Chereads / Granny’s House / Chapter 21 - Jimmy’s side 2

Chapter 21 - Jimmy’s side 2

Jimmy dan Ken baru saja kembali setelah mengantar Josh kepada mommynya, sayang sekali mereka tidak dapat bertemu dengan mommy Josh dikarenakan mommynya sedang ada tugas yang tidak bisa ia tinggalkan. Beruntung mereka bertemu suster yang mengenal Josh dengan baik begitupun sebaliknya sehingga saat mereka sampai tadi, Josh segera dititipkan pada suster tersebut dan mereka dapat segera kembali pulang.

Jimmy dan Ken memasuki rumah dengan bergandengan tangan, tepat pada saat pintu utama terbuka bersamaan mereka juga disambut suara ribut dari dapur, yang secara otomatis membuat mereka saling pandang dan bergegas melepas penasaran yang berkecamuk, Jimmy dan Kenpun menghampiri sumber suara tersebut. Setibanya didapur, kekacauan yang sebagian sudah dirapihkan nampak jelas terlihat. Disana Jihan dan beberapa pelayan tengah kerepotan merapikan sisa makanan yang jatuh dilantai. Wanita itu terlalu fokus pada pekerjaannya hingga tak sadar bahwa ada dua manusia berbeda umur sedang mengamatinya dari pintu.

"Mommy sedang apa?" Tanya Ken penasaran dengan raut wajah cemas yang kentara, membuat Jihan terlonjak kaget sekaligus gemas.

"Ken baru sampai?" Yang lalu mendapat anggukan sebagai jawaban.

"Kamu kenapa Ji?"

"Panjang ceritanya Jim, yang pasti aku sedang dalam masalah! Bagaimana ini—"

"Jihan? Ada apa ini?" Tiba-tiba Aldrian datang dan menghampiri ketiganya, Pria itu tepat berada di samping Jihan memandang kebingungan.

"Jimmy tolong bawa Ken ke kamarnya ya. Aku ingin bicara dengan Al. Ken langsung ke kamar dengan uncle ya sayang."

Sebenarnya Jimmy enggan meninggalkan Jihan, tapi demi menjaga rahasianya, dan tidak mau terlibat masalah, sekaligus menjaga hatinya daripada melihat kemesraan dua orang dihadapannya, ia pun memilih menuruti Jihan dan pamit kepada keduanya. Ia segera membawa Ken kedalam kamarnya.

🍀🍀🍀

Makan malam telah usai menyisakan Jimmy di ruang makan seorang diri, ia baru saja menyelesaikan makan malamnya setelah yang lainnya lebih dulu meninggalkan meja makan 5 menit yang lalu. Entah kenapa ia jadi kepikiran dengan Jihan, ah dipikir-pikir otak Jimmy memang isinya Jihan terus, tapi ini serius ia merasa bersalah sebab ia merasa karena dirinya Jihan mendapat masalah. Andai saja ia tidak mengganggu Jihan, mungkin Jihan bisa menyelesaikan masakannya dan tidak berakhir dengan makanan pesanan begini. Jimmy menghela nafas gusar, kepalang tanggung nasi sudah jadi bubur ingin minta maaf ke Jihanpun tidak semudah yang dipikirkan, mana mungkin Jimmy mengetuk kamar Jihan dan Aldrian lalu meminta maaf didepan suaminya? Aldrian pasti menaruh curiga padanya. Lalu untuk kedua kalinya Jimmy menghela nafas, ia mulai bangkit dari kursinya menuju kamarnya, karena merasa buntu ia berpikir untuk lebih baik pergi tidur.

Saat menuju kamarnya langkah kaki Jimmy dihentikan oleh nenek yang sudah berdiri didepan tangga lengkap dengan wig kuning beserta baju serba kuningnya, ini kalau Jimmy lihat-lihat bentukan nenek mirip pisang keriput yang didiamkan berhari-hari. Tidak sedap dipandang, berbau orang tua apalagi dimakan , eh tidak kok Jimmy bukan kanibal. Kalaupun iya! dia juga milih-milih orang, soalnya nenek terlalu kurus untuk disantap. Haduh maaf nenek Jimmy jadi berpikiran yang tidak-tidak, lagian kenapa sih nenek harus pakai warna kuning?

"Jimmy! antar nenek ke rumah sakit ya. Nenek mau antar pakaian untuk Helena. Kasihan dia menunggu Arya dirumah sakit seharian ini."

"Tapi ini udah malam nek, besok aja"

"Yasudah kalau tidak mau, nenek bawa mobil sendiri!!"

"Iya nek iya. Ayo Jimmy antar mau ke planet pluto juga Jimmy siap." Kata Jimmy mencegah, bukannya apa-apa Jimmy tidak bisa membayangkan neneknya yang sudah berumur membawa mobil sendiri, masalahnya gitu-gitu nenek pembalap liar, kan repot kalo jiwa pembalapnya keluar, bisa membahayakan manusia bumi.

"Kenapa sih cucu nenek tidak ada yang waras!"

"Neneknya juga sih—"

"Apa?"

"Enggak ya ampun, cantik banget sih nenek kayak gadis perawan. Coba siapa yang gak terpesona sama nenek, berondong juga masih banyak yang mau. Ayo yo ke rumah sakit nanti semakin malam.." Nenek mendengus kemudian berlalu lebih dulu "Dasar Gelo!!" Katanya disela langkah kakinya, dan Jimmy hanya bisa menyeringai mengikuti dari belakang.

