Hana tengah memberi Gavin sebotol susu diruang tamu, ketika nenek ikut duduk disana. Nenek nampak kelelahan, sehabis berpergian bersama dengan teman segenknya. Kata nenek nama genknya celur "cewe-cewe lucu dan ramah" tapi waktu itu Daniel ogah ngakuin, katanya aneh mendengarnya, lucu dan ramah darimananya sih? Daniel serius bertanya loh, lah orang kulitnya saja sudah meleleh begitu kok dibilang manis? Orang galak setengah mati kok dibilang ramah? jadi dia inisiatif buat ganti arti celur jadi "cewe-cewe lupa umur" tapi jangan kasih tahu nenek ya! Soalnya Daniel masih mau dianggep cucu.
"Nenek mau dibuatkan teh hangat?" Tanya Hana melihat nenek menselonjorkan kakinya dan mulai membaringkan tubuhnya. Sebelumnya nenek melepas wignya terlebih dahulu. Hana penasaran apa nenek tidak gatal ya, kepalanya pake wig?
"Hana mau buatkan?"
"Jihan aja nek yang buatkan" sahut Jihan menghampiri keduanya. Mendengar itu nenek langsung membulatkan matanya, menatap horor menantu paling dableknya.
"Enggak mau! Nenek gak mau minum teh buatan kamu, bukannya apa-apa Jihan. Nenek gakmau darah tinggi gara-gara minum teh asin, kamu aja gakbisa bedain gula sama garam." Jihan manyun seketika, mendudukan dirinya disamping Hana yang memangku Gavin. Hana yang terkekeh lalu mengalihkan Gavin kepada Jihan, ia kemudian menuju dapur untuk membuatkan teh. Selang beberapa menit, Hana kembali dan memberikannya pada nenek juga Jihan.
"Teh buatan Hana emang yang terbaik deh!!!!" Kata Jihan semangat, dan disetujui Nenek dengan anggukan
"Loh kok sepi pada kemana?" Tanya Helena yang baru saja datang dengan Alea. Dan segera duduk disamping Jihan.
"Pada main PS di kamar Jimmy, jadinya kita cewe-cewe kumpul deh disini" Jihan menjelaskan sembari menyeruput teh manisnya.
"Kak Helen mau teh? Hana buatkan?"
"Eh gakusah Hana makasih ya, oh pantesan, Arkha sama Arya betah banget dikamar Jimmy dari tadi, ternyata pada ngumpul disana?"
"Iya Kak, enakan? Mereka pada kumpul jadi kita tenang gak berisik, gak diganggu minta ini itu sama suami."
"Hehehe, gapapa Jihan diganggu suami kadang-kadang lucu, bikin makin sayang. Coba Darren? Dia sibuk banget sama kerjaannya, jarang pulang udah kaya bang Toyib"
"Masih jarang pulang suami kamu? Jihan tolong pijitin kaki nenek." Tanya nenek kepada Helena sekaligus minta tolong pada Jihan.
"Ayey Kapten" jawab Jihan langsung memijit kaki nenek, menurut nenek meskipun Jihan jauh dari kriteria istri idaman dibanding Hana, pijitan Jihan paling TOP diantara yang lain. Jadi masih ada nilai pluslah Jihan dimata nenek, masih ada yang bisa dimanfaatkan dalam hidup Jihan. Soalnya Jihan ini 11 12 sama Daniel, biang rusuh.
"Masih Nek, tapi semenjak disini. Lumayanlah nek, Darren pasti pulang untuk makan malam karena peraturan nenek. Jadi anak-anak masih bisa lihat wajah ayahnya. Terimakasih ya nek"
"Nenek heran, padahal dirumah sakit banyak dokter lainnya loh. Nanti nenek bicara ya sama Darren"
"Oh nek, gakusah. Gapapa Darrenkan bukan dokter aja disana, dia juga jadi kepala pemimpin rumah sakit. Pasti emang sibuk nek"
"Justru itu Helena, nenek harus peringatkan dia, meski tugasnya banyak, Darren harus ingat sama anak istrinya, nenek gakmau kejdian Arya terulang lagi. Gapapa nak, dia harus mengutamakan keluarganya dulu, kasihan cicit nenek kalau kurang dapat kasih sayang dari ayahnya." Helena nampak merenung dengan ucapan nenek, ia takut Darren marah padanya, Helena tidak mau Darren berpikir kalau Helena mengadukannya kepada nenek. Melihat itu, Hana mengusap lengan Helena dengan lembut sembari tersenyum hangat.
