Radit sudah mulai bekerja seperti biasa karena Nadia yang telah sembuh. Radit mulai berkutat dengan pekerjaannya yang menumpuk karena sudah seminggu ini sudah dia menunda pekerjaannya dan merawat Nadia yang sakit.
Nadia juga sudah memulai aktivitasnya kembali di EOnya. kedatangannya disambut bahagia oleh Dira.
"Ya Ampun Nad, gue kangen banget Ama loe..." ucap Nadia sambil menghamburkan pelukannya pada Nadia. Nadia juga melakukan hal sama pada Dira. dia juga merasa rindu pada sahabatnya itu.
"Gue juga Ra."
"Loe beneran udah sembuh kan??"
"Iya udah Nad."
"Bentar deh gue liat, loe abis sakit kok malah keliatan seneng banget gini kayaknya. kenapa??"
"Gue bahagia Ra. Karena mas Radit bilang mau mengubah sifatnya. dia janji bakalan sayang Ama gue."
"Seriusan?? Ya ampun gue jadi ikutan seneng Nad buat loe."
"Iya Ra. Gue bahagia banget tau nggak!"
"Iya gue tahu. semoga kebahagiaan loe kekal yah sampai nanti. "
"Aamiin... makasih doanya ya Sayang."
kedua sahabat itu pun berpelukan kembali. setelah itu mereka kembali melanjutkan pekerjaan mereka.
sementara itu di kantor Radit...
"Bro, Nadia udah sehatkah? Kok loe udah masuk kerja?"
"Udah Son..bahkan dia udah kerja hari ini."
"Syukurlah kalau gitu. Terus hubungan loe Ama Nadia gimana?"
"Jadi lebih baik, gue janji bakalan ngebuka hati gue buat dia. Gue nggak mau bikin dia sedih lagi."
"Alhamdulillah, gue ikut seneng ngedengernya."
"Makasih atas nasihat nasihat loe Son."
"Iya sama sama!"
Saat Sony dan Radit sedang berbincang, tiba tiba Sisi sekretaris Radit masuk. dibelakang Sisi ada wajah familiar bagi Radit.
"Maaf Pak. tadi saya udah melarang nona ini masuk, tapi nona ini tetap maksa masuk buat ketemu bapak."
"Iya, Si. nggak papa. kamu bisa balik ke tempat kamu."
"Baik Pak." Sisi segera meninggalkan ruangan bosnya itu dan kembali ke tempatnya. Sony yang melihat Rena pun segera pamit ke Radit dan meninggalkan ruangan sahabatnya itu.
"Mau apa lagi kamu kesini Ren?" tanya Radit dengan datar.
"Aku mau minta maaf sama kamu Dit."
"Udah nggak ada yang perlu dimaafin. Kamu boleh pergi sekarang. Aku sibuk!"
"Aku masih sayang sama kamu Dit. Aku nggak bisa ngelupain kamu Dit."
"Nggak bisa ngelupain aku atau harta aku, Hah?"
"Kamu jangan bilang gitu Dit. Waktu itu aku khilaf Dit. Aku beneran sayang Ama kamu!"
Rena menghampiri Radit dan bergelayut manja di lengannya. Radit yang melihat itu segera menghempaskan tangan Rena dengan kasar.
"Apa apaan sih Kamu?" Radit membentak Rena dengan kasar.
"Dit jangan gitu. Aku sayang kamu, aku juga tahu kamu masih sayang Ama aku kan?"
"Jangan keGRan kamu. Aku sekarang udah nikah. Dan aku hidup bahagia bersama istriku! Kamu pergi sekarang juga atau mau aku panggilin security buat nyeret kamu?"
Rena melangkah keluar dengan kesal.
"Liat aja Dit aku akan beri perhitungan sama kamu." Rena menggumam dalam hatinya
"Mimpi apa aku semalam sampe Rena bisa datang kemari..."Ucap Radit kesal.
Tiba tiba dering hp Radit menyadarkan Radit dari lamunannya. Saat melihat layarnya hpnya seulas senyum bertengger di bibir Radit.
"Halo, Sayang. ada apa?"
"Mas Sibuk nggak?
"Nggak sih, emang ada apa sayang?"
"Aku mau ngajak Mas makan siang. bisa kan?"
"Oke. di Deket tempat kamu aja ya sayang. biar kamu nggak kejauhan. Kamu kan baru sembuh."
"Iya Mas. oke sampai ketemu nanti siang."
"Iya sayang."
Nadia menutup telponnya. hatinya bahagia karena nanti akan makan bersama dengan suaminya. hal yang selama ini tak pernah dilakukannya.
***
jam makan siang sudah tiba. Radit bergegas meninggalkan kantor dan menuju cafe Dahlia. tempat dia janjian dengan Nadia. Tanpa Radit tahu ada sepasang mata yang melihatnya penuh dengan amarah. Setelah mencari Nadia, akhirnya Radit dapat menemukannya Nadia. dia melambaikan tangannya pada istrinya itu dan segera menghampirinya. Tanpa melihat dia tidak tahu ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan berjalan ke arahnya. Nadia yang melihat hal itu segera menghampiri Radit dan mendorong tubuh Radit sehingga braakkkkk.....tubuh Nadia tertabrak. Kepalanya membentur aspal dengan keras dan seketika darah segar mengalir. Radit yang melihat kejadian itu segera menghampiri Nadia.
"Nad..." Radit tak bisa berkata melihat kondisi Nadia.
"Kamu nggak pa..." belum selesai Nadia mengucapkan kalimatnya dia sudah kehilangan kesadaran. Radit membopongnya menuju mobil dan membawanya ke rumah sakit.
"Sial, kenapa nggak Radit aja sih yang kena tabrak!" Rena mengumpat atas kegagalan rencananya sendiri.
Radit membawa mobil dengan kecepatan tinggi agar bisa sampai di rumah sakit. Dia menangis melihat kondisi Nadia yang tak sadarkan diri dengan kepala penuh darah.
"Kenapa kamu lakuin ini Nad, kenapa kamu bahayain diri kamu sendiri.?"