"I hate you" balas Jane seadanya.
"I love you too baby" seraya mengelus pucuk kepala kekasihnya sayang tanpa merusak tatanan rambut Jane yang sudah digulung rapi.
"Sekarang keluar dari ruanganku B"
"Tidak, sebelum aku mendapat morning kiss ku"
"Tidak"
"Baiklah aku akan tetap berada disini"
"up to you"
Jane berusaha fokus pada pekerjaannya untuk menandatangani beberapa berkas yang menurutnya benar dan mencoret beberapa berkas yang menurutnya tidak pantas, namun sebenarnya Jane tidak fokus pada pekerjaannya karena Bobby terus menempel didekatnya, baik itu menyender dimejanya sambil memperhatikannya atau kadang-kadang duduk dilantai sebelah kursinya, atau seperti sekarang duduk dihadapan Jane sambil terus meneliti Jane dengan seksama.
"Ok Bobby, enough, sekarang pergilah aku sudah sangat risih"
"Tidak, sebelum aku mendapatkannya-morning kiss"
"Astaga! Apa kau tidak memiliki jadwal hari ini?.." tatapan Jane sengit seakan-akan ingin menelan Bobby hidup-hidup jika bisa dan memuntahkannya keintin bumi agar tidak pernah terlihat lagi.
Jane melanjutkan kalimatnya "...Kau tahu? Aku tidak ingin mempunyai suami yang malas bekerja, aku tidak ingin hidup miskin" jelas Jane mencoba membujuk Bobby dengan kalimatnya ia kesal sekali pagi ini gara-gara makhluk sialan dihadapannya ini, namun Bobby hanya menanggapinya dengan menyeringai setelah dia-Jane menyelesaikan kalimatnya.
"Ah kau mau aku jadi suamimu? Tenang saja aku tidak malas dan aku tidak akan miskin, jadwalku pagi ini belum dimulai dan pemotretan majalah nanti dimulai pukul 4 jadi aku masih memiliki waktu untuk bersamamu sekarang" baiklah sebenarnya Jane terpaksa menggunakan pemilihan kata 'suami' agar Bobby menuruti perintahnya namun sayang sekali sepertinya Bobby memang species langka menyebalkan didunia, untung hanya ada satu Bobby di dunia ini yang sepertinya, jika tidak bisa mati ditempat Jane sekarang.
'Sialan!' Umpat Jane kesal, mencoba untuk tidak menanggapi ucapan Bobby, namun seakan baru sadar dengan keadaannya Jane teringat dengan Lin, bagaimana jika Lin masuk keruangannya dan melihat Bobby masih berada disini? Bisa berpikir macam-macam nanti Lin, begitulah pemikiran Jane sekarang.
"Kumohon pergilah B" Nada bicara Jane agak sedikit merendah, tidak setinggi sebelumnya, ia sudah sangat bingung harus bagaimana? Bagaimana jika Lin masuk?! Itu yang menjadi bebannya kali ini.
"Tidak" ucap Bobby santai bukan main.
"Astaga!! Bisa mati aku menghadapimu! kenapa kau begitu menyebalkan?!" Jane tidak tahan untuk tidak marah jika berhadapan dengan kekasih gadungannya ini.
"Kenapa kau begitu pelit pada pacarmu sendiri? Aku hanya meminta hakku hm?"
'Sialan!'- Jane.
Jane langsung beranjak dari kursinya, melangkah mengitari meja mendekati Bobby dan tangannya langsung menangkup wajah Bobby lalu mencium dan melumatnya kasar.
Bobby hanya tersenyum, sudah dikatakan sebelumnya dia selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, dan yang dilakukan Jane saat ini termasuk keinginan pertamanya pagi ini.
Dengan lembut Bobby membalas lumatan Bibir Jane, walaupun kadang Jane sengaja menggigit bibirnya namun tidak dihiraukannya, tidak lama Bobby sudah mendominasi permainan lidah mereka, Jane melenguh nikmat, ciuman Bobby memang yang terbaik dan Jane mengakui itu dalam hati ahaha~
Bobby mendorong tengkuk Jane dan memiringkan kepalanya untuk memperdalam ciuman mereka, Jane sekarang sudah ditaklukan olehnya, tangan Bobby merengkuh tubuh Jane dan mengarahkannya untuk duduk dipangkuannya tanpa melepas ciuman pagi mereka.
Bibir Jane manis dan Bobby sangat menyukai itu, sedangkan Jane tidak usah ditanya dia sudah sangat terbuai.