"Tenang aja kak, nenek tahu kok mana yang terbaik. Percaya saja sama nenek. Iyakan nek?"
"Oh jelas dong. Nenek ini pengalaman hidupnya udah lebih setengah abad, dulu kakek juga seperti itu. Tenang saja Helena, Nanti nenek urus Darren" mendengar jawaban nenek, membuat Helena tersenyum. Ia bersyukur mempunyai nenek. Kendati Helena, Hana dan Jihan bukan cucu kandung nenek, perhatian nenek pada cucu menantunya sama besarnya seperti cucu sendiri. Tidak ada istilah, cucu kandungnya segala-galanya, kalau memang salah ya nenek akan memarahinya, nenek berusaha bersikap adil pada semuanya.
"Hana masih rajin makan kurma mudakan? Itu baik untuk rahim loh" Hana sedikit tersentak mendengar pertanyaan nenek, ia sedikit trauma jika mendapat pertanyaan seputar memiliki anak. Sebab penolakan dari mertuanya yang menginginkan memiliki cucu secepat mungkin, membuat Hana takut akan tuntutan orang lain pada dirinya.
"Ma-masih nek." Lirih Hana pelan. Melihat reaksi Hana, nenek mengusap pucak kepala Hana lembut.
"Bagus, itu cuman buat kamu semangat aja Hana, gimanapun juga semuanya datang dari Tuhan, kalau belum diberi kesempatan, itu artinya Tuhan masih kasih kesempatan buat kamu manja-manjaan dulu sama Brian. Puas-puasin suaminya sampai nanti sibuk ngurus anak. Jadi jangan dibawa pikiran ya, jangan dijadikan beban, ikhlas aja, kalau sudah waktunya nanti di kasih kok" Hana yang berkaca-kaca menganggukan kepalanya, ternyata nenek berbeda, nenek gak menuntut Hana untuk segera memiliki anak, setidaknya sekarang ada yang tahu posisi Hana bagaimana. Sebab kalau boleh jujur bukan keinginan Hana bisa jadi seperti ini, Hana juga ingin segera punya anak. Bisa menjadi wanita seutuhnya, tapi kalau Tuhan belum mengizinkan, Hana bisa apa?
"Iya Hana, jangan sedih! Jiwa keibuan kamu tuh tinggi banget. Tuhan pasti kasih kesempatan buat kamu!"
"Sekarang kamu latihan dulu dengan Gavin, tuh kamu udah seperti seorang ibu kok sekarang" tambah Helena, tangannya menunjuk Hana yang sedang memberi susu pada Gavin, hari ini Ed harus keluar kota karena harus mengurus cabang restauran miliknya, jadi Ed menitipkan Ken pada Jihan, juga Gavin pada Hana.
Hana kembali tersenyum "Iya kak terimakasih, kamu juga Jihan semangat untuk kita berdua!" Katanya lalu mereka berempat terkekeh, dan melanjutkan obrolan yang berganti-ganti, maklum namanya juga perempuan, kalau sudah ngumpul obrolannya jadi kemana saja.
"ARGHHHHHHH" teriak Jihan dan nenek dengan berbeda alasan. Jihan yang teringat sesuatu sama nenek yang kesakitan karena Jihan terlalu semangat memijit kaki nenek.
"Ampun dah ini anak. Sengaja mau patahin kaki nenek ya? Omel nenek setelah menggetok kepala Jihan. Yang digetok hanya menyeringai sembari mengusap kepalanya yang nyeri.
"Hehehe ampun bos, Jihan baru ingat nek, jihan punya masker baru buat anti aging. Aduh cocok deh buat muka nenek yang meleleh."
"Apa!?????"
"Eh keriput nek"
"Hah??!???"
