Chereads / Granny’s House / Chapter 32 - Busy Daddy

Chapter 32 - Busy Daddy

Darren melangkah masuk kedalam kamar dengan lunglai, tubuhnya lemas serasa sehabis lari marathon pas sampai finish disuruh ngesot balik lagi. Pokoknya capek sekali, sampai-sampai rasanya ingin mencopot tulang-tulangnya lalu digantikan dengan yang baru. Pekerjaannya sebagai dokter sekaligus ketua pimpinan membuatnya harus selalu siaga dikondisi apapun padahal ia juga manusia, Darren butuh istirahat, butuh tidur yang cukup, butuh bersenang-senang, butuh juga disayang-sayang. Beruntung Helena sebagai istri nomor satunya bisa mengerti keinginan Darren, ia masuk kedalam kamar membawa cangkir teh mint hangat untuk suaminya yang lagi berbaring tengkurap dengan sangat tidak elit. Untung ganteng.. untung suami.. jadi bebas melakukan apa saja.

"Darren.. minum teh hangat dulu, habis itu mandi air hangat baru tidur" kata Helena seraya menarik lengan Darren keatas. Lalu dengan mata terpejam Darren bangun terduduk diatas ranjang, tangannya meraih gelas yang diberikan Helena, dan meneguknya masih dengan mata terpejam. Ia menghabiskannya dengan cepat, setelahnya memberikannya lagi kepada Helena.

"Enak.. teh buatan kamu emang paling enak" puji Darren jujur, membuat Helena merona sekaligus terkekeh geli, sebab Darren mengatakannya masih dengan mata terpejam, persis seperti orang mabuk. "Yasudah sekarang mandi dulu kalau begitu" Darren menggelengkan kepalanya menolak.

"Nanti kena rematik, hari ini langsung tidur saja ya?"

"Kalau begitu tidur berdua dengan Daniel sana! Cocok kalian berdua, sama-sama seperti kerbau!" Rajuk Helena, tapi kemudian Darren menarik lengan istrinya, membaringkannya di atas kasur untuk dia peluk.

"Suamimu ini lelah sekali Helena, sehabis menyelamatkan banyak orang" katanya lalu membawa tangan Helena ke pucak kepalanya, Darren menggerakan tangan Helena memberi isyarat untuk mengusap kepalanya dengan lembut "Jadi jangan dimarahi, kasihan. Lebih baik disayang-sayang" sambungnya, dan mau tak mau Helena terkekeh, tanpa dilihat Darren wanita itu menganggukan kepalanya dan mulai mengusapnya perlahan, yang sebelumnya juga memberikan kecupan singkat di bibir Darren "Kasihan sekali suamiku, yasudah kali ini aku mau deh tidur dengan kerbau"

Darren memberenggut kemudian membalas ciuman Helena.

🍀🍀🍀

Darren bangun dengan terkejut karena guncangan di ranjangnya, ia hampir saja menjerit saat mengira bahwa terjadi gempa bumi, tapi ternyata guncangan itu ulang kedua anaknya.

"Ayah!!! Ayah!!! Bangun!!! Ayah sudah janji hari ini kita mau jalan-jalan" teriak Arya masih dengan lompatan, membuat Darren pusing.

"Berhenti dulu, ayah pusing.." dan seketika keduanya duduk dengan rapi memandang wajah ayahnya yang bengkak karena baru bangun tidur. "Memangnya ayah janji apa?" Sambungnya merasa tidak pernah menjanjikan apapun kepada kedua anaknya. Baru saja Arya ingin membuka suaranya, ponsel Darren lebih dulu menyala, ia mendapat panggilan masuk dari rumah sakit. Pihak rumah sakit membutuhkan Darren saat ini, tentu saja Darren mengiyakannya. Setelah panggilan Darren dimatikan ia memandang wajah kedua anaknya yang cemberut lantaran paham bahwa ayahnya akan mengikari janji lagi.

"Ayah tidak boleh pergi" larangnya cepat

"Arkha ayah harus pergi, ayahkan harus menyelamatkan orang" keduanya kompak menggeleng.

"Ayah janji besok ayah cuti full buat temani kalian ya.. ibu mana?" Kata Darren mencari Helena untuk dimintai pertolongan bicara dengan kedua anak mereka dan menemukannya tengah berdiri di sudut ruangan. Sejak tadi Helena sudah memperhatikan maka setelahnya ia menghela nafas pelan menghampiri ketiga pria tampan miliknya.

"Ayah sibuk sayang, yuk sama ibu saja, hari ini tetap jadi ke akuarium besar kok" yang lebih tua bangkit dari duduknya, air matanya mulai mengembang menatap kesal ayahnya.

"Ayah bisanya janji terus!!! Arkha benci ayah!!" Katanya cepat lalu berlari keluar dari kamarnya. Dan Arya yang kebingungan melihat kakaknya berteriak ikut bangkit dan mengatakan hal yang sama "Arya juga... apa bu tadi? Oh benci ayah!" Kemudian berlari tanpa sempat keduanya cegah.

