Chereads / Granny’s House / Chapter 36 - Haruskah menyerah?

Chapter 36 - Haruskah menyerah?

"Bri, tolong ambil brush di meja riasku, nanti pas aku mulai videonya kamu lempar brush itu ke aku ya"

Brian yang tengah asik bermain game tidak mendengar istrinya yang entah sedang melakukan apa disampingnya. Ia terlalu fokus pada permainannya karena saat ini ia sedang melakukan turnamen agar peringkatnya naik keatas. Ini mengenai harga diri coy tidak boleh kalah, apalagi taruhanya boneka kaws kesayangannya yang amat sangat terbatas, gila kali, pokoknya amit-amit tidak boleh kalah! Bukan masalah harga, Brian berani mengocek atm sedalam-dalamnya hanya demi boneka kaws edisi terbatas itu, maklum orang kaya duitnya banyak, tidak perlu takut. Duileh sombong amat jangan sampe ini novel kena azab gara-gara kau sombong Brian!!! Sudahlah kita doakan saja Hana tahu terus semua bonekanya masuk ke museum. Saat itu juga tiba-tiba saja Brian merinding...

"Bri!!!! Kamu gak dengerin aku ya?"

"Sst... sebentar sayang, lawan lagi diambang kehancuran nih. Bentar lagi menang... Oh... oh... dikit lagi... oh....mampus... yessss!!!! Hana istriku pujaan hatiku..." Brian melempar ponselnya diatas kasur menarik tengkuk wajah Hana dan menciumnya diseluruh permukaan. Ia baru saja menang, harga dirinya naik satu level, boneka kawsnya aman malah nambah satu. Wahh... hari ini pasti hari keberuntungannya.

"Ih Brian bau belum mandi.. jangan cium-cium!!"

"Hah?? Enggak Hana enak saja, aku sudah mandi, lagian aku gak pernah bau ya!!!!" Hana melepaskan tangan Brian dari pipinya, giginya diperlihatkan karena menyengir.

"Hehehe bercanda! Kamu menang apa? Mobil? Emas? Rumah? Menang apanih kok seneng banget?" Brian menggaruk tengkuknya, jujur gak ya? Gak bakal marah-marahkan Hana? Dia suka sensi soalnya kalau menyangkut paut boneka itu. Katanya hoby paling gak berfaedah itu tuh ngumpulin boneka itu. Sudah harganya mahal bentuknya tidak ada lucu-lucunya lagi, padahal belum tahu saja Hana, boneka ini kalau dijual bisa dapet satu rumah. Harga jualnya juga tinggi karena peminatnya juga banyak, ini tuh sebuah seni, Hana mana mengerti. Tapi jujur ajalah, dosa kalau bohong sama istri.

"Dapet boneka kaws edisi terbatas Han. Hehe" Hana segera bangkit dari duduknya, mukanya garang macam kak Ros. " Wah, Kubuang semua boneka kawsmu sekarang!" Dengan panik Brian langsung menarik lengan Hana, ia juga langsung cekatan mengelus-elus kepala Hana. Cara ini paling ampuh menjinakkan istrinya "Duh.. anak perawan sensi sekali. Sabar ya.. Brian sayang Hana banyak-banyak. Jangan dibuang anak-anak kesayanganku. Tadi mau minta tolong apa tadi hmm?"

Hana mendengus, menepis tangan Brian dari kepalanya "anak perawan dengkulmu! Aku sudah tidak perawan yang membobol juga kamu kok!"

"Eh buset siapa yang ngajarin kamu kaya gitu? Jangan diikutin yang buruk-buruk Han disini. Manusianya emang banyak yang bobrok"

"Sama kaya kamu juga!!" Brian meneguk salivanya kasar, ini sih namanya sudah HMM (Hana mode merajuk) harus ngomong baik-baik kalau sudah begini. "Iya sayang, bobrok banget suami kamu tuh! Untung ganteng.."

"Tau ah Bri.. kamu ngeselin banget.. dimintai tolong juga malah sibuk ngegame"

"Iya ini aku udah bisa nolongin kamu. Ayo mau ditolongin apa? Kamu lagi pengen banget ya? Yaudah sini aku hap!" Brian yang hampir menyosor Hana, segera didorong oleh perempuan itu. Lengan berototnya juga tak luput dari bogeman Hana. Lagian salah sendiri sudah tahu mode merajuk, masih saja ambil kesempatan. "Hana pelit ih"

"Masih siang, ngaco dasar! Udah bantuin aku, ambil brush di meja rias, aku mau bikin challange yang berubah jadi cantik itu bri"

"Ngapain? Kamu gakusah berubah udah cantik kok"

Blushhhhh...

Hana tiba-tiba saja merona, kadang-kadang Brian itu manis sekali sih. Suka bikin dugun-dugun anak perawan, eh iya tadi sudah bilang gak perawan.

"Hana malu ya, gemas ya? Sini jadi mau peluk suaminyakan?" Kata Brian menaikkan kedua alisnya "Enggak, mau barter suaminya sama jimmy. Masih fresh Bri"

"Ngomong sekali lagi sini depan aku"

"Hehehe enggak.. sayang Brian banyak-banyak. Minta tolong ambil brush warna hitam ya sayang, nanti kalau sudah nyala kameranya lempar ke aku" Setelah menghela nafas, Brian tak banyak protes ia ambil salah satu benda diatas meja rias itu, tidak tahu benar atau salah, yang penting warnanya hitam. Saat Hana selesai menghitung sampai tiga, lantas ia melemparnya, tapi seperti yang sudah dibayangkan Brian melemparnya terlalu keras hingga justru jatuh ke lantai dengan bunyi TAK yang lumayan keras.

Baik Hana maupun Brian ternganga, Hana lebih dulu bergerak meraih benda yang semakin membuat keningnya mengerut. Sebab ternyata yang dipegangnya bukanlah brush, melainkan lipstik edisi terbatas yang baru saja ia beli. Melihat ekspresi Hana yang menyeramkan, Brian sadar ia baru saja mendapatkan masalah, dan benar saja saat Hana memutar lipstik itu, isinya patah dan jatuh diatas kasur

"Brian..." Hana tak bisa menahan diri untuk tidak merengek.

"Ha-hana maaf aku gak sengaja, nanti beli lagi ya sayang"

"Kenapa sih suka sekali merusak barangku.. ini edisi terbatas Bri, belum tentu barangnya masih ada"

"Tapi rasanya sama aja kok pas dicium."

"Brian!!!!!!!"

"Iya-iya sayang bercanda. Ya ampun maafin aku. Sudah jangan nangis nanti beli lagi ya."

🍀🍀🍀

Brian merangkul Hana sembari mengusap-usap lengan istrinya, sedari tadi wajahnya ditekuk seperti kertas bekas dipasar loak, sama sekali tidak ada senyuman diwajahnya. Padahal kalau senyum manis sekali ngalahin gula.

"Hana aku janji bakal cariin lipstik limited kamu kok" bisik Brian mengalihkan atensi Hana yang memberikan tatapan bingung.. "hah?"

"Jangan sedih lagi Han, senyum dong kamu cantik banget kalau senyum" Hana yang mulai mengerti hanya memberikan senyum kecil, ia kembali mengalihkan wajahnya keluar jendela membuat Brian yang melihatnya menghela nafas tipis, bukan itu alasan wajahnya murung, melainkan karena malam ini Brian dan Hana mendapat undangan makan malam bersama dengan Kedua orang tua Brian. Hana tau dia salah, tidak seharusnya ia bersikap seperti ini. Tapi entah kenapa perasaannya jadi tidak enak dan kacau.

"Tuan kita sudah sampai" supir jemputan keluarga Brian menginterupsi keduanya. Bria lebih dulu keluar, lalu diikuti Hana. Setelah mengucapkan terima kasih Brian hendak masuk kedalam restauran mewah itu, tapi Hana tiba-tiba saja menahan lengan Brian.

"Pe-penampilanku bagaimana Bri?" Dengan pandangan teduh Brian merangkul pinggang istrinya ia lantas membisikan sesuatu ditelinga Hana yang setelahnya merona seperti tomat "Sempurna Han, bahkan tanpa terbalut apapun kamu tampak sempurna dimataku" lalu Hana memukul lengan Brian, mereka mulai berjalan masuk kedalam restauran.

"Cheesy banget sih.. mesum lagi" katanya dengan senyum malu-malu, Brian tertawa akhirnya Hana sudah mulai jinak "Daripada kamu malu-malu tapi mau, mukanya lebih mengekspresikan kemesuman"

"Brian!!" Lagi Hana memukul lengan Brian kali ini lebih keras sampai ibu Brian yang ada didepannya melayangkan protes. Omong-omong tanpa sadar mereka sudah sampai dimeja pesanan kedua orang tuanya.

"Aduh kok jadi istri kasar sekali sih!" Hana terlonjak, pasalnya ibu Brian mengatakannya dengan suara keras, bahkan beberapa meja disekitarnya sampai menoleh.

"Mah kami hanya bercanda" bela Brian merasa hal ini bukan masalah besar tapi kenapa ibunya menanggapi secara berlebihan.

"Mah sudah, jangan bikin malu. Brian dan Hana baru saja datang. Biarkan mereka duduk dulu" Mendengar perkataan suaminya, ibu Brian lantas duduk dengan wajah kesal. "Nah Brian Hana duduklah, bagaimana perjalanan kalian kesini? Lancar? Tidak macet?" Sambungnya pada puteranya dan menantunya. "Baik-baik saja pah. Kalau dengan Hana semua hal jadi menyenangkan, mau macet sekalipun" katanya sembari merangkul pinggang Hana, membuat istrinya kembali merona. Setelah keduanya duduk, beberapa menit mereka hanya terdiam dalam kecanggungan sampai suara seorang wanita menginterupsi keempatnya dan ibu Brian yang pertama kali membuka suara dengan riang.

"Selamat malam, maaf saya terlambat"

"Oh Shela, akhirnya kau datang juga"

"Tante... pasti Shela datang kok" katanya seraya memeluk Ibu Brian, setelah pelukan mereka lepas, ibu Bria menatap Brian dengan binar ia tersenyum lebar. "Brian.. perkenalkan ini anak teman mamah, cantik bukan?"