"Eh salah nek!! Ampun!!! Maksud Jihan menua!" Kali ini nenek menjewer kuping Jihan karena mengatakan kulit nenek yang meleleh, benarkan? Kelakuannya 11, 12 dengan Daniel? Nenek heran mungut darimana Aldrian ini waktu ketemu Jihan.
"Jihan.. kamu tuh kapan berubah? Nanti kalau punya anak bagaimana? Punya ibu bar-bar kaya kamu?"
"Aduh iya ampun tapi lepasin dulu nek. Jihan sayang nenek banyak-banyak kok. Suwerrr" nenek mendengus lalu melepaskannya, ingat nenek tidak boleh banyak kesal, nanti keriputnya makin banyak. Ah menyebalkan sekali gara-gara Jihan, nenek jadi ngakukan kalo dia udah tua? Selepas jeweran nenek, Jihan bangkit dari duduknya mencium sekilas kening nenek lalu melangkah ke kamarnya. Daripada ngeliat nenek kaya nyai marah-marah terus, bercanda nek Jihan beneran sayang nenek banyak-banyak kok mending ke kamar ambil maskeran soalnya Jihan mau ngebujuk nenek buat pakai. Tak lama Jihan datang membawa masker berwarna putih ditangannya, meski harus baku hantam alias memaksa nenek sekuat tenaga buat mau dipakaikan, akhirnya nenek nyerah juga. Soalnya kekuatan Jihan seperti babon betina, kuat sekali membuat nenek kewalahan, sedangkan Hana dan Helena hanya tertawa melihat mereka.
"Ini bagus sekali loh buat wajah nek" kata Jihan disela tangannya mengolesi masker di wajah nenek.
"Nenek gak peduli, nenek pake ini juga karena dipaksa babon betina. Tenaganya kuat banget buat maksa orang" FYI juga kalo Jihan ini atlet taekwondo sabuk hitam, jadi memang sudah bakat jagoan.
"Ih si nenek, ngatain orang gak kira-kira. Nah udah deh tunggu kering dulu."
"Iyah nenek tahu, memangnya nenek bodoh?" Jihan mendengus, kemudian beralih menggunakannya pada Helena, untung anak-anak sudah pada tidur di karpet bulu yang tebal yang ada diruang tamu. Lalu tiba-tiba nenek berdiri ingin ke dapur buat ambil minum.
"Hana saja nek."
"Tidak usah, nenek saja biar sekalian jalan." Kemudian nenek menuju ke dapur. Sebenarnya nenek merasa risih sama masker yang digunakan Jihan, lengket rasanya nenek jadi ingin menghapusnya, tapi pasti Jihan marah-marah. Saat di dapur, ketika nenek mengambil air, tiba-tiba lampu mati. Nenek mengernyit, tidak biasanya rumah mati lampu begini. Tapi tunggu sebentar juga pasti genset akan dinyalakan sebentar lagi.
Kresek.... kresek...
Terdengar suara aneh muncul dari balik pintu, membuat nenek mengerutkan keningnya. Ada apa? Jangan-jangan maling? Nenek secara otomatis menggenggam wajan yang diletakan di dapur, langkahnya sedikit demi sedikit menghampiri pintu yang berusaha dibuka paksa oleh seseorang. Tidak mungkinkan salah satu cucu nenek? Mengingat peraturan yang ada mereka tidak boleh pulang telat kecuali memang sudah izin nenek. Jadi beneran maling? Nenek ini sedikit aneh bukannya harusnya kembali keruang tamu buat minta tolong, tapi entah kekuatan apa dia justru menghampiri sumber suara itu. Dan saat pintu berhasil dibuka lalu sosok tinggi menjulang muncul. Suara teriakan menggema di seluruh dapur bahkan sampai terdengar keruang tamu.
"SETANNNNNNNN!!!!"
Duuuuuukkkk
Suara wajan ikut mengiringi bunyi keributan!!
🍀🍀🍀
Terharu sama pembaca granny house, tetep kasih batu kuasa padahal gak update.... huhuhu kemarin gakbisa masuk ke webnovel Gaktau kenapa, tapi skrg udah bisa, cuman tiba-tiba pas ngetik mentok di tengah jalan. Setelah ngetik ngehapus kata, akhirnya chapter ini beres juga. Beginilah nasib author amatiran huhuhu. Thank you gaiseeee.