Pagi-pagi sekali Daniel sudah dipusingkan dengan sikap Lucas yang dingin, hanya dua alasan pria itu bersikap seperti ini, pertama masalah dengan orang tuanya dan yang kedua bertengkar dengan kekasihnya. Kemungkinan pertama sih sangat kecil karena Daniel yakin untuk sekedar menghubungi orang tuanya saja tidak akan ia lakukan, apalagi mencari ribut dan juga sekarang semua orang tinggal di rumah nenek. Jadi pasti kemungkinan terbesarnya karena bertengkar dengan kekasihnya.
Bukannya apa-apa, Daniel tak masalah ia mau bersikap seperti apa juga. Masalahnya adalah karena sedang mode diam begitu, Daniel jadi bangun kesiangan, kenapa? Karena Lucas yang terbiasa membangunkannya hari ini tak melakukan tugasnya dengan baik dan pada akhirnya berimbas dengan mendapatkan omelan nenek yang sepanjang rel kereta, bikin pusing juga membuat telinga jadi berdengung keras. Sialan dasar budak cinta.. batin Daniel suka tak sadar diri. Selain itu, Belum lagi ia harus berdoa disepanjang perjalanannya menuju sekolah, sebab bocah gila itu benar-benar ingin mencelakakannya.
"Barokokok kalau mau mati sendiri saja!!" Teriak Daniel pada Lucas yang tak acuh mendengar teriakan juga umpatan-umpatan yang dikeluarkan Daniel setelahnya. Ia tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak peduli, mau mati pun ia tidak takut. Toh ia sudah tidak peduli juga dengan hidupnya. Diusianya yang masih labil ini Ia hanya ingin menyalurkan kekesalannya, dan dengan ngebut-ngebutan cukup ampuh untuknya, sudah seminggu ini hubungannya dengan Zara renggang, sejak mereka tidak saling bicara saat Lucas mengangkat kakinya dari rumah untuk pindah kerumah nenek, tidak ada dari keduanya yang berusaha memperbaiki keadaan, Zara yang keras kepala sama besarnya dengan Lucas. Mengingat itu Ia semakin kesal dan menancap gas.
"Bocah gila!!! Aing masih mau hidup!! Belom ngerasain surga dunia woylah!!!" Lagi Daniel berteriak dengan hebohnya menggunakan logat yang biasa temannya gunakan. Menyesal membiarkan Lucas mengendarai mobilnya pagi ini.
🍀🍀🍀
Pria itu masih menetralkan detak jantungnya, bersyukur kepada Tuhan bahwa ia masih diberikan kesempatan hidup dimuka bumi ini untuk melihat mamah muda yang aduhai diluaran sana. Daniel kembali mengutuk Lucas dengan amat sangat karena hampir membawanya ke ujung kematiannya tadi. Ia menatap jengkel Lucas yang tengah merebahkan kepalanya diatas meja, rasanya ingin mencekik pria itu tetapi ia ingatkan dirinya sendiri bahwa Lucas adalah sepupunya. Jangan sampai bukannya Lucas yang mati tapi dia sendiri yang mati karena kemarahan nenek. Lagipula tidak tega juga melihatnya yang sedang mengenaskan begitu, sejak tadi ia uring-uringan seperti mayat hidup yang bosan hidup, namun tak lama kemudian ia melihat Lucas mengangkat kepalanya mengamati sosok gadis manis masuk kedalam kelas setelah mendengar suara gadis itu sebelumnya.
Gotcha!!!
Seperti mendapatkan ilham, Daniel menyeringai senang, ia tahu betul gadis yang duduk tak jauh dari tempatnya didepan sana adalah kunci dari uring-uringannya Lucas. Ia harus membantu menyelesaikan masalah mereka, ini demi kebaikan dirinya sendiri juga.
Daniel bangkit dengan semangat, meski begitu Lucas masih tetap mengabaikannya. Ia masih sibuk memandangi Zara, hingga akhirnya membelalak saat mendapati Daniel tiba-tiba merangkul Zara, gadis itupun sama terkejutnya.
"Ara hari ini manis sekali sih." Goda Daniel kepada Zara, matanya melirik Lucas yang mematung dengan pandangan membunuh.
"Apasih Niel, pergi sana jangan ganggu."
"Ck galak banget sih ra, kitakan ipar. Duduk dulu dong, abang mau ngomong serius nih."
"Enggak"
"Bentar aja cantik"
"Kamu mau apa?"
"Mau nanya dikit doang, enggak penting banget sih tapi pentinglah demi bisa bertahan hidup." Soalnya kalau kalian berantem terus Daniel ikut stress juga. Enak saja, mikirin masalah sendiri saja sudah bikin mumet
Zara mengernyit tak paham dengan kaliamat Daniel "Ngomong apa sih? Gak jelas banget. Boleh nanya asal 1 juta tiap pertanyaan."
"Ya Tuhan Zara inget gak boleh jadi rentenir, ntar kena azab kuburan sempit"
"Orang nanti di kremasi kok"
Daniel melotot garang, ngeri bercanda dengan Zara. "Ra!!!!!"
Zara terkekeh lalu mengalah, ia duduk dengan perasaan jengkel, tolonglah ini masih terlalu pagi untuk membuat drama kelas, ia saja belum sempat duduk dikursinya.
