Jimmy menahan Ed yang kini baru memasuki garasi besar mereka. Terlihat barisan mobil keluaran terbaru di dalam garasi, dari mobil yang besar hingga mobil sport milik Lucas. Semuanya mobil kesayangan cucu nenek, ketujuhnya memiliki hobi yang sama yakni mengoleksi mobil mewah. Ed menatap datar adik sepupunya, ia tahu Jimmy akan melayangkan protes padanya, dan benar sesuai dugaan Ed, Jimmy mendengus kesal.
"Abang sengaja ya merusak kesenanganku?" Satu alis Ed naik keatas, heran dengan pertanyaan bodoh adiknya, merusak? Ed justru tengah menyelamatkannya.
"Abang tidak merusak kesenanganmu Jim. Darimana spekulasi itu datang? Merusak kesenangan yang mana?"
"Abang tahu kesenangan yang mana, abang sengajakan menyuruhku menjemput Ken? Padahal aku sedang bersama Jihan?" Kali ini Ed yang menghela nafasnya, ia meremat pundak Jimmy, sorot matanya penuh peringatan.
"Kau tidak mau membantuku? Menjemput anakku?"
"Bukan begitu bang! Tapi—"
"Pertama! Aku benar membutuhkanmu Jim, aku tidak bisa menjemput Ken, karena ada rapat yang kulupakan dan harus kuhadiri. Jadi meminta tolong padamu bukanlah bualan. Lalu Kedua! aku tidak merusak kesenanganmu! Hey!! Aku abangmu, dan aku sedang menyelamatkamu. Kau seperti itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri Jim. Aku melihatmu bersama Jihan begitu bahagia seolah dilupakan fakta bahwa Jihan kini memiliki suami. Sebenarnya apa yang kau harapkan hah? Kerusakan hubungan antara Jihan dan Aldrian, sehingga kau bisa merebutnya kembali? Atau kau dihajar Aldrian hingga babak belur karena mendapati adik sepupunya menyukai istrinya dan kau akhirnya sadar?"
"Aku tidak berpikir seperti itu bang" jawabnya lesu, lagi-lagi membuat Ed menghela nafasnya iba. Ia menepuk pundak Jimmy pelan lalu mengusak rambut adiknya.
"Abang tahu rasanya sulit melupakan, tapi kau harus latih dirimu, jangan sampai perasaanmu mengendalikan akal sehatmu! Abang hanya tidak mau kakak dan adik abang bertengkar lalu Keluarga kita berantakan karena masalah ini. Semoga kau ngerti maksud abang." Jimmy mengangguk dan meminta maaf pada Ed, meskipun hatinya berontak tak ingin mendengar nasihat Ed, tapi benar kata Ed, akal sehatnya masih bisa menekan dirinya sendiri dan jangan sampai satu-satunya yang bisa mengendalikan dirinya ikut rusak karena perasaannya.
"Yasudah masalah Ken, tidak apa-apa biar abang saja yang jemput, mungkin rapat ini tidak akan berlangsung lama"
"Ti-tidak perlu bang, biar Jimmy yang jemput."
Ed tersenyum tipis "Benar?" Jimmy mengangguk meyakinkan "Kalau begitu terima kasih banyak Jim, abang tertolong karenamu!" Setelah itu keduanya masuk kedalam mobil masing-masing dan mulai menjalankan kendaraannya menuu tujuannya masing-masing.
🍀🍀🍀
Koridor nampak ramai dengan berbagai macam manusia yang berbeda umur. Banyak orang tua maupun pengasuh menunggu buah hatinya atau anak majikannya didepan kelas lantaran jam keluar kelas masih beberapa menit lagi. Disana terlihat juga beberapa dari mereka tampak berbincang membicarakan gosip terkini bahkan Jimmy yang kini melangkahkan kakinya menuju kelas Ken pun tak luput dari pembahasan ibu muda disana. Sebagai orang yang biasa dipandang takjub begitu, Jimmy hanya berusaha mengabaikan tatapan mereka meski rasanya sedikit menyebalkan. Ia hanya berharap segera sampai kelas Ken. Jimmy juga jadi mengerti kenapa kakaknya rada malas ketika waktu jemput anaknya telah tiba.
Setibanya didepan kelas Ken yang masih tertutup pintu kelasnya, Jimmy berdiri di sudut lorong menunggu sembari memainkan ponselnya, ia sengaja memilih tempat itu sebab tidak mau mengambil atensi seluruh orang disana atas kedatangannya. Tak lama menunggu, pintu kelas terbuka, disusul dengan langkah kecil manusia kerdil yang di sebut anak-anak berjalan menghampiri orang tuanya. Jimmy menunggu dengan sabar hingga presensi Ken keluar bersama anak kecil lainnya yang tengah digenggam tangannya oleh gadis cantik disampingnya.