"Engsh" Suara laknat tertahan Jane keluar untuk kesekian kalinya dari sela ciuman mereka.
Bobby berusaha untuk tidak meraba tubuh Jane nafsu karena ia sadar kekasihnya harus menghadiri rapat pagi ini. Paling tidak jangan sampai membuat Jane berantakan.
Setelah sekitar 10 menit mencumbu mesra dan merasa membutuhkan oksigen akhirnya mereka menyudahi ciuman yang dikehendaki Bobby.
Bobby merengkuh pinggang Jane dengan kedua tangannya dan Jane tetap dalam posisinya duduk dipangkuan Bobby dengan kedua tangan yang mengalung dileher sang kekasih gadungan.
Bobby mendaratkan tangannya menyentuh lembut pipi Jane, kemudian tersenyum hangat, ibu jarinya mengusap bibir Jane yang sedikit bengkak karena ulahnya.
"Thankyou, My Princess" ucapnya tulus dengan posisi tangan yang masih setia membelai wajah Jane dan menatap wajah kekasihnya dengan pandangan seakan Jane adalah keajaiban untuknya. Begitu sempurna! Seperti itulah pemikiran Bobby sekarang.
Seakan tersadar karena ucapan Bobby barusan, Jane langsung melepaskan tangannya yang merangkul dari Bobby kemudian langsung berdiri merapikan pakaiannya dengan wajah yang sudah memerah karena malu. Ah~ kemana perasaan kesalnya tadi? Apa hilang begitu saja?
Bobby hanya tersenyum geli melihat tingkah kekasihnya sungguh menggemaskan entah sudah yang keberapa kali dia mengatakannya, rasanya ingin memakan Jane sekarang, baik lupakan kalimat terakhir Bobby, dia memang mesum.
Bobby bangkit dari duduknya menghapus jaraknya antara dirinya dan Jane, kemudian langsung merengkuh tubuh kekasihnya posesif lalu mencium dahi Jane lama membuat Jane terpaku sedikit karena perilaku yang diberikan Bobby padanya.
Setelah sekitar satu menit berlalu dari adegan mari menciumi dalam dahi Jane, Bobby menangkup kembali wajah Jane yang sudah semerah kepiting rebus, Jane kalau sudah diginiin sama Bobby malah hilang karakternya, cuma Bobby yang mampu membuat Jane jadi submisive yang sangat penurut hahaha~
"I love you" ucap Bobby kemudian kembali mencium dahi dan bibir Jane kilat.
"Baiklah aku pergi dulu baby, thankyou" lanjut Bobby kemudian melepaskan tangkupannya diwajah Jane, tanpa menunggu balasan Jane, Bobby langsung menuju pintu keluar dan menghilang dibaliknya saat pintu tertutup.
'Sial! Pasti manager mencariku dari tadi karena urusan pagi ini' Bobby berlari kecil dikoridor, berharap managernya tidak menceramahinya panjang dikali lebar karena bisa-bisa dia akan pingsan karena belum sempat sarapan-eh? Bukannya dia tadi sudah sarapan sumpah serapah Jane?, namun sayangnya Bobby tidak menyesal sama sekali karena sudah mendapat sarapan menu penutup terindah dengan mendapatkan bibir Jane dipagi hari seperti ini, sangat nikmat.
Sedangkan Jane diruangan ia tidak menjawab kalimat Bobby dan hanya diam saja sejak Bobby menciumi dalam dahinya tadi, ia bingung mengapa Bobby begitu mendalami perannya sebagai kekasih? Tidakkah semua ini hanya sandiwara tapi kenapa jantungnya malah bersorak ria?
Tok
Tok
Tok
"Hm masuklah"
"Jane, sebaiknya kau turun sekarang, sebentar lagi rapat akan dimulai"
"Baiklah Lin, tunggu sebentar 5 menit aku akan keluar"
"Baiklah"
Jane bergegas merapikan pakaian, make up dan rambutnya agar lebih rapi, untung saja lipsticknya tidak berantakan dan tetap rapi seperti semula, maklum harga lipstik USD 500 ribu, jadi walaupun dibersihkan pakai tisu tidak akan hilang karena hanya hilang jika menggunakan air khusus dari merknya saja, air biasapun tidak mampu membuat lipsticknya belepotan apalagi hanya saliva saat mereka berciuman tadi tentu saja tidak meninggalkan jejak diwajah Jane maupun Bobby. Hahaha maklum orang kaya.
Setelah 4 menit berlalu akhirnya ia keluar dengan keadaan rapi dan beriringan dengan Lin, langsung menuju ruangan rapat.