Ia menghela nafas pasrah lagipula jika tidak mengalah ia akan semakin menjadi tontonan dikelasnya. Bagaimana tidak? Dia merupakan satu-satunya gadis paling dibicarakan di sekolah ini. Semua yang dilakukannya akan menjadi viral dikalangan murid sekolah bahkan sampai ke sekolah lain. Ia heran kenapa ia bisa seterkenal itu? Zara benar-benar tidak menyadari kalau ia seperti itu karena bisa dekat dengan pria most wanted di sekolah yang diidam-idamkan semua teman wanitanya, sudah begitu bukan hanya satu lagi melainkan dua.
Dan yang paling menyakitkan serta membuat semua gadis di sekolah iri, betapa ia sangat berutung menjadi kekasih Lucas yang hanya bucin kepadanya dan juga dekat dengan sepupu Lucas yang tak kalah tampan Daniel. Sayang Zara terlalu pelit membantu teman-temannya untuk mendekatkan mereka kepada Daniel yang masih betah menjomblo.
"Ra lagi berantem sama Lucas?"
"Hah? Stay out of it Daniel! Aku tidak bertengkar dengannya" jawabnya sembari menyingkirkan tangan Daniel dari pundaknya, meski berbohong, ia tidak mau Lucas semakin marah karena melihat mereka seakan memiliki hubungan.
"Bohong!! Abang yang kena getahnya nih"
"Abang.. abang... kita seumuran jangan menyebut dirimu abang lagi, aku geli."
"Tapi kaukan kekasih adiku, meski Lukas sekelas denganku, dia tetap adiku"
"Makanya jangan bodoh! Itukan adikmu"
"Enak saja, sejak zaman megalithikum juga tahu aku yang paling pintar. Lagian kekasihmu saja yang kepintaran baru kelas satu naik kelas langsung kelas 3." Daniel mendengus, karena Lucas mengikuti kelas akselerasi ia jadi naik tingkat lebih cepat. Berbeda sekali dengan Daniel yang otaknya bobrok. Kalau kata Bang Darren otaknya hanya seperempat
"Tentu saja Lucas pintar, memangnya kau. Pantas saja membandingan dirimu dengan makhluk megalithikum. Kau memang cocok dibandingkan dengan mereka. Baiklah aku mengakui kau lebih pintar dari monyet."
"Hey!!!!" Lalu keduanya tertawa membuat semua orang menoleh ke mereka. Lucas yang semakin panas melihat kedekatan mereka ingin segera menghampiri mereka, namun langkahnya tertahan saat seorang gadis tiba-tiba menghampiri kedua orang itu. Yang tidak diketahui Lucas dan Zara, Daniel terkejut bukan main melihat sosok gadis yang kini dihadapannya.
"Ra, Bu Dela menyuruhku untuk memberitahumu, kau diikutsertakan lomba fotografi." Ucap gadis itu
"Oh jadi aku lolos???" Teriak Zara senang.
"Hmm sepertinya begitu.. nanti pulang sekolah jangan pulang dulu ya, kita bertemu diruang Bu Dela. Lucas sudah tahu kok, sudah ya itu saja. Aku ke kelas dulu."
"Oke!! Terima kasih Yas..." Kata Zara dengan senyuman manisnya, yang langsung dibalas dengan senyuman tak kalah manis dari Yasmin, gadis yang sejak tadi berbicara dengannya.
Setelah kepergian Yasmin, tanpa sadar Zara menangkup wajah Daniel gemas, ia senang bukan main lantaran berhasil lolos seleksi mengikuti lomba fotografi yang akan di adakan di Korea. Satu langkah menuju cita-citanya sebagai fotografer handal akan terwujud. Ah Zara tidak sabar untuk segera kesana.
"Cukup Ra, lepaskan!! Sekarang ikut aku"
Tiba-tiba saja Lucas melepaskan tangan Zara dari Daniel dan menariknya agar segera berdiri dari duduknya membuat salah satu dari mereka terkejut. Kalau Daniel sih sudah tahu akan seperti ini jadinya, karena tujuan awalnya memang membuat Lucas cemburu, sehingga ia menurunkan egonya agar segera membicarakan masalah mereka berdua.
"Aishh, lagi enak juga! Ganggu banget" Kata Daniel yang mendapat toyoran di kepala dari Zara, gadis itu mulai sadar akan apa yang dilakukannya.
"Bisanya ngambil kesempatan!"
"Lah kan kamu yang pegang-pegang sendiri kok..." Daniel membela diri, kini mereka bertiga benar-benar menjadi tontonan kelas yang sayang dilewatkan.
"Bang cari pacar sana, jangan ngambil punya orang. Ayo Ra" tanpa menunggu jawaban dari siapapun, Lucas sudah menarik Zara dan meninggalkan kelas.
"Terus aja disalahin.. Terus emang ya orang ganteng selalu salah." Gerutu Daniel menatap dua punggung yang berbeda itu mulai menghilang dibalik pintu. Menyesal sudah membantu mereka, meski ada untungnya juga sih, dia jadi tahu bahwa gadis yang dilihatnya waktu lalu ternyata sekolah di tempat yang sama dengannya, bibirnya tersungging ke atas senang. Rencananya akan semakin mudah jika begini.
"I Found you Yasmin!!!" Gumamnya.