahwa yang membawa bapak itu adalah seorang psikiater, psikiater tadi sebelum pergi meninggalkan kartu namanya jika sewaktu-waktu diperlukan.

Alice lalu mencari kartu nama psikiater tadi di atas meja kerjanya, wajah Alice sumringah ketika mendapatkan apa yang dicari. Alice menekan nomor yang terdapat pada kartu nama tersebut.

"Halo selamat sore, dengan Anastasya. Ada yang bisa saya bantu" terdengar suara diseberang ponselnya.

"Selamat sore. Saya dokter Alice, mohon maaf mengganggu anda disore ini" kata Alice kemudian

"Oh yah, dokter Alice ada keperluan apa hingga dokter menelepon saya?" tanya suara diseberang.

" Saya ingin menanyakan tentang Bapak Alfred, sejak kapan beliau mulai konsultasi tentang kejiwaannya dengan anda?"

"Kami baru bertemu sekali saja, beliau belum sempat mengatakan keluhannya lalu kemudian pingsan, tapi yang saya lihat sepertinya beliau tampak begitu ketakutan, mungkin beliau mengalami halusinasi" ungkap wanita itu.

Alice lalu mengucapkan terimakasih untuk informasinya dan menutup teleponnya.

Disaat yang bersamaan, di pintu UGD tampak 2 orang lelaki yang datang dengan penuh pesona. Dengan seragam polisi yang rapih, membuat keduanya tampak bersahaja. Semua mata memandang, bahkan dokter Alice sekalipun semacam terhipnotis oleh kedua orang tersebut.

"Selamat sore dokter Alice, sepertinya jam dinas anda sudah melewati batas. Bisakah anda istirahat sekarang, ada hal yang ingin saya bicarakan?" dokter Alice tersadar dari lamunan nya, sekarang berdiri Azka Carmelo di depannya.

"Hmp.. iya, boleh. Tunggu sebentar" kata Alice kemudian.

Alice lalu masuk ke dalam ruangan dokter sejenak, dia lalu mengumpat dirinya sendiri yang tak sadar bahwa ia baru saja memandangi kedua orang tadi dengan kagum tanpa sadar bahwa mereka adalah anggota Cyber Police.