Lean keluar kamar dengan kunci di tangan. Saat hendak berjalan ke arah kamar tamu, di dekat pintu penghubung papinya berdiri menatapnya. Seketika Lean berbalik dan memilih duduk di ruang tengah. Dia memilih menunggu Rein, daripada harus lewati papinya.
"Bener kamu mau pulang malam ini juga?" Papi Lean mendekat dan duduk di depan anaknya. "Kenapa nggak besok pagi? Rein pasti butuh istirahat."
Melihat papinya duduk di hadapannya, Lean seketika membuang muka. "Besok Lean ada syuting pagi."
"Jam berapa? Kamu bisa pulang habis subuh."
"Nggak enak," jawab Lean sekenanya.
Papi Lean menatap anaknya yang begitu tak acuh kepadanya itu. Hatinya sakit, melihat Lean yang seolah menganggapnya tidak ada. Mungkin, itu yang dirasakan Lean saat dia sering sibuk dengan pekerjaan dan membiarkan anaknya itu bermain sendiri. "Kamu masih marah ke papi?"
"Menurut papi gimana?" Lean membalikkan pertanyaan itu. "Jelas Lean marah. Jelas Lean kecewa."