"Ken!!" Panggil Jimmy membuat ketiganya bahkan beberapa orang disana ikut menoleh kepada Jimmy. Untuk kesekian kalinya Jimmy memilih mengabaikannya saat orang-orang kembali menatapnya.
"Oh Uncle!!! Dimana Daddy?"
"Daddy sedang menghadiri rapat sayang, hari ini pulang dengan Uncle ya? Lalu jawaban Ken mengangguk seraya menautkan jemarinya yang kecil ke milik Jimmy.
"Tapi Uncle, Ken ingin mengantar Josh ke Mommynya, soalnya mommynya hari ini tidak bisa jemput Josh"
Atensi Jimmy beralih pada bocah laki-laki disamping Ken.
"Maaf Tuan, saya Nana guru mereka , anda dengan Tuan?.."
"Oh Saya Jimmy unclenya Ken" kata Jimmy membalas jabatan tangan gadis dihadapannya.
"Tuan Jimmy, maaf merepotkan anda. Sebenarnya Mommy Josh menghubungi saya untuk memberitahu bahwa ia telat datang, tapi karena kebaikan hati Ken, anak itu menawarkan dirinya untuk mengatar Josh. Katanya Daddynya, hmm maksud saya Tuan Ed yang akan mengantar, tapi sepertinya—" Nana menjeda kalimatnya
"Oh iya saya mengerti bu guru, Tidak masalah, kalau itu permintaan Ken, saya maklum dan berarti permintaan itu harus dituruti, saya akan mengantar Josh." Jimmy tersenyum setelah berkata membuat Nana bernafas lega. Lalu setelahnya ketiganya pamit kepada Nana dan meninggalkan sekolah.
Di mobil Jimmy melihat keduanya dari kaca sepion, tengah berbincang mengenai apapun, ia tersenyum kecil melihat keakraban keduanya. Jimmy jadi ingat ketika ia kecil, ia juga seperti itu dengan semua kakak sepupunya, sekilas senyumannya terbit mengenang masa lalu.
"Mommy Josh bekerja di rumah sakit?"
Josh mengalihkan pandangannya ke Jimmy, lalu mengangguk semangat. "Hmm Uncle, mommy Josh seorang dokter! Mommy Josh cantik sekali loh" Jimmy terkekeh mendengar penuturannya. Josh benar-benar tipikal anak yang mudah bergaul bahkan pada Jimmy sekalipun yang belum pernah bertemu sebelumnya.
"Lalu Daddy Josh?" Tanpa Jimmy sadari raut wajah Josh berubah sedih. Ia menggeleng lemah dan berkata lirih, mengatakan bahwa Daddynya sudah tidak ada. Terkejut akan paparan Josh, Jimmy meminta maaf karena ia tidak tahu. Kemudian segera mengganti pembahasan.
"Boys!! Kalian lapar tidak?"
"Lapar!!l lapar!! Perut Ken sudah bunyi sedari tadi!!!"
"Josh juga lapar, tapi Josh takut mommy marah. Kata Mommy tidak boleh makan sembarangan diluar" Jimmy memperlambat lajunya lalu menepikan mobil di pinggir jalan. Kemudian sedikit memutar tubuhnya ke belakang seraya merogoh sakunya guna mencari ponsel.
"Kita telepon mommymu ya? Josh ingat nomornya?"
"Ingat!!" Jimmy memberikan ponselnya kepada Josh dan anak itu mulai mengetik nomor panggilan ibunya, tak butuh waktu lama untuk diangkat, Josh sudah memulai pembicaraannya.
"Mommy ini Josh!!" Katanya sembari melemparkan tatapan berbinarnya pada Jimmy, seketika hati Jimmy menghangat, rasanya seperti memiliki anak sendiri. Setelah itu mereka berbincang dari yang Jimmy dengar sepertinya Mommy Josh bertanya perihal ponsel siapa yang digunakan Josh untuk menghubunginya. Lalu Josh memberikan ponsel Jimmy pada yang punya.
"Uncle!! Mommy ingin bicara!"
"Baiklah berikan pada Uncle. Halo selamat sore!" Kata Jimmy dilanjutkan meminta izin kepada Mommy Josh agar ia bisa membawa anaknya ke restauran terdekat. Dan syukurnya, Mommy Josh menyetujui permintaan Jimmy dengan syarat tidak boleh memberi Josh makanan manis. Selesai berbincang Jimmy memasukan ponselnya kembali kedalam sakunya.
"Mommy Josh sudah bilang oke! Tapi Josh tidak boleh makan makanan manis ya, Ken Juga!!" Katanya memperingati.
"Siap Uncle!!!" Teriak keduanya bersamaan.
🍀🍀🍀
Tbc..