Beruntungnya rumah sakit milik nenek dan rumah dekat sekali sehingga tidak perlu terlalu lama menuju sana. Jimmy sedang menunggu nenek yang sibuk didalam bersama kakak iparnya, lalu bosan menunggu, ia mulai mengitari rumah sakit seorang diri. Meskipun ini rumah sakit nenek, Jimmy terbilang jarang datang, kalau bisa dikatakan ia anti sekali dengan rumah sakit. Tapi apa boleh buat, Jimmy bosan menunggu didalam sana apalagi mendengar ocehan nenek. Sudah suntuk bau obat, kuping harus sakit juga dengar suara nenek.

Ketika ia tengah berkeliling matanya menangkap seseorang berbaju putih panjang sedang duduk ditaman sembari menekukan kakinya dan menyembunyikan wajahnya didalam lutut, rambutnya tidak terlau panjang, hanya sebahu tapi menjuntai ke bawah, Jimmy jadi bingung sekaligus takut, yang dilihatnya sekarang itu manusia atau bukan? Iapun akhirnya memutuskan mendekat, lalu semakin dekat terdengar suara tangisan dengan pelan, mendengar itu maka bulu kuduk Jimmy jadi meremang, ingin segera kabur, tapi mendengar wanita itu menyebut Tuhan, Jimmy jadi mengurungkan niatnya. Ia mengamati dengan baik, perempuan itu tidak seperti yang ia bayangkan, perempuan itu manusia sungguhan kok, tapi kenapa menangis? Malam-malam begini pula? Pakai baju putih? Yang benar saja kan Jimmy jadi berpikiran buruk, tapi meskipun begitu tangannya merogoh saku celananya lalu menemukan sehelai sapu tangan, yang kemudian diberikan pada perempuan itu, merasa ada sesuatu yang menyentuh lengannya, perempuan itu mendongak dengan pelan dan sejenak Jimmy tertegun karena wajahnya mirip dengan seseorang.

"Hmmp Ini, pakai saja. Aku belum pakai kok seharian ini." Kata Jimmy, sembari menyodorkan sapu tangannya. Awalnya perempuan itu terlihat ragu, kemudian ia menerimanya sembari mengucapkan terima kasih

🍀🍀🍀

"D-dia akhirnya pergi" Ucapnya lirih diantara segukannya kendati tangisnya telah berhenti. Lalu menghela nafasnya pelan.

"H-huh? Siapa?" Jimmy yang kini duduk disampingnya bertanya, raut kebingungan diwajahnya kentara jelas, dan entah ada apa dengan dirinya sampai mau menemani seorang wanita tak dikenal yang tengah menangis di taman belakang rumah sakit ini sendirian, apa karena kemiripan wajahnya?

"Anak itu—"

"Anak?" Tanyanya semakin bingung. Wanita itu menoleh, matanya sembab, menunjukan telah lama ia menangis, meskipun menurut Jimmy wajahnya masih terlihat cantik. Ia kembali menghela nafasnya, bulir air mata kembali jatuh.

"Pasienku—" jawabnya kembali menundukkan wajahnya, tangisnyapun kembali pecah. "A-aku gagal me-menyelamatkannya. Seharusnya ia bisa selamat dan sembuh, tapi aku gagal"

Jimmy membulatkan mulutnya sembari ber-oh ria, ternyata wanita ini seorang dokter dan telah gagal menyelamatkan seseorang, kasihan sekali apalagi pasiennya seorang anak kecil pasti ia merasa sangat bersalah. Tapi Jimmy tidak tahu cara memperbaiki suasana hatinya, ia tidak tahu harus berkata apa pada seseorang seperti dirinya. Namun mengikuti instingnya, tangannya terangkat lalu menepuk-nepuk pucak kepala wanita itu. Sontak saja, wanita itu tersentak karena kaget dengan perlakuan Jimmy, dan Jimmy tahu wanita disampingnya terkejut, tapi yasudahlah toh Jimmy tidak ada niat jahat.

"Tidak apa, kau sudah berusaha keras! Sekeras apapun kau berusaha, semua terjadi atas kuasa Tuhan. Aku pikir rasa sayang Tuhan lebih besar dari padamu ke anak itu. Jadi Ia lebih cepat memanggilnya." Ujar Jimmy dengan senyuman manisnya. Tangannya masih menepuk-nepuk kepala perempuan itu.

"Jangan nangis lagi. Bisa jadi kau dokter terbaik untuk anak itu. Ia pasti bersyukur memiliki dokter setulus dirimu." Lanjutnya, dan tanpa sadar semburat senyuman muncul di wajah wanita itu, lagi-lagi Jimmy tertegun.

"Dokter Rachel!!" Panggil suster dari lorong, yang secara otomotis membuat keduanya menoleh bersamaan, Jimmy segera melepaskan tangannya

"Y-ya?"

"Orang tua Dion mencari dokter. Mereka ingin bertemu dan mengucapkan terimakasih."

"O-oh aku segera kesana" katanya seraya bangkit dari duduknya. Ia kembali menoleh melihat Jimmy.

"Te-terimakasih Tuan. Saya permisi dulu" katanya lalu pergi begitu saja, tanpa menunggu jawaban Jimmy. Setelah keduanya menghilang dibelokan lorong, tepat suara ponselnya berbunyi, dan nenek yang menghubunginya.

"Iya nek? Oh oke Jimmy segera kesana" ucapnya lalu mematikan panggilannya. Jimmy kembali memandang lorong yang tadi dilewati dokter itu. Tanpa ia sadari bibirnya tertarik keatas. "Rachel?"

🍀🍀🍀

Tbc

Cerita ini chapternya kayanya bakalan panjang 🤣🤣 orangnya banyak sih wkwkwk