"Haduh mereka marah.." Darren bangun dari duduknya, ingin menyusul kedua anaknya, tapi Helena buru-buru mencegah meski kesal juga dengan kesibukan Darren, tapi ia tahu suaminya bekerja sampai lelah untuk anak dan istrinya juga. Setelah berkata demikian, Helena meninggalkan Darren yang merasa bersalah menyusul kedua anaknya. Ia menuju kamar Arya juga Arkha.

"Arkha... Arya.." panggil Helena llu mendapati Arya yang terkejut pintu kamarnya dibuka

"Eh kodok kaget, kok ibu cepat sekali sih menemukan Arya!" Ocehnya duduk diatas ranjang dengan kesal, sedangkan Helena mengernyit bingung, dan lagi dari mana anak itu bisa bicara kodok kaget? Pasti ulah Daniel kalau bukan Lucas, dasar dua orang itu sukanya bawa pengaruh buruk.

"Kaget.. kaget saja Arya jangan pakai kodok segala"

"Uncle brother kemarin ngomong gitu bu!" Helena memutar bola matanya jengah. Tuhkan benar! Dua kodok pelakunya!

"Jangan diikuti yang jelek! Loh Kakak kamu mana? Engga ke kamar?" Arya menggeleng pelan.

"Jangan dikamar juga, nanti cepat ketahuan"

"Ketahuan siapa?" Tanya Helena sabar, daya imajinasi Arya memang tinggi

"Ketahuan Ayah, kan kita lagi main petak umpet bu" alis Helena naik.

"Hah? Tidak ada yang main petak umpet Arya. Ayo cari kakak kamu. Katanya mau ke akuarium besar"

"Oiyah!!! Ayo bu cari kakak" dan keduanya mencari Arkha disemua sudut rumah yang luas. Setelah mencari sedari tadi Arkha tidak ditemukan juga, Helena mulai panik tapi ia masih berusaha tenang, dimana Arkha?? Kemudian ia bertemu Daniel dan Jihan, keduanya tengah berbincang hendak keluar rumah, sebelum membuka pintunya Helena seger menghentikan keduanya.

"Jihan.. Daniel.. lihat Arkha?"

"Arkha? Semalem sih lihat, waktu ikut-ikutan meledeku kayak lohan" sungutnya mengingat kejadian semalem. "Memang mirip kok" Jihan menimpali dengan asal membuat yang jidatnya benjol semakin kesal "Enak saja, ini jugar gara-gara kak Jihan ya—"

"Aduhhhh. Jangan bertengkar lagi genting nih! Arkha hilang!"

"Heh???!!!"

"Huh!??!!!" Teriak keduanya bersamaan

"Waduh kemana tuh bocah hilang?" Tanya Daniel ikutan panik.

"Sudah dicari kesemua tempat kak?"

"Sudah Jihan, tapi tetap gak ketemu. Dia lagi ngambek sama Darren. Soalnya Darren ingkar janji lagi"

"Jangan-jangan keluar rumah, terus diculik?" Jihan menyenggol siku Daniel memperingati Lelaki disampingnya. Itu loh kebangetan banget orang lagi panik malah makin panik

"Kak jangan dengerin Daniel—"

"Ih lagi musim tahu, anak kecil diculik tetangganya, terus dibunuh dicelupin ke bak, sama gadis umur 15 tahun. Gila! Psycopath emang tuh bocah—" tiba-tiba Daniel berhenti ngoceh digantikan suara teriaknnya yang melengking, kenceng banget sampai kedengaran dipenjuru ruangan, gara-gara tepokan Jihan dikeningnya yang keras banget bikin jidatnya nyut-nyutan sakit.

"Kak Jihan!!! Oh my God.... gila sakit banget"

"Kamu tuh yang gila! Geblek banget jadi orang, udah tahu anak orang lagi hilang malah dibikin panik. Gaktau apa tuh anak yang ngebunuh tinggalnya deket sini?" Omel Jihan gak sadar kalau perkataannya malah bikin Helena makin hampir kena serangan jantung. Air matanya jatuh ngebayangin anaknya yang enggak-enggak. Beruntung Darren yang sudah rapi dengan jas dokternya menghampiri ketiganya karena tadi sempat dengar teriakan Daniel. Semakin mendekat ia semakin melihat Helena yang menangis.

"Helena kamu kenapa?"

"Darren——" panggilnya ke suaminya, ia memeluk Darren erat melimpahkan kegelisahan dan ketakutannya.

"Ya sayang kenapa?"

"Kak Arkha diculik terus disekap penjahat, mau dicelupin ke bak yah." Arya yang tidak mengerti pembahasan orang dewasa akhirnya menjabarkan apa yang dia dengar saja tanpa tahu kalimatnya membuat Ayahnya juga hampir kena serangan jantung.

"Apa!!?????!" Teriak Darren lebih besar dari yang Daniel lakukan...

